>BAB TUJUH<

1119 Kata
David menyandarkan punggung kokohnya di sofa, dia berusaha menahan hasrat yang selama ini dia pendam. Foto wanita cantik dan anggun itu selalu saja dia lihat saat membuka Galeri foto di ponselnya. "David," panggil seseorang mengagetkan dirinya. "Viona! tumben kau ke kantorku, apa tidak ada pekerjaan penting di butik termahalmu itu?!" goda David membuatnya kesal. "Astaga! kau kejam sekali David, aku hanya menolak panggilanmu satu kali, dan kau sudah marah seperti ini tampan?!" jawab viona sambil mengusap pipi David. "Kau melupakan sesuatu Viona, pergilah!" sungut David kesal. "Benarkah?! Um.. Maafkan aku tampan." rayu Viona sambil memeluk kepala David penuh damba. "Aku tidak akan pernah memaafkanmu." balas David tidak suka. "Sekarang pejamkan matamu." pinta Viona membuat David bingung. "Buat apa?!" "Ayolah, jangan banyak protes." ucap Viona memaksa. David menutup matanya, sementara Viona membuka kotak kue yang tadi dia beli dari luar. Setelah memasang lilin dengan Angka dua puluh sembilan Viona menyuruh David membuka matanya. "Sekarang buka matamu tampan." pinta Viona sambil tersenyum. David menurut dan membuka matanya dengan perlahan. "Selamat ulang tahun... Selamat ulang tahun... Selamat ulang tahun, Davidku sayang.." ucap Viona dengan tulus. David terkejut dan tersenyum bahagia, dia meniup lilin dan menatap mata Viona dengan lembut."aku kira kau lupa Vio." ucap David bahagia. "Bagaimana mungkin aku bisa lupa sayang, kau sahabat tertampan yang pernah aku miliki David, aku sangat menyayangimu." ucap Viona sambil menyuapkan kue ke mulut David pelan. "Terima kasih Vio, kau yang terbaik." ucap David sambil memeluk tubuh Viona, erat. "Sama sama, Tampan." jawab Viona, bahagia. °°°°°°°°°©©©°°°°°°°°°°° Lala berjalan dengan cepat, tuan David menyuruhnya buat membeli makanan di Restorant yang letaknya berada di seberang jalan depan kantor, setelah selesai, Lala segera kembali ke kantor dengan cepat. Beberapa karyawan wanita menatapnya dengan sinis. Di hatinya sering ada kesedihan karna mendapat perlakuan tidak suka dari beberapa karyawan kantor. Tapi jika mengingat kondisi kakaknya yang buta, semangat Lala kembali bangkit. Tanpa mengetuk pintu lebih dulu, Lala langsung membuka pintu ruangan David dengan pelan, dia takut mengganggu fokus atasannya yang sedang bekerja dengan serius. Tapi setelah pintu terbuka, pemandangan di dalam lagi lagi membuatnya salah tingkah dan kesal, David sedang berpelukan dengan seorang wanita cantik bak bidadari yang tidak Lala kenali. "Lala!!" seru David sambil melepaskan pelukan Viona. "Ma-maafkan saya, Tuan. Saya tidak sengaja." pekik Lala, gelisah. "Masuklah," perintah David, tegas. "Siapa dia, Sayang?" tanya Viona, kaget sekaligus tidak suka melihat kelakuan Lala yang menurutnya tidak sopan. "Dia asistenku, Viona. Namanya Lala!" jawab David, kembali tenang. "Oh ya, lain kali kalau mau masuk ruangan atasanmu, biasakan mengetuk pintu lebih dulu. Kau paham?!" protes Viona, kesal. "I-iya, Nona. Maafkan, Saya!" jawab Lala, sambil meremas kantong berisi makanan dengan erat. Dia benar-benar merasa gugup juga ada rasa marah juga saat David memperlakukan banyak wanita dengan intim. "Kemaren Risa! Sekarang Viona! Dasar atasan cabul." umpat Lala, dalam hati merasa kesal. "Masuk Lala." perintah David membuat Lala masuk dan kembali menutup pintu. Lala menyiapkan makanan di meja yang biasa digunakan David buat menerima para tamu penting, setelah beres menyiapkan segalanya. Lala mempersilahkan David buat makan. "Makanannya sudah siap, Tuan." ucap Lala, sopan. "Viona, ayo kita makan, Manis!" ajak David, dan dijawab anggukan kepala oleh Viona. "Tentu saja, Sayang." Lala berjalan menuju arah pintu dan berniat keluar agar tidak mengganggu mereka berdua. Tapi sebelum sempat Lala melakukannya, David telah memanggilnya lebih dulu. "Lala, kau mau kemana?" tanya David, tajam menatap Lala. "Ma-mau keluar, Pak. Ada kerjaan yang belum saya selesaikan!" jawab Lala, tidak tenang. "Persetan dengan semua pekerjaanmu!! Kemarilah!! Kita makan bersama!" ucap David, membuat Lala semakin gelisah. "David kau serius?!" tanya Viona, sambil melotot tidak percaya. "Tentu saja Viona, Lala adalah asistenku. Dia harus makan bersamaku." jawab David, tenang. "Tapi makanannya cuma dua bungkus, Sayang!" protes Viona, merasa keberatan jika makan bersama Lala. "Nona Viona benar, Tuan. La-lagi pula saya juga tidak lapar. Saya mau pergi saja, silahkan makan!" ucap Lala, salah tingkah, merasa tidak enak. "Lala, kemarilah!!" paksa David, agak keras. Karna takut, Lala segera mendekat. David menarik tangannya dengan pelan dan dia dudukkan di sofa, lebih tepatnya berada di sampingnya. "Kau makan bersamaku!! Oke?!" ucap David, sambil menyendok makanan dan dia suapkan ke Lala, setelah itu, baru dirinya. Viona yang melihat itu, nafsu makannya menghilang. Tidak pernah sekalipun David bersikap seperti itu padanya ataupun bahkan pada wanita-wanita yang dulu sempat menjadi kekasihnya. "Sepertinya aku lupa kalau sedang ada urusan di luar David, sebaiknya aku pergi sekarang." ucap Viona, kesal. "Urusan apa, Manis?! Bukankah tadi kau bilang tidak ada?!" tanya David, penasaran. "Aku lupa, selamat tinggal David, dan selamat ulang tahun juga, Tampan. Muaachhh!" jawab Viona, sambil mengecup bibir David, singkat. Setelah itu meninggalkannya dengan langkah terburu-buru. Viona merasa kesal pada Lala, dia akan berusaha dengan keras agar bisa membuat Lala jauh dari David. "Apakah dia juga salah satu kekasihmu, Tuan?" tanya Lala, hati-hati setelah wanita itu pergi. "Maksudmu?!" tanya David, tajam. "Tuan kemaren berciuman dengan ibu Risa, sekarang nona Viona. Aku yakin, pasti tuan mempunyai banyak sekali kekasih cantik, bukan?! Lagipula Tuan kan kaya." jawab Lala, gelisah. "Bukankah kemaren kau bilang bahwa aku jelek, Lala?! Orang jelek mana ada wanita yang mau?!" ejek David sambil menatap mata Lala, lekat. Lala menggigit bibirnya karna malu, dia menyesal telah bertanya pada atasannya untuk sesuatu yang sangat pribadi. "Oh, a-aku hanya bercanda tuan, maafkan Lala, tuan tampan kok." jawab Lala salah tingkah. "Begitu ya, baiklah. Sebagai hukumannya, kau harus mencium ku dengan tulus." "Apa?! Tuan!! Tidak mungkin." "Kau mau aku pecat?!" "Tidak!!" "Lakukanlah!! Cepat!!!" "Ah! I-iya" jawab Lala dan langsung melumat bibir David dengan cepat. Dia merasa takut di pecat sekaligus kaget dengan teriakan David hingga mau tidak mau dia bersikap nekat secara tidak di sengaja. "Mmpphhh, Tuan..." desah Lala sambil meremas bahu David. "Bagus, lebih dalam lagi cantik..." perintah David tapi dengan nada lembut. "Mmpphhh, su-sudah tuan, ah...." "Ini adalah hari ulang tahunku Lala, terima kasih karna sudah memberiku hadiah yang indah." "Hadiah yang diminta secara paksa." sungut Lala kesal. "Eh, kenapa berhenti?! Ayo teruskan." "Ugh ... Mmpphhh ... sampai kapan, Tuan?" tanya Lala, dengan hati berdebar kencang tidak karuan. Perasaan aneh selalu saja datang jika fisiknya bersentuhan dengan fisik David. "Sampai aku puas." "Terus?! Kapan puasnya?!" Lala bertanya. "Entahlah ... " David tak paham lagi entah kenapa bisa kecanduan gadis manis seperti Lala. "Tuan, apakah wanita tadi adalah kekasihmu?!" "Diamlah, Lala. Itu sama sekali bukanlah urusanmu! Cium saja aku sampai puas!! Ini perintah!!" "Baiklah!" Ada amarah dalam hati, Lala. Merasa diperlakukan seperti wanita murah'an. ******** NB: MAAF TULISAN MASIH BERANTAKAN!! BERHUBUNG BANYAK YANG TIDAK SABAR!! KAK DILLA TERPAKSA UPDATE NASKAH LAMA TANPA REVISI TERLEBIH DAHULU. SEKALI LAGI MOHON MAAF .... Jangan lupa untuk tekan tombol Love, komen, follow and share. Makasih, ya .... TBC.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN