PART 4. BONUS PEMBANTU BARU

1776 Kata
              “Bonus…, bonus seperti apa yang akan kau berika padaku?” Tanya Azhura setelah mereka selesai makan. Seperti kemarin, Azhura hanya menyisakan sedikit makanan untuk Jordan.             “Nanti kau akan tahu sendiri.” Jawab Jordan menganggak bahu. Kemudian melangkah ke pintu masuk apartemen dan membukanya.             Dua orang perempuan berseragam yang sama masuk dengan beberapa kantong di tangannya. “Letakkan di situ saja.” Jordan memberikan uang tip pada kedua gadis tersebut. Azhura menautkan kedua alisnya. “Itu bonus untukmu.” Kata Jordan menjawab raut wajah gadis tersebut.             “Bonus..? Bukankah minggu depan? Aku baru dua hari bekerja di sini.” Ucap Azhura bingung.             “Bukankah kau senang jika bonusmu datang lebih awal?”             “Ya, tentu saja aku senang. Jika aku memanfaatkanmu, apakah kau akan segera melepaskanku?”             “Tidak.” Jawabnya santai “Kau tidak ingin membuka bonusmu?” Tambahnya             “Aku curiga jika kau ingin menjualku.” Jordan terbahak. Kembali mengelak, lalu Azhura membukanya dengan malas, namun berubah ketika ia melihat isi dari bonusnya “Ini??” Ia menatap lekat Jordan “Kau bercanda?” Jordan mengangkat bahu.             Azhura membuka semua bonusnya, dan isinya adalah barang-barang yang dipegang dan menarik perhatiannya ketika mereka belanja di mall kemarin, termasuk sepatu yang sangat diinginkannya. Azhura tidak tahu dan tidak mau tahu bagaimana cara Jordan mendapatkannya. Dia hanya ingin memiliki semuanya.             “Kau tidak ingin mencobanya?” Seru Jordan             “Apakah boleh?” Jordan mengangguk             Azhura memulai aksi gilanya dan membuat Jordan tertawa pontang-panting. Ia membuka fashion show dadakan di apartemen Jordan. Dia sendiri yang menjadi modelnya dan Jordan sebagai juri sekaligus penontonnya. Setiap performanya, Azhura tidak lupa menunjukkan aksi seksi dan menggoda pada Jordan. Mengedipkan mata serta melemparkan ciuman jarak jauh.             “Bagaimana?” Jordan mengacungkan jempolnya sambil terbahak senang.             Azhura kemudian duduk di samping Jordan yang masih terbahak “Apa ini semua untukku?” Jordan mengangguk mengiyakan. “Kenapa tidak sekalian saja kau membelikanku dalaman?” Tanyanya mengerutkan dahi.             “Kau mau?”             “Apakah boleh?”             “Ya, tentu saja” Jordan meraih handphonenya “Berapa ukuran payudaramu?” Jordan menyeringai, menyipit pada p******a gadis tersebut.             Azhura merampas handphone Jordan dan menyilangkan kedua tangannya di d**a “Kau…, benar-benar pak tua cabul.” Kembali Jordan tertawa sambil memegang perutnya. Dia menemukan sesuatu yang bisa memperpanjang umur. Jordan tidak akan melepaskannya. Jika perlu, besok dia akan membuat museum khusus tempat Azhura. Agar bisa dikenang sepanjang masa.             “Kau sendiri yang meminta, kau juga yang mengataiku c***l. Aku tidak c***l, karena aku belum mencabulimu.” Kata Jordan serius.             “Apa kau punya rencana mencabuliku?”             “Ya! Tentu saja. Bahkan sekarang aku memikirkannya.”             “Wow..., benarkah?” Ucapnya menyeringai. Jordan mengangguk semangat. “Dasar cabul.” Gumannya pelan             “Hei…, aku masih bisa mendengarmu!” Jordan mendekat pada Azhura “Bagaimana kalau kita melakukan pencabulan itu sekarang?” Jordan mengedikan mata.             “Kau ingin mati sekarang, pak tua c***l?”             Jordan terbahak menanggapi Azhura yang beringsut menjauh pada sisi sofa. “Jangan tertawa, kau sungguh menyeramkan bagi anak-anak usia dini sepertiku.”             “Kau bukan anak-anak lagi, sayang. Kau bahkan sudah bisa membuat anak.” Azhura berdecak. “Kau tidak percaya? Ayo kita buktikan. Aku juga akan mengajarimu menjadi pemain hebat.” Azhura membelalak. “Kau takut?” Jordan melihat ketakutan di wajah Azhura.             Azhura memaksa wajahnya untuk menantang Jordan. “Tentu saja tidak, tuan c***l. Kau sudah tau kan, apa rencanaku?” Ucapnya seangkuh mungkin.             “Ya. Kau ingin menjadi wanita bebas. Jadi,mengapa kau menjauh?”             “Oh…. aku hanya tidak ingin melihat wajah jelekmu, terlalu mengerikan.” Jordan menarik tubuh Azhura dan menimpanya.             “Aku tidak percaya. Pasti kau gugup.”             “T-tidak.” Jordan menyeringai mesum             “Kau sudah siap untuk praktek? Hem?!”             “Ehem… aku memang mau belajar, tapi aku tidak mau di ajari olehmu.” Kata Azhura di sela-sela degupan jantungnya. Bagaimana pun juga, dia belum pernah mempraktekkan hal seperti itu. Posisi mereka saat ini sungguh ekstrim. Membangkitkan sesuatu yang tidur. Meradangkan kulit sensitivenya. Oh… apa yang telah dilakukan Azhura? Mengapa ia berani sekali memancing lelaki m***m itu? Tidakkah dia sadar bahwa dirinya sendiri yang menjadi taruhannya?             “Kenapa? Kau takut padaku?”             “Tidak! Kau bukan tipeku. Jadi aku tidak bisa belajar praktek denganmu, tuan cabul.”             “Apa aku kurang tampan?”             “Ya... kau sangat menyeramkan dan terlihat seperti orang tua. Jadi..., silahkan tuan c***l menyingkir dari tubuhku.” Ucap Azhura dingin dan angkuh.             “Wow... kau sungguh manis sekali nona Azhura. Aku menyukainya.” Satu kecupan mendarat di bibir Azhura. Kemudian menjauhkan tubuhnya dari gadis itu tidak rela.             “Sekali lagi kau menciumku, akan kulaporkan kau pada KOMNAS HAM dan Perlindungan anak-anak.” Azhura berteriak, menutupi wajahnya yang memerah. Lelaki m***m itu kembali menciumnya.             Jordan tertawa terbahak-bahak hingga matanya berair “Kalau kau kuseret ke pelaminan, apa kau akan melaporkanku juga?!”             “Hahaha.... Lucu sekali kau, tuan c***l” Azhura berdiri dan meraih tasnya “Ayo, antar aku pulang. Aku tidak ingin berlama-lama di apartemen jelekmu ini. Sekalian kau bawakan bonusku.” Tekan Azhura angkuh             “Sebenarnya siapa yang menjadi tuan rumah dan siapa yang pembantu di sini?” Tanya Jordan mulai bingung. Sepertinya posisi mereka tidak lagi pada jalurnya. Azhura menggedikkan bahu.             Jordan mengikuti langkah Azhura dan mengaitkan tangannya di pinggang gadis itu, meski pada akhirnya Azhura menghempaskannya sekasar mungkin. Hancur sudah bibirnya menjadi santapan Jordan. Meskipun sebenarnya sangat nikmat, tetapi dalam hati Azhura masih tidak begitu rela.             “Besok..., kau sudah tau kan datang ke apartemenku?” Tanya Jordan dari pintu mobilnya ketika mereka sampai di kos Azhura. Gadis itu hanya berdehem menanggapinya kemudian pergi begitu saja tanpa menunggu Jordan pergi.             “Tunggu saja penyiksaanku besok, bocah tengil” Senyum licik Jordan kembali sambil melirik gadis itu yang sedang menutup pintunya. Sombong sekali dirinya.   ***               Pada keesokan paginya, suara alarm handphone Azhura menggema di kamar tidurnya. Ia segera meraihnya dan mensilentkan.             “Dia pikir dia siapa? Berani-beraninya menyetel alarm dan mengganggu tidur cantikku.” Seringaian Azhura pada handphonenya. Ia menarik kembali selimut setelah melempar benda kecil tersebut pada kakinya.             Hingga siang hari, Azhura juga tidak pergi ke apartemen Jordan. Ia malah pergi dengan kedua temannya ke salah satu mall. Ia telah mendapatkan uang tambahan dari temannya, beberapa hari yang lalu meminjam uang padanya di tambah kemarin sore ia memperoleh beberapa pakaian dan sepatu dari Jordan.             Mereka bertiga memutuskan untuk makan siang di pizza hut sambil bercerita berbagai hal termasuk tentang lelaki, pacar mereka. Saat membicarakan pacar, Azhura hanya diam sambil menyesap minumannya hingga terkuras habis. Ia tidak memiliki pacar untuk di ceritakan pada keduanya. Hanya sesekali ia ikut ambil bagian dalam pembahasan mengenai pacar agar ia tidak terlalu kelihatan kaku.              “Hai, sayang.” Tiba-tiba saja Jordan berada di samping Azhura, mencium puncak kepalanya dan meremas pundak sehingga gadis tersebut meringis.             Azhura terkejut dan terbelalak melihatnya. Tamat sudah riwayatnya kali ini. “Ka-kau...” Ucapnya terbata. Azhura tidak bisa mengelak lagi. Lelaki itu datang bagaikan hantu saja. Ada di tempat-tempat yang tidak terduga. Pada jam kerja seperti ini, lelaki itu memiliki waktu berkeliaran di mall. Sungguh luar biasa sekali.             “Mereka temanmu? Hai...” Sapa Jordan ramah pada kedua gadis di depannya             “Hai…” Ucap mereka kaku             Setelah berkenalan, akhirnya Jordan duduk di samping Azhura. Ia ikut bergabung pada ketiga kawanan tersebut. Mereka bercerita dan tertawa renyah seperti kawanan lama. Jordan yang berwatak dewasa mampu mengimbangi pembicaraan kedua gadis tersebut. Namun, bukan dengan Azhura. Ia terlihat cemberut dan tidak mau ambil bagian dalam pembicaraan tersebut. Azhura memikirkan bagaimana setelah ini nanti. Dia merutuki kebodohannya. Bagaimana bisa mereka bertemu di tempat tersebut?             “Sayang..., kau tidak pesan makanan lain? Apa kau sudah kenyang?” Tanya Jordan perhatian.             Azhura memaksa senyum “Tidak. Tiba-tiba aku tidak selera makan.” Ucapnya menyindir.             Jordan yang tau sindiran Azhura memasang senyum semanis mungkin “Apa kau sudah banyak makan? Aku tidak mau kau nanti sakit karena belum makan.” Jordan menyodorkan potongan pizza ke mulut Azhura.             Azhura menatap kedua temannya yang sedang memperhatikan mereka “Oh, sepertinya aku benar-benar tidak bisa makan lagi, aku sudah sangat kenyang.”             “Sekali saja.” Jordan menyeringai.             Azhura terpaksa menerimanya dan pura-pura tersenyum. “Waduh…, pacar Azhura perhatian sekali. Aku menjadi iri.” Ucap Gaby dan di angguki oleh Alexia. “Meskipun sudah terlihat tua tetapi masih hot.” Tambahnya senang.             Jordan mengerutkan dahi. Memandang tubuhnya sendiri. Apa dia setua itu? Atau mereka yang terlalu muda? Rasanya tidak mungkin.             Azhura menahan senyum. Menyeringai pada wajah Jordan yang sedikit terganggu dengan kata tua. Gadis itu berharap kedua temannya kembali mengatakan dirinya tua. Tidak apa jika terselip kata-kata pujian sedikit saja.             Akan sangat menyenangkan sekali jika Azhura melihat wajah terganggu Jordan. Lelaki m***m itu akan minder pada mereka. Merasa dirinya tidak pantas berteman dan bercanda tawa dengan mereka yang masih muda dan segar. Tidak kecut seperti dirinya yang telah berumur.             Setelah selesai makan, mereka masuk ke dalam mall untuk berbelanja. Jordan juga ikut bergabung dengan mereka. Dia mengatakan bahwa dirinya sedang bersantai. Mengenal teman dengak Azhura adalah hal yang baik. Agar setelah ini, jika mereka bertemu lagi mereka tidak akan canggung lagi. Azhura berdecak, Jordan sama sekali tidak tahu diri. Sudah tua tapi tidak sadar umur. Mau-mau saja bergabung dengan mereka tanpa merasa terbebani.             “Sayang..., kau tidak jadi membeli dalamannya?”             “Heh?” Kedua temannya memandang curiga pada Azhura             “Kemarin kau minta dalaman padaku. Sekarang saja kita membelinya.” Ucap Jordan sengaja membuatnya malu. Menyeringai diam-diam tanpa sepengetahuan kedua teman Azhura.             “Oh..., sepertinya lain kali saja. Aku sudah membelinya tadi malam.” Elak Azhura memaksa senyum di wajahnya. Jordan manggut-manggut senyum pada kedua teman Azhura, namun menyeringai pada Azhura.             “Dasar cabul.” Guman Azhura jengkel. Mempercepat langkahnya, sehingga Alexia dan Gaby menyeringai lebar. Paham akan keadaan. Mereka akan menjaga rahasia Azhura dan Jordan. Tidak perlu sungkan. Azhura memutar bola mata. Semakin kesal pada Jordan. Si pembuat masalah.             Sekembalinya mereka dari mall, Jordan membawa Azhura ke apartemennya mengendarai mobil setelah kedua temannya pulang dengan menggunakan taksi. Mereka berpisah di depan pintu mall. Jordan meminta maaf karena memisahkan mereka. Tetapi sesungguhnya, dia sangat membutuhkan berdua dengan Azhura. Keduanya pun maklum dan membiarkan Azhura dan Jordan bersama.             “Heh, pak tua c***l, kenapa kau ikut bergabung bersama kami?” Cecar Azhura setelah hanya mereka berdua saja. Dia menggeram kesal. Bisa-bisanya Jordan menipu mereka dengan wajah sok polosnya. “Apa kau lupa tugasmu sebagai pembantuku?”             “Heh?”             “Kuharap kau tidak lupa” Ucap Jordan dingin             “Cepat kerjakan tugasmu.! Jangan sampai ada debu di sudut manapun!” Jordan berteriak pada Azhura setelah mereka sampai di apartemennnya.             “Nanti saja. Aku masih capek.”             “Tidak ada kata capek. Cepat, kerjakan selarang!” Jordan menarik tangan Azhura yang sedang duduk di sofa.             “Apa kau seperti ini pada setiap pembantumu?”             “Tergantung pelayanan mereka.” Jawab Jordan cepat.             Azhura berdecak. Lalu mulai membenahi apartemen Jordan dengan beberapa umpatan dan makian. Hampir seluruh nama di kebun binatang di ucapkannya karena merasa kesal dan jengkel.             “Hei..., ini lagi. Apa yang kau kerjakan disana?”             Azhura berdecak kesal. Ia menatap Jordan yang sedang duduk angkuh di sofa dengan tangan memegang iPhone. “Apa kau melihatku seperti itu? Apa kau tertarik padaku?” Jordan menaikkan sebelah alis tebalnya.             “Jangan mimpi kau, c***l. Seujung rambutpun aku tidak tertarik pada wajah jelekmu.” Tekan Azhura. Tawa Jordan menggelegar hingga membuat Azhura menutup telinga.             Setelah itu, Jordan kembali menyiksa Azhura dengan membuatnya bekerja keras membersihkan setiap sudut rumahnya. Ini hukuman karena tadi pagi ia tidak langsung datang ke apartemen lelaki itu sesuai perjanjian mereka. Azhura baru menyadari jika tugas seorang pembantu itu seberat ini.   ***  Jakarta, 20 Juni 2020
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN