PART 7. HARTA KARUN!

1726 Kata
                Azhura menghisap dan menarik bibir bawah lelaki itu hingga Jordan meringis kegirangan. Pergulatan bibir terlihat sangat manis bagi keduanya. Lidah mereka saling membelit dan tukar menukar saliva. Bunyi decapan terdengar begitu indah di pendengaran Jordan, sehingga ia tersenyum disela-sela ciuman mereka. Akan tetapi, Azhura mulai mengacaukan semuanya. Ia menggingit kuat bibir Jordan hingga lelaki itu menjauhkan kepala Azhura dari dirinya.             Setelah mereka duduk dengan posisi seharusnya, Jordan menyeringai. “Kau semakin pintar.” Ucapnya menjilat sudut bibirnya yang berdarah. “Aku suka permainan kasar, sungguh menggairahkan.” Tambahnya.             “Jadi? Apa aku lulus di ujian pertama?” Azhura tersenyum miring dan melipat kedua tangannya.             Jordan mengangguk puas, tetapi sesaat kemudian wajahnya berubah sedikit agak kecewa. “Kau terlalu semangat, bibirku jadi korbannya. Lain kali kau hanya harus menghisapnya, bukan menggigit dengan kekuatan penuh.” Jelas Jordan.             Azhura menyipit, “Hisapan seperti apakah itu? Hisapan lembut atau hisapan seperti yang kau ajarkan dua hari yang lalu?” Tanya Azhura menantang.             Jordan menyeringai, “Yeah... Lebih dari itu juga bisa. Boleh aku melihat tanda yang kubuat dua hari yang lalu? Apa aku harus memperjelas tandanya lagi?” Kata Jordan menatap dua gudukan Azhura dengan tatapan lapar.             Azhura menyilangkan kedua tangannya, “Bibirmu masih berdarah tapi kau belum sadar juga.” Gadis itu beranjak dan meninggalkan Jordan tertawa membahana.             Beberapa saat kemudian, Azhura kembali dengan kotak P3K di tangannya. Ia duduk menghadap Jordan dan mulai membuka kotak tersebut. Azhura membersihkan darah yang masih keluar dengan kapas dan menyumpalnya dengan tempel luka transparan.             Setelah selesai, Azhura merapikan kotak itu hendak menyimpannya kembali. Tetapi tangan Jordan lebih dahulu memeluk pinggang Azhura. Ia mendekatkan wajahnya hendak mencium gadis itu lagi. Azhura berdecak, ia berusaha melepaskan kedua tangan Jordan.             “Berhenti memikirkan hal m***m lagi. Lukamu belum sembuh. Kalau kau menciumku akan kubuat luka yang lebih parah dari itu.” Ancam Azhura tegas.             Jordan kembali tersenyum, “Sedikit saja. Aku tidak tahan melihat bibirmu, selalu ingin kuhisap.” Jawab Jordan langsung menyosor. Azhura hanya pasrah, ia juga menyukai ciuman itu. Terasa nikmat dan tidak ingin berhenti.             Jordan menjauhkan wajahnya, “Kau sudah lapar?” Azhura mengangguk. “Ayo kita makan di luar.” Ajar Jordan.             Azhura mengangguk. Ia beranjak untuk mengembalikan kotak P3K ke tempatnya semula. Jordan tersenyum dan masuk ke kamarnya.             Sesampainya di restaurant, Azhura dan Jordan berbincang-bincang seraya menunggu makanan mereka di sajikan. Jordan menanyakan keadaan orang tua Azhura dan ingin segera menemui mereka. Gadis itu mencibir dan mengatakan Jordan terlalu sok perduli dengan kehidupan keluarganya. Lelaki itu hanya tersenyum tipis dan mereka berhenti ketika waittress menyajikan makanan mereka.             “Jadi... kapan kau mulai Kerja Praktik?” Tanya Jordan             Azhura menelan makanannya. “Senin depan. Aku sudah mulai sibuk dan tidak ada waktu membersihkan apartemenmu.” Kata Azhura mengingatkan.             Jordan menyeringai, “Itu semua bisa kuatur! Kau datang pagi-pagi seperti biasa, membersihkan apartemenku sebelum ke perusahaan dan sorenya menyiapkan makan malam setelah pulang dari Praktek Kerja.” Jelasnya.             Azhura berdecak, “Aku buka robot. Kau pikir aku tidak kelelahan? Ada-ada saja.” Gerutunya tidak terima, sembari kembali mengunyah makanannya. Orang tua itu selalu saja menyebalkan. Entah apa yang dipikirkannya. Heran!!             Jordan terbahak. Ia selalu terbahak di depan Azhura, gadis itu menganggapnya sedikit sinting karena kebiasaan tersebut. “Aku akan memberikan pekerjaan spesial padamu. Tenang saja! Kau berurusan langsung dengan bosnya.” Kirling Jordan genit.             Yang bisa dilakukan Azhura hanya menghela nafas panjang. Hidupnya seperti di kontrol oleh lelaki yang belum genap tiga minggu lalu di kenalnya. Banyak uang memang bisa mempermudah segalanya, batin Azhura. Meski dirinya mengakui dalam hati jika senyaman itu berdekatan dengan lelaki m***m tersebut.             Biar sajalah untuk sementara. Wong rasanya juga enak.   ***               “Jadi, bagaimana dengan rencanamu?” Jonny dan Alexia menatap serius pada Azhura.             Gadis itu menghela nafas panjang. “Aku belum menemukannya. Kemarin dia cepat pulang.” Ucapnya lesu.             Jonny mengepalkan tinjunya dan mengangkat tangannya sejajar dengan wajah, “Kau harus semangat, Azhura. Kami akan selalu membantumu dengan doa. Percayalah pada kami sahabatmu ini.” Ucapnya menatap Alexia.             Alexia tersenyum, “Iya, Azhura. Kami selalu mendukungmu. Kami sangat mengandalkanmu. Tidak kah kau tau?! Kami berdua rajin berdoa demi keberhasilanmu. Kami sungguh tidak sabar menanti pesta keberhasilanmu”             Azhura mengendus kasar, “Kalian…!!” Ucapnya tertahan. “Apa kalian tidak mau ikut denganku ke apartemennya? Kita bisa menggeledahnya bersama untuk menemukan file-file penting itu.” Ajaknya. Kedua sahabatnya saling melirik, rasa ingin ikut tercetak jelas di binaran mata itu. Tetapi seketika mereka terlihat lesu.             “Hari ini aku tidak bisa. Bagaimana kalau besok atau lusa?” Usul Alexia.             “Iya, Azhura. Aku juga tidak bisa.” Tambah Jonny             Azhura mencibir, “Kompak sekali kalian. Aku curiga kalau kalian punya janji di belakangku, kencan mungkin.” Terkanyasarkasme.             “Hastagah! Tidak mungkin aku mau berkencan dengan Jonny. Dia tidak bisa menimbulkan hasrat, bahkan dijilat sekalipun” Kata Alexia sadis.             “Hello... aku juga tidak suka potongan sepertimu. Aku lebih suka yang gagah nan perkasa seperti tuan c***l milik Azhura.” Ucapnya melambai. Ketiganya pun tertawa terbahak-bahak dengan tingkah Jonny yang alay, berlebihan.             Mereka kembali bercerita dan membicarakan persiapan Kerja Praktik yang akan di mulai senin pagi. Ketiganya PKL di tempat yang sama, yaitu di perusahaan milik Jordan, majikan Azhura. Sebelumnya ia telah meminta pada lelaki itu dan dengan senang hati diterima oleh Jordan.             Sebelum memulainya mereka sudah sangat heboh. Berbagai rencana gila telah tersusun rapi di otak masing-masing. Mungkin menguras dompet lelaki itu hal yang paling penting dengan Azhura sebagai penambangnya.             Demi keberlangsungan hidup rukun sebagai sahabat karib, Azhura dengan senang hati menerima usulan dari temannya. Kapan lagi mereka bisa menguras dompet orang kaya? Rezeki tidak boleh di tolak, kan?   ***               Azhura mengganti celananya dengan boxer milik Jordan, ia hanya memakai tanktop seperti beberapa hari yang lalu. Memakai kemeja sifonnya sama saja memperlambat pekerjaannya untuk membersihkan rumah sekaligus mencari file pentingnya.             Kini ia tengah mengobrak-abrik lemari berpintu lima itu dengan semangat empat lima. Beberapa tumpukan kertas tercecer begitu saja di lantai. Tetap saja ia tidak menemukan file penting. Apa mungkin ia tidak menyembunyikannya di rumah? Paling tidak selembar, batin Azhura merengut.             Ia pun terkesima melihat beberapa buku yang menampilkan santapan mata yang paling amazing, di depannya, majalah playboy.             Azhura langsung duduk dan membolak-balikkan halaman demi halaman serta menyipitkan mata, mencoba mengintip bagian yang tertutupi dari tubuh sang model nakal. Pemandangan yang sangat menyegarkan mata, batinnya.             “Pantas saja ia c***l. Majalahnya banyak begini.” Kata Azhura manggut-manggut. Beberapa buku dengan halaman terbuka yang menampilkan pemandangan nakal tergeletak di lantai. Ia mencari gambar yang paling fantastis untuk di tunjukkan pada kedua sahabatnya. Besok ia memiliki hot news di kampus. Memikirkannya saja membuat senyumnya semakin merekah.             Mengambil beberapa gambar sebagai taster, mungkin akan lebih mengguncang kedua sahabatnya. Ia pun meraih android bututnya dari samping kanannya dan memulai memotret.             Besar, panjang, tegak. Agak keemasan. Molen Arab yang di jual di kampus memang menggiurkan dan bikin ‘lapar’             Begitulah Personal Message-nya di BBM. Yeah..., ia memang menulis seperti itu. Tetapi arah pikirannya sudah terbang entah kemana-mana. Molen arab yang menjadi kontroversi bagi mereka. Alexia, salah satu sahabatnya tidak mau membeli makanan itu jika Azhura dan Jonny mengajaknya, meskipun ditraktir sekalipun. Ia mengatakan bentuknya terlalu menegangkan dan membuat dirinya selalu membayangkan sesuatu.             Dengan tekstur luar yang agak keras, ujungnya yang sedikit mengerucut, panjang dan besarnya tidak sanggup menutupi semua bagian di genggaman tangan. Bila bagian ujung di gigit hingga rapuh, bagian dalamnya terasa lembek dan lembut. Pisang dan cairan s**u di bagian inti langsung melumer di mulut, bikin ketagihan memakannya.             Membayangkan itu saja membuat Alexia ngeri. Tetapi tidak dengan Azhura dengan Jonny. Mereka sangat menyukai makanan itu. Makanan favorit dan tiada bandingannya menurut mereka berdua.             Jonny : Kau benar! Membayangkan saja aku sudah langsung ‘lapar’             Azhura terkekeh membaca komentar Jonny di group khusus mereka bertiga, sahabat melambainya dan Alexia. Ia pun membalasnya dengan tawa cekikilan.             Azhura : Tentu saja! Aku sedang menunggu kedatangan molenku :*             Jonny : Wow... Kau beruntung Azhura. Boleh aku mencicipinya?             Alexia : Berhenti lah membahas tentang molen Arab. (muntah). Adek masih polos, kak!             Azhura : Njirr!! Berhenti lah  sok polos! Apa molen pacarmu kecil? Mengecewakan?             Alexia : No!! Dia memiliki ukuran yang besar. Jika kau melihatnya, pasti langsung ketagihan.             Azhura : Aku tidak yakin! Palingan besaran molen si Jonny. Ya kan, Jon?             Jonny : Yeah... aku tidak yakin molen pacarnya besar. Pasti kecil, pendek dan lenyap di genggaman  (peace). Aku juga tidak yakin ia pernah memperlihatkannya padamu, kau kan cuma tempat persinggahannya. (Mencibir)             Alexia : Berhentilah mengatakan itu, setan!!! Njirr! (Emosi)             Azhura : Menjadi tempat persinggahan itu teralu menyakitkan. Nyesek rasanya (Sedih). Ngomong-ngomong... aku punya gambar nungging nih. Mau melihat??             Jonny : Benarkah? Cuma nungging? Ada 69?Rocking horse?Doggy?             Alexia : Mana? Cepat kirim!. (Antusias)             Azhura : (Mengirim gambar)               Azhura : (Mengirim gambar)               Azhura : (Mengirim gambar)               Ahura : Itu masih taster. Besok aku bawa aslinya (Ngakak). Aku memandang surga di depanku.             Alexia : Wow... keren             Jonny : Aku langsung ingin menungging (:D :D :D)             Group bbm tersebut tercemar karena kenistaan obrolan mereka seperti biasanya. Selalu membahas hal-hal yang absurd.             Setelah selesai membahas obrolan itu. Azhura kembali membolak-balikan halaman demi halaman majalah tersebut sambil tengkurap di lantai. Ia tertawa cekikilan saat membandingkan gambar model di majalah-majalah tersebut. Jujur saja, ia terpesona pada gambar itu. Ia terpesona dengan ketampanan dan tubuh tegap nan atletis tersebut. Pemandangan surga bagi Azhura saat ini. Jordan menggalengkan kepala di depan Azhura. Ia melihat satu persatu majalah playboy yang berserakan di lantai dengan pose-pose sang model yang membara.             Azhura mengerjapkan mata tidak percaya. Jordan bagaikan jelangkung. Datang tanpa terduga-duga. Ia pun duduk dan mencibir. “Pantas saja kau selalu m***m. Di lemarimu penuh dengan majalah seperti ini.” Kata Azhura menunjukkan salah satu gambar.             “Aku sudah tidak tahan, cepat kau ke sini.” Perintah Jordan. “Kau harus bertanggung jawab.” Tambahnya.             “Memang dasar kau saja yang overmesum,” Cibir Azhura sarkasme.             Jordan tidak memperdulikan itu, ia menghampiri Azhura dan duduk di depan gadis tersebut. Menyatukan bibir mereka dengan Azhura menutup mata. Azhura sering kali dibuat bingung oleh Jordan, lelaki itu tidak pernah membiarkannya menganggur sebentar saja. Nafsunya sangat lah tinggi.             Tubuh Azhura terangkat seperti beberapa hari yang lalu. Bedanya, kali ini kedua kakinya melingkar pada pinggang kokoh Jordan. Lelaki itu membaringkannya di ranjang dan menindihnya. Bibir mereka bertautan sangat panas seperti biasanya, tangan kiri Jordan menyangga tubuhnya agar tidak mempenyetkan tubuh Azhura. Jordan membuka atasan Azhura dan melahap payudaranya dengan tangan kirinya meremas yang di sebelah lagi.             Azhura mendesah panjang, menggeliat tidak tenang serta kedua tangan meremas rambut Jordan, membuat yang empunya makin semangat. Jordan mengambil nafas sebentar, lalu meloloskan atasannya sehingga mereka sama.             Bukan hanya itu, dia juga meloloskan celana Azhura. Gadis itu memekik ketika Jordan mengelus perlahan kulitnya dengan perlahan. Merapatkan kedua pahanya agar Jordan berhenti. “Ini akan nikmat.” Jordan merayu dengan pandangan menggelap.   *** Jakarta, 20 Juni 2020  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN