Sudah seminggu lamanya Azhura disiksa oleh Jordan tanpa ampun, ia tidak peduli keadaan Azhura yang sudah kelelahan. Sifat kepemimpinannya ditunjukkan dengan jelas pada gadis mungil yang ingin bebas tersebut.
Meskipun Azhura mencoba untuk lari. Jordan kembali datang dengan sayap devilnya. Mengancam Azhura akan membakar dompet yang sedang ditahannya. Membuat Azhura tidak bisa melawan lagi. Meski terpaksa, tetap menurut pada Jordan yang tidak mau tahu menahu keadaan Azhura.
“Bagaimana hubunganmu dengan om-om hot itu? Apa dia main kasar?” Tanya Jonny pada Azhura. Jonny adalah teman sekelasnya Azhura yang agak menyeleweng, ia lebih tertarik berteman dengan wanita dari pada sejenisnya. Dengan kata lain, ia lekong. Lebih tertarik pada lelaki. Sebelumnya mereka sering membahas tentang wanita-wanita liar yang menjadi simpanan para pejabat atau hidung belang.
Pembicaraan mereka mengenai toopik itu akan semakin seru jika ditemani dengan makanan dan minuman sambil nongkrong di sebuah cafe langganan sejak dulu.. Mereka bahkan ingin mencoba untuk menjadi wanita simpanan seperti teman mereka yang lain. Namun hingga saat ini, di antara mereka bertiga tidak pernah melakukannya.
“Huft...! Iya. Dia sangat kasar.” Ucap Azhura lesu
“Apa? Dia sekasar itu? Oh…, aku tidak menyangka.” Ucap Jonny dengan gaya khasnya. “Apa dia sering membawamu pergi jalan-jalan atau shopping?” Tanyanya lagi
“Jangan kau tanyakan itu. Pagi-pagi sebelum dan setelah pulang kampus, aku selalu di suruh datang ke apartemennya dan menyiksaku tanpa ampun. Setiap hari aku selalu kelelahan, tapi dia tidak pernah peduli.” Keluh Azhura. “Mungkin aku harus ke tukang pijit, ah... sampai sekarang badanku masih terasa remuk.” Ucap Azhura menggerak-gerakkan semua ototnya.
“Apa...??” Jonny dan Alexia syok. Gadis itu sejak tadi sibuk dengan handphonenya.
“Iya, dia hanya pasrah di sofa dan membiarkanku bekerja sendiri”
“Oh... may... gosh...” Dia benar-benar amazing sekali. “Kau harus bersabar. Di umurnya yang seperti itu memang membutuh tempat penyaluran yang bagus, dan tempat yang bagus itu adalah kau.”
“Bagus?? Masih banyak orang yang lebih bagus di luar sana. Kenapa harus aku?”
“Karena badanmu menggiurkan, dan kau juga masih perawan dari ujung rambut hingga ujung kaki.” Jelas Jonny manggut-manggut. “Kau juga ingin seperti itu, kan? Menjadi perempuan liar.” Tambahnya lagi.
“Apa?? Tunggu... arah pembicaraan kita ini mengenai apa sekarang? Kenapa kalian mengatakan badanku menggiurkan dan masih perawan?” Tanya Azhura mulai tidak nyaman. Untuk apa pekerjaan disangkut pautkan dengan keperawanan?
“Akh… kau tidak usah pura-pura. Kau bukan gadis polos lagi. Azhura si gadis polos telah hilang dari tiga minggu yang lalu, semenjak keluar dari rumah tantenya setelah doanya terkabul selama tiga tahun.” Tambah Jonny terbahak. Dia dan Alexia berhighfive pelan.
“Oh..., kita pasti salah paham. Ini tidak benar.” Guman Azhura menghela nafas panjang.
“Maksudmu?”
“Aku tidak melakukan seperti yang kalian pikirkan. Aku memang disiksa, namun bukan seperti pemikiran kalian. Aku disiksa karena disuruh membersihkan apartemennya, aku di jadikan pembantu!!” Jelas Azhura panjang lebar dan menggebu.
“Pembantu??” Alexia dan Jonny semakin syok.
“Ya...”
“Jadi?”
Azhura menceritakan semua yang dialaminya bersama Jordan, lelaki yang selalu menyiksanya dengan membersihkan setiap sudut apartemen lelaki itu. Untuk meluruskan kecurigaan kedua sahabatnya. Bukan seperti teman pada umumnya, keduanya malah kecewa karena Azhura hanya dijadikan sebagai pembantu. Keduanya berharap Azhura dijadikan menjadi wanita liar seperti keinginan mereka selama ini.
Tentu saja Azhura kesal. Memjitak kepala kedua sahabatnya tanpa ampun. Itu balasan untuk mereka berdua yang telah menuduhnya sembarangan.s
***
“Sepertinya aku tidak bisa lagi menjadi pembantumu.” Azhura menempatkan pantatnya pada sofa di samping Jordan duduk.
Jordan mengernyit “Kenapa?”
“Bulan depan aku akan kerja praktek, dan mulai minggu depan aku juga sibuk mengurus semua mengenai persiapan KP.” Jelas Azhura mengutak-atik handphonenya. Semakin sering bersama Jordan. Azhura tidak merasa takut lagi. Gadis itu semakin berani melawan dan mengomelinya.
“Kau KP di ranjangku saja, aku yang akan mengajarimu.” Jawab Jordan santai.
“Hah?” Azhura menganga.
“Kau sungguh manis sekali.” Jordan mendekatinya lalu menciumnya. Memasukkan lidahnya pada mulut Azhura yang terbuka, mempora-porandakan isinya di saat yang empunya mulut tidak sadar.
“Hheemmmpptt...” Azhura mendorong tubuh Jordan dari tubuhnya setelah kesadarannya kembali. Mengerahkan semua kekuatannya, hingga akhirnya Azhura berhasil menjauhkan dirinya dari lelaki c***l itu “Dasar c***l!” Umpatnya geram dan terengah-engah.
“Salahmu sendiri mengapa membuka mulut.” Jawab Jordan senang. “Sering-sering lah kau membuka mulut agar kau pintar.” Azhura menatapnya horror “Sepertinya kau sudah tertarik padaku, apa kau ingin praktek di ranjang sekarang?” Tanya Jordan semakin menjadi-jadi.
Wajah Azhura memanas. “Aku tidak sedang membicarakan praktek mengenai ranjang atau semacamnya. Aku sedang membicarakan praktek kerja.” Elak Azhura mencoba tenang.
“Aku sudah mengatakan itu padamu, kau akan KP di ranjangku dan aku yang akan mengajarimu.” Jelas Jordan kedua kalinya. Kebiasaan Jordan, selalu saja menggoda Azhura setiap saat. Membuat Azhura semakin kebal saja.
“Bisakah kau serius tuan c***l yang m***m?”
“Aku selalu serius, sayang.” Azhura menepis tangan Jordan yang sedang mengelus-elus bibirnya. Jordan tersenyum melihat Azhura berdecak. “Kau KP di perusahaanku.” Ucap Jordan akhirnya.
Azhura berbinar. “Benarkah?” Tanyanya. Saling menguntungkan dan memanfaatkan bukanlah hal yang jahat. Mereka sama-sama beruntung. Dengan begitu Azhura tidak perlu repot-repot mencari perusahaan dengan segala t***k bengeknya untuk Kerja Prakter. Di perusahaan Jordan semuanya akan beres dan berjalan lancar.
Jordan mengangguk. “Ya... sekarang aku ingin kita belajar praktek ini.” Ucap Jordan melumat bibir Azhura, menimpa gadis itu di sofa lebarnya. Azhura, gadis itu hanya pasrah di bawah tubuh besar Jordan. Menikmati setiap sentuhan bibir lelaki itu di bibirnya dan aktif ambil bagian membuat Jordan tersenyum di sela-sela ciuman mereka.
Tangan Jordan sudah mulai bergerilya, mengelus-elus perut dan punggung gadis itu secara bergantian untuk membangkitkan gairah gadis tahap pembelajar itu.
“Sshhh...” Gadis itu tersadar saat Jordan meremas payudaranya yang masih tertutup sempurna oleh pakaiannya.
“Kenapa?” Jordan menatapnya dengan mata yang masih di selimuti gairah.
“Kau....” Azhura mendorong tubuh Jordan menjauh darinya. Ia tidak bisa berucap lagi, lidahnya kelu untuk sekedar berontak atau marah. Ia sangat malu karena itu hal yang pertama baginya.
Jordan mengetahui akan hal itu. Ia tersenyum membuat Azhura bergidik ngeri dan menggeser tubuhnya menjauh, “Itu tadi sangat menakjubkan. Sepertinya kau akan cepat menjadi pemain hebat.” Wajah Azhura langsung merah mendengar penuturan Jordan.
“Praktek hari ini cukup sampai di sini.” Jordan senyum licik, kemudian beranjak ke kamarnya untuk mandi. Melenyapkan gairahnya yang sudah menggebu-gebu.
Setelah Jordan selesai mandi, ia kemudian mengajak Azhura makan di restaurant yang tidak jauh dari apartemennya. Sesekali tangan nakalnya meremas bahu dan pinggang Azhura, sehingga gadis itu mengerang dan melotot.
“Sayang, kau selalu menggoda imanku.” Jordan mengambil tissue dan menyodorkannya pada bibir Azhura, membersihkannya dari remah-remah makanannya.
“Aku bisa sendiri, pak tua cabul.” Azhura merampas tissue dari tangan Jordan. Lelaki itu tertawa akan perilaku Azhura yang selalu menolaknya, tidak seperti pacar-pacarnya sebelumnya. Ingin bermanja-manja dengannya.
Setelah mereka selesai makan, Jordan kembali membawa Azhura ke apartemennya. Ia menggandeng tangan Azhura sepanjang jalan sehingga menarik perhatian beberapa orang di sekitar mereka.
“Kenapa kau masih membawaku ke sini? Bukankah semua pekerjaanku sudah selesai.” Protes Azhura pada Jordan yang tersenyum menyeringai.
“Sesuai perjanjian, kau harus pulang malam.” Jawab Jordan meraih dagu Azhura, memperlihatkan bibirnya yang mengerucut.
“Oh... kau selalu tau bagaimana membangkitkan gairahku. Aku sungguh tidak tahan.” Azhura langsung membekap mulutnya dengan kedua tangannya. Ia tidak ingin Jordan semena-mena padanya. Menciumnya kapan pun ia mau.
Jordan terbahak melihat ekspresi ketakutan Azhura, ia benar-benar gemas pada gadis mungil itu. Ia ingin melihatnya setiap saat, melihat berbagai ekspresi yang di tunjukkan gadis itu padanya. Itu benar-benar menggemaskan.
“Kenapa kau suka sekali menertawakanku?” Kesal Azhura
“Kau sangat lucu, sayang. Aku sungguh menyukainya, kau membuat umurku bertambah.” Ucap Jordan jujur.
“Dasar c***l!” Umpat Azhura kesal. “Sudah tua tapi tidak tau diri.” Cibirnya.
“Sekali lagi kau mengatakan aku c***l dan tua, akan kuperkosa kau di sini. Kucabuli hingga kau tidak bisa berjalan!” Ancam Jordan ngeri. Azhura membelalakkan mata dan beringsut menjauh dari Jordan.
Melihat ekspresi ketakutan Azhura, Jordan kembali terbahak membahana. Ia benar-benar gemas melihat ekspresi Azhura. “Jangan menertawankanku!” Azhura menyambar tasnya dan meninggalkan Jordan yang masih tergelak.
“Besok pagi cepat kau datang.”
“Tidak akan!” Teriak Azhura
“Kalau kau membuat kesalahan. Aku akan mencabulimu, ingat itu!”
“Dasar pak tua c***l, bau tanah.” Azhura menghentakkan kakinya lalu menghempaskan pintu Jordan sekuat tenaga, melampiaskan kekesalannya pada pemilik apartemen tersebut.
“Apa orang tua lajang akan berkelakuan seperti itu? Dia benar-benar menjijikkan dan harus dihindari!” Umpat Azhura kesal sembari melangkah meninggalkan apartemen tersebut..
***
Keesokan paginya, Azhura tidak ingin mencari gara-gara pada Jordan. Ia datang sangat pagi sehingga membuat Jordan tersenyum sendiri. Gadis itu membuat rusuh di depan pintu apartemen, ia datang pada saat Jordan belum bangun
“Sepertinya kau sangat merindukanku.” Kekeh Jordan pada Azhura yang sudah duduk di sofa apartemennya. Kemudian duduk dan menyandarkan badannya pada bahu Azhura. Semuanya salah. Azhura datang terlambat atau tepat waktu pun, Jordan selalu percaya diri sekali jika Azhura sangat menginginkannya.
“Heh, pak tua c***l. Bisakah kau menyingkir dari tubuhku? Kenapa kau selalu menempel padaku?” Gerutu Azhura mulai kesal
“Aku ingin seperti ini, kau sangat wangi. Aku menyukainya.” Jordan memeluk pinggang Azhura dan menimpanya hingga gadis itu terlentang di sofa. Mengendus lehernya layaknya seekor anak kerbau mencium aroma garam.
“Apa yang kau lakukan? Kenapa masih pagi otakmu sudah m***m? Kapan otakmu akan waras?” Tanya Azhura kesal
“Kau membangunkan tidur tampanku. Jadi, kau harus bertanggung jawab.” Jordan menekuk tengkuk Azhura dan menempelkan bibir gadis mungil itu dengan bibirnya. Awalnya hanya kecupan biasa, namun lama kelamaan menjadi lumatan hingga menimbulkan desahan. Azhura merutuk dirinya karena menciptakan leguhan yang sangat menjijikkan dan memalukan yang pernah ia ciptakan seumur hidupnya. Namun, raganya tidak sejalan dengan otaknya. Raganya menikmati setiap sentukan yang diberikan oleh lelaki itu. Jordan memperlakukannya sayang sehingga dirinya terlena. Jordan terlalu sayang untuk ditolak.
Setelah beberapa saat bergulat bibir di sofa, Jordan melepaskan pangutan bibir mereka. Ia menempatkan dahinya bertemu dengan dahi gadis mungil itu. Mereksa sama-sama mengatur nafas, kembang kempis d**a keduanya membuat gairah Jordan kembali melunjak, ia tidak bisa berpikir jernih karena d**a Azhura bersentuhan dengan dadanya yang hanya dibalut piyama tipis. Ia bisa merasakan p******a Azhura yang sudah agak mengeras karena dibutakan gairah.
“Aku dengar, jika pagi-pagi begini menyalurkan s****a akan sangat bagus dan mencapai nikmat kepuasan berkali-kali lipat. Kau ingin mencobanya?” Bisik Jordan serak di bibir Azhura. Ia sengaja meniupi wajah gadis itu untuk memancing gejolak gairah sang gadis.
Azhura mengerjap, berusaha mengembalikan kesadarannya yang sudah diracuni oleh Jordan. Ia pun terteriak dan mendorong tubuh besar Jordan dari atasnya. “Apa yang kau lakukan padaku? Kenapa kau selalu berbuat semaumu padaku?” Kata Azhura marah.
Jordan tersenyum lalu membenarkan posisi duduknya, ia menyeringai penuh kemenangan dan puas telah mengalihkan perhatian Azhura untuk sesaat. Azhura kemudian berlari ke kamar mandi, membasuh wajahnya agar kesadarannya pulih. Ia bersumpah serapah di dalam kamar mandi sambil menggosok bibirnya dengan punggung tangannya. Ia ingin menghilangkan bekas bibir Jordan dari tubuhnya tanpa bekas.
Terkadang gadis itu munafik sekali. Ingin merasakan sentuhan Jordan, namun hatinya masih meragu sehingga tidak pernah tetap pada pendirian.
Setelah selesai dari kamar mandi, Azhura berlalu ke dapur Jordan. Sama sekali tidak melirik Jordan yag menahan tawa di sofa yang mereka tempati tadi. Hingga Azhura selesai memasak, gadis itu tetap cuek padanya.
“Apa kau sariawan setelah aku menciummu tadi?” Tanya Jordan pada Azhura yang sedang menguyah makanannya.
Jordan terkekeh sendiri karena Azhura mencebikkan bibirnya malas. Ia pun berdiri dari tempat duduk dan menghampiri Azhura di depannya yang dihalangi oleh meja persegi panjang.
“Diam di situ, atau kulempar kau pake ini!” Azhura bersiap-siap melemparnya dengan sendok dan garpu yang digunakannya untuk makan. Jordan semakin terkekeh dan mengacak-acak rambut Azhura sehingga gadis itu mengerjap gugup.
“Apa yang kau lakukan?” Ucapnya terbata.
“Apa kau berpikir aku akan menciummu lagi?” Azhura terbelalak, pikirannya langsung dijawab oleh Jordan
“T-tidak” Ucapnya menggeleng mencoba tenang.
“Wajahmu mengatakan itu. Kau ingin kucium lagi. Hmm… Sebenarnya aku tidak keberatan, aku akan senang jika kau memintaku.”
“Apa?” Azhura memegang pipinya dengan kedua tangannya “Hei... kau... kenapa kau selalu berbuat seenaknya saja?” Ucap Azhura jengkel
“Sudahlah... cepat kau makan. Aku tidak ingin libur kantor hari ini karena melihatmu menggodaku.” Azhura melebarkan kedua matanya dan tidak sanggup untuk berbicara. Jordan selalu saja menyalahkannya. Azhura bersikap biasa-biasa saja, namun lelaki itu tetap saja menekannya. Huh, dasar lelaki tua keriput.
***
Jakarta, 20 Juni 2020