PART 6. PEKERJAAN UTAMA

1777 Kata
  Setelah mereka selesai sarapan pagi, Jordan mengantar Azhura ke kampusnya lalu setelah itu dia pergi ke kantor milik keluarganya. Sebelum ia melepaskan gadis itu dari mobilnya, terlebih dahulu mengingatkannya untuk kembali datang ke apartemennya siang hari setelah jadwal kuliah hari ini selesai. Gadis itu hanya berdehem dan menghela nafas panjang atas ocehan Jordan yang setiap hari didengarnya selama hampir dua minggu ini. Azhura merasa bebas ketika bertemu dengan teman-temannya. Melupakan si tua m***m yang slelau menyalahkannya. Meskipun mendapat godaan dari Alexia dan Jonny. Kedua makhluk itu tidak akan pernah menanyakannya setiap saat. Membuat telinga Azhura semakin panas saja. Tetapi Azhura tidak ingin mencari masalah dengan lelaki tua itu, ia pun langsung ke apartemen Jordan setelah mata kuliahnya usai, terlebih dahulu mengobrak-abrik kulkas dan memasak makanan untuk makan siangnya, karena selama di kampus ia hanya makan beberapa makanan kecil yang tidak dapat bertahan hingga malam. “Akh…, sudah hampir dua minggu aku di sini, tapi aku belum pernah begitu memperhatikan barang-barang di sini.” Guman Azhura memperhatikan beberapa lukisan di dinding lalu beralih pada sebuah pemutar musik yang ia tahu barang itu sangat terbatas. Seringaian jahil menghiasi wajah mungil Azhura, ia memutar musik dengan sesuka hati lalu membuka kemeja yang dipakainya dan menyisakan tanktop berwarna hitam. “Akh…, tidak salah juga aku mencobanya.” Gumannya berlari ke kamar Jordan. Ia membuka lemari dan mencari sesuatu di dalam sana. Sembari menghirup aroma isi lemari Jordan yang maskulin, begitu tenang namun menghayutkan. Seringaian liciknya semakin lebar “Mungkin aku harus mencari berkas-berkas penting perusahaannya.” Gumannya. Ia mulai berfantasi, akan mencari dokumen dan membawanya lari sehingga Jordan jatuh miskin lalu meminta belas kasihan dari Azhura. Gadis itu tentu saja akan memperkerjakannya sebagai pembantunya dan membalas atas apa yang di lakukannya terhadap Azhura. “Sukses di usia muda! Hahahaha….” Azhura terbahak sendiri akan fantasi yang ia ciptakan di kamar Jordan. Benar-benar fantasi tidak masuk akal. “Akh… mungkin besok aku akan mulai mencarinya. Hari ini aku mau bersih-bersih dulu.” Gumannya lagi sambil menarik salah satu boxer milik Jordan. Ia kembali ke ruang tamu dan menari-mari mengikuti irama musik lalu mengganti celana jeansnya dengan boxer. Ia melempar begitu saja celananya pada sofa yang tidak jauh dari tempat ia bergoyang. “Jadi orang kaya sangat menyenangkan.” Teriaknya histeris. Tidak puas dengan beberapa judul lagu, gadis itu kembali mengobrak-abrik tempat dvd milik Jordan dan mencoba beberapa lagi sambil bersenandung. Ketika ia menemukan lagu girlfrend dari Avril, ia melompat-lompat dan menjadikan sapu sebagai microphonenya. Sebelumnya, beberapa kali ia menggerutu pada Jordan karena lelaki itu hanya memfasilitasinya dengan sapu dan kain pel biasa, tidak dengan penghisap debu atau kain pel mahal. Dasar orang kaya pelit. Batinnya dalam hati. Tanpa ia sadari, seorang lelaki menyedekapkan kedua tangannya di d**a sambil senyum-senyum, ia memilih diam dan menonton aksi sang gadis di depannya dengan hanya memakai tang top dan boxernya. Serta rambut tergerai dan berantakan karena kebanyakan bergoyang. “Aaakkkhh…” Azhura berteriak ketika ia berbalik, kemudian menutup bagian dadanya dengan kedua tangannnya “Daster… daster mana... mana daster…” Ucapnya gagap. Jordan semakin terbahak mendengar gagapnya Azhura. “Pak tua c***l! Apa yang kau lakukan? Kenapa kau bisa di sini?” Teriak Azhura setelah menutupi bagian dadanya dengan kemejanya yang ia lempar tadi. “Hahahaha,” Jordan makin terbahak “Kenapa kau menanyakan aku bisa di sini? Ini apartemenku, dekil!” Jawab Jordan melangkah mendekat pada Azhura “Mau apa kau?” Jordan melangkah dan Azhura mundur. “Hei, pak tua cabut. Berhenti di situ.” Azhura menunjuk Jordan dan menyuruhnya berhenti. Lelaki yang dipanggil pak tua itu tersenyum licik, sama sekali tidak mengindahkan ucapan Azhura. Semakin ia mendekat, semakin lebar pula kedua mata Azhura. “Mau menggodaku, hem?” Ucapnya serak ketika Azhura tidak bisa bergerak lagi. Punggungnya telah terbentur pada dinding. Azhura merasa nafasnya tercekal. Ia menggeleng dan mengangkat kedua tangannya pada d**a Jordan. “T-tidak. A-aku… ha-hanya...” Ia meremas kemeja lelaki tersebut untuk menahan gemetarannya. Jordan menyadari akan hal itu, ia menyeringai dan meniup wajah Azhura sensual. “Benarkah?” Ucapnya. Azhura mengerjap merasakan geleyar aneh atas tiupan tersebut. Ia semakin gemetaran dan mengalihkan pandangannya. “Yah!” Ucapnya lemas. Ia tidak bisa lagi mengumpat serapahi Jordan seperti biasanya. Lelaki itu sepertinya tengah menaburkan berbagai macam pelet agar Azhura tidak bisa mengeluarkan suaranya. Ia merasa tercekat di bagian tenggorokan, badannya benar-benar lemas. Ia butuh membaringkan seluruh tubuhnya dan memejamkan mata. Jordan menggapai kedua tangan Azhura di dadanya dan menggenggamnya erat. Azhura terpekik kaget. Ia baru menyadari dimana letak kedua tangannya saat ini. Ia tidak mengetahui jika posisi tangannya yang berada di d**a Jordan dan pakaiannya yang seperti itu bisa membangkitkan singa jantan yang tengah pulas. Azhura berusaha melepas kedua tangannya dengan cara menariknya. Tetapi Jordan tidak mengijinkan hal itu terjadi. Ia membawa kedua tangan itu ke bibirnya. Getaran kembali merasuki Azhura, getaran itu mengaliri seluruh badannya sehingga ia makin lemas dan tidak berdaya. “Le...p...ash... ah... kan..!” Azhura berusaha berontak dengan sekuat tenaga. “Tidak semudah itu, sayang!” Jordan membawa kedua tangan itu di atas kepala Azhura dan menghimpitnya. “Ap...pa... yang... kau... kau... laku...kan?” Tanya Azhura. Jordan menyeringai. Ia melumat bibir Azhura rakus, menjilat dan melahapnya seakan itu makanan lezat dan menggiurkan. Azhura hanya pasrah akan perlakuan itu. Ia tidak bisa lari lagi, ia tidak memiliki kekuatan untuk mendorong atau mencaci maki lelaki itu. Ia juga pasrah saat merasakan sebuah tangan kekar meraba perut ratanya dibalik tang top dan semakin lama semakin naik ke atas. Seketika, Azhura merasakan tubuhnya melayang dan bergerak. Ia merasakan tubuhnya diletakkan di tempat empuk, disela-sela kesadarannya, ia mengetahui tempat itu adalah ranjang yang berada di kamar Jordan. Lelaki itu menggendongnya tanpa melepas pangutan mereka. Azhura membuka mata dan menemukan manik Jordan menggelap karena gairah. Mereka sangat terengah-engah seusai pergulatan bibir. Jordan kembali menekuk kepalanya dan menelenggelamkan wajahnya pada lekukan leher Azhura, ia menghisap dan yang pasti meninggalkan jejak kemerahan setelah itu. Azhura terus mengeluarkan leguhan sehingga Jordan semakin gencar menciuminya. Kepala gadis itu bergerak ke kiri dan ke kanan menahan gejolak nafsunya. Kedua tangannya menahan dan seraya meremas rambut Jordan, sehingga lelaki itu mengerang dan membenamkan kepalanya lebih dalam di sekitar d**a Azhura. Hisapan Jordan membuat Azhura meringis, ia merasa seperti darahnya terkuras habis, terasa perih dan... nikmat di waktu yang bersamaan. Sungguh gejolak yang menantang dan menimbulkan rasa ketagihan. “Huaaa…” Jordan terperajat. Azhura berteriak dan menendang sekitarnya. Menggeliat kasar sehingga Jordan hampir tersingkirkan. Entah darimana kekuatan itu diperolehnya. Tetapi yang pasti, Jordan tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Sudah jelas jika sebelumnya tubuh Azhura lemah seperti tidak bertulang. Kepalanya saja susah ditegakkan, tetapi lihatlah sekarang. Gadis itu seakan sehat bugar seperti baru saja mendapatkan kekuatan penuh. “Mengapa kau berteriak?” Tanya Jordan setelah menguasai diri.  “A-ap… apa yang kau lakukan?” Kata Azhura terpotong-potong. Jordan menyeringai, “Hampir saja.” Ucapnya dengan nafas memburu. Azhura mencengkeram selimut dan beringsut pada sandaran ranjang, “Kau... jangan macam-macam padaku.” Teriaknya histeris. “Aku serius. Jika kau berani maka aku akan membalasmu.” Jordan tersenyum devil, “Kau Meleguh indah. Itu luar biasa, kau semakin pintar.” Azhura menahan nafas. Meleguh lagi? Azhura meleguh lagi? Wajahnya memerah. Ingin menghilang ditelan bumi. Tidak sanggup melihat wajah tidak berdosa Jordan.  Jordan terkekeh dengan tindakan Azhura. Gadis itu benar-benar menggemaskan dan masih sangat polos. Ia mendekat dan mengacak-acak rambut Azhura lalu menyelongos ke kamar mandi. Azhura menghela nafas lega, merosotkan kedua bahunya. Untung saja, batinnya.   ***   Azhura duduk sambil termenung di saat mata kuliah berlangsung. Ia tidak tahu apa yang dijelaskan sang dosen sejak ia masuk kelas tadi. Ketika seisi kelas tertawa, ia mengedarkan pandangannya dan menarik lengkungan garis di wajahnya untuk menutupi apa yang tengah ia lakukan. “Hei... kau kenapa? Apa pekerjaanmu terlalu berat?” Bisik Alexa pada telinga Azhura. Gadis itu menggunakan kedua tangan sebagai tanda kutip. “Apa dia main kasar lagi? Kau kelelahan?” Azhura berdecak melihat wajah menggoda dari kedua sahabatnya. “Yah... aku terlalu lelah. Bagian-bagian tertentu tubuhku terasa penat, perih, ngilu dan kakiku kesemutan. Terlalu sering di angkat ke atas. Dia seperti kuda liar, tangguh dan penuh stamina!” Jawab Azhura cepat dan ketus. “WOW…. Sungguh luar biasa. Lain kesempatan, boleh aku ikut? Threesome!” Jhonny mengedipkan mata pada Azhura. “Tunggu! Aku juga ikut. Foursome!!” Tambah Alexia cekikilan. Azhura manggut-manggut, “Sepertinya kita bisa melakukan itu. Sekalian kita teliti sekuat apa orang tua c***l itu.” Azhura mengibaskan rambutnya ke belakang. Percakapan mereka berakhir pada hal-hal m***m lainnya tanpa sepengetahuan dosen, karena mereka duduk di pojok belakang, tempat favorit ketiganya. Disana mereka bisa menyandar pada dinding dan mengangkat kaki seperti bapak-bapak di kedai tuak. Berbicara tanpa henti dan melupakan kepenatan meskipun sesaat. Namun tidak jarang juga menyebabkan masalah baru.  Dua hari sudah sejak insiden Azhura dan Jordan hampir kebablasan, mereka tetap bersikap biasa saja, seperti tidak terjadi apa-apa. Gadis itu kembali dengan rutinitasnya sebagai pembantu di apartemen Jordan. Datang sebelum kuliah dan pulang ketika sudah malam. Hari ini juga seperti itu. Azhura langsung ke apartemen Jordan ketika mata kuliah usai. Kedua temannya juga memiliki acara lain sehingga mengharuskan perkumpulan mereka dibubarkan lebih cepat. Sepertinya aku harus melanjutkan rencanaku mulai dari sekarang, batin Azhura manggut-manggut. Ia memeriksa setiap laci di ruang tamu sambil memegang kemoceng. Bersih-bersih sekalian mencari file-file penting yang untuk mengambil alih harta Jordan, begitu rencana busuk Azhura. Azhura tersenyum lebar, ia mendekati salah satu guci di dekat televisi. Memeriksa barang tersebut dengan seringaian. Mungkin di mulai dengan barang-barang kecil, batinnya senang. Ia pun melipat tangan dan menggeleng lesu, tidak mungkin membawa benda besar itu keluar dari sini. Tubuhnya tidak kuat memikulnya, dan apa kata penjaga keamanan nanti? Sepertinya merepotkan saja. Azhura kembali menghela nafas frustasi. “Sayang... kamu sedang melamunkan apa?” Azhura terpekik kaget saat kedua tangan Jordan melingkar di perutnya. Gadis itu tidak mendengar langkah kaki dan pintu berderit beberapa saat yang lalu. Ia terlalu fokus dengan rencananya. Azhura terbata, “Kau menginginkan itu?” Jordan menunjuk dengan dagunya. “Kenapa kau konsentrasi sekali dengan guci itu? Apa dia mengajarimu melebihi ajaranku padamu?” Tuduh Jordan tidak nyambung. Azhura berdecak, secepat kilat Jordan mencium pipinya dengan gemas. Azhura menggosok wajahnya dan menatap tajam pada Jordan. “Jangan sembarangan menciumku! Aku tidak suka!” Kata Azhura kesal Jordan tertawa dan membalikkan tubuh Azhura. “Kau selalu menggerutu dan marah-marah. Tapi kau menyukai apa yang kulakukan padamu.” Cibir Jordan bangga. “Dasar c***l! Aku tidak menyukaimu!” Kata Azhura menjauh dan duduk ke sofa. Jordan terkekeh, “Apa baru saja kau menyatakan cinta padaku? Manis sekali” Kata Jordan mengikuti Azhura duduk di sofa. “Orang tua m***m! Gila!” Azhura memandang Jordan horor. “Kau sungguh menggemaskan. Aku sangat menyukainya.” Jordan mendekat dan menyudutkan Azhura. “Kau sudah siap praktek selanjutnya?” Ucapnya mengerling. Azhura mendorongnya, “Aku benci posisi ini. Kau selalu menyudutkanku dengan badan besarmu itu.” Tekannya. “Ow...” Ucapya takjub, “Jadi, posisi seperti apa yang kau inginkan? Woman in top?” Azhura membelalakkan mata. “Sepertinya kau menyukai itu.” Jordan memeluk Azhura dan membawa ke atas tubuhnya. Azhura berontak, “Kenapa kau selalu berpikiran m***m? Kapan kau sadar dari kemesumanmu?” Ucapnya memukul-mukul d**a Jordan di bawahnya. “Aku tidak bisa berhenti memikirkan hal-hal m***m jika berdekatan denganmu. Selalu ingin berbuat mesum.” Jawab Jordan kembali mencuri-curi kecupan di sudut bibir Azhura. “Orang tua gila. Kenapa kau cepat pulang? Ini masih sore!” Azhura kembali bertanya. “Aku merindukanmu. Mengajarimu bermesuman adalah pekerjaanku yang paling utama.” Kata Jordan mengedipkan mata. Azhura mengangguk-angguk. Mungkin sedikit mengalah ia bisa menakhlukkan Jordan. “Oke! Kali ini biarkan aku mempraktekkan apa yang kau ajari padaku selama ini.” Azhura mencium bibir Jordan.   *** Jakarta, 20 Juni 2020  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN