PART 8. ROLLER COASTER

1424 Kata
              “Su-sudah…” Azhura berupaya menghentikan Jordan yang sedang kalap di atasnya. Mendorong d**a laki-laki itu supaya menjauh darinya, tetapi kekuatan Jordan bukan tandingannya. Laki-laki itu memeluk Azhura erat dan mengecup seluruh wajahnya. “Kau menekanku.” Azhura menjauhkan wajahnya. Meringis karena bahunya ditimpa oleh Jordan. Lelaki itu mengusap-usap lengan Azhura sembari menggumankan maaf. Tidak sengaja karena terlalu bersemangat.             Azhura cemberut, membuat Jordan terkekeh. Mengecup keningnya lama. “Selalu saja ada halangannya.” Dengusnya lalu berdecak.             Gadis itu tergelak. Memeluk leher Jordan yang sedang cemberut. “Kau manis sekali, tuan cabul.” Pujinya. Mengecup singkat bibir Jordan. Lalu menyengir lebar. Jordan ingin mengulanginya lagi. Tetapi Azhura menolak. “Sudah. Menyingkir dari tubuhku!”             Dengan terpaksa Jordan menyingkir. Berbaring di samping Azhura yang telah duduk. “Kau sudah lapar? Aku memasak makanan kesukaanmu.”             Jordan mengernyit tidak percaya. “Benarkah?” Tanyanya.             “Iya, tentu saja.” Jawab Azhura semangat dan bersungguh-sungguh.             “Baiklah. Ayo kita makan.” Jordan hendak duduk. Tetapi Azhura menahan agar lelaki itu tetap berbaring.             “Kau harus menunggu setidaknya setengah jam. Baru makanan itu selesai kumasak.”             “Apa?” Jordan melotot, sedangkan Azhura menyengir lebar. “Kau belum memasak tetapi menyuruhku makan?” Gadis mengangguk polos sehingga Jordan menghela nafas panjang. “Kau mempermainkanku.” Jordan ingin mendekapnya. Namun Azhura mendorongnya dengan bantal guling.             Memukul sekali lagi sembari tergelak. Azhura keluar dari kamar dengan langkah cepat. Tidak ingin Jordan mengejar dan menyekapnya. Menunda pekerjaannya yang lain.             Gadis itu kembali cekikilan. Melirik pintu kamar Jordan yang sepertinya tidak berpenghuni. Rasa lega menjalar di seluruh tubuh Azhura, dirinya mampu mengerjakan pekerjaan rumah dengan tenang tanpa gangguan majikannya yang usil dan m***m.             Azhura pun menyibukkan diri di depan kompor. Begitu konsentrasi hingga pekerjaannya selesai. Mencicipi hasil masakannya untuk merasai. Lalu memindahkannya ke dalam wadah kecil.             Sebenarnya semur ayam itu adalah makanan kesukaan Azhura. Tetapi dengan lancangnya mengatakan bahwa makanan tersebut adalah makanan Jordan. Dan tanpa membantah, Jordan mengiyakan jika dirinya selalu menyukai apa yang di masak gadis tersebut.             Selesai menata meja. Azhura kembali ke kamar. Jordan ketiduran, tengkurap membelakangi pintu. Kemeja putih yang dikenakannya tadi telah tersingkirkan begitu saja. Membiarkan Azhura yang merapikannya.             Memang dasar majikan tidak tahu diri. Sama sekali tidak mau membantu pekerjaan Azhura. Lelaki itu membuatnya semakin kelelahan saja dengan semua sifat kekanak-kanakannya. Melempar pakaiannya begitu saja di lantai.             Setelah memasukkan ke dalam keranjang pakaian kotor. Azhura meraih guling dan memukuli punggung Jordan. Membangunkan agar lelaki itu mengakhiri mimpi indahnya. Jordan menggeliat dan berguman tidak jelas.             “Aku lelah sekali.” Jordan meracau, mendekat pada Azhura dan menimpa kepalanya pada paha gadis tersebut. “Kau harus bertanggung jawab.”             “Bertanggung jawab apa?” Azhura mengernyit tidak mengerti.             “Karena kau telah membangunkanku.” Ucapnya asal. Azhura memutar bola mata. Membiarkan Jordan meminjam anggota tubuhnya. Tangannya mengusap-usap kepala Jordan sehingga membuat lelaki itu semakin nyaman saja.             “Aku menunggu lima belas menit. Setelah itu aku akan menyeretmu ke kamar mandi. Kumandikan lalu ku kubur.” Ancamnya.             Jordan tergelak lemah. Sengaja menekan paha Azhura dengan bakal jambangnya sehingga gadis itu menahan nafas. Secara tidak sadar menampar wajah Jordan.             “Kau menyiksaku.” Jordan memegang wajahnya. Menatap tajam Azhura yang beringsut takut. Dia memang salah, menampar karena tidak sengaja meskipun itu dengan pelan. Iya, pelan. Hanya sedikit sakit. Jordan pasti tidak merasakan apa-apa. Itu hanya alibi semata agar Azhura merasa sangat bersalah padanya.             Dengan begitu. Jordan akan semena-mena terhadaapnya.             “Tidak. Kau tidak kesakitan.” Kata Azhura menantang. Jordan mengerutkan dahi. “Matamu tidak berair. Jika kau kesakitan maka matamu akan berair. Tetapi jika tidak, matamu baik-baik saja.”             “Tidak. Ini sakit sekali.”             Azhura kembali mengambil guling, memukul Jordan karena dia telah mencium seringaian m***m yang tersembunyi di bibir Jordan. Enak saja!             Sebelum itu terjadi. Azhura pun memilih kabur dari sana. Tidak menghiraukan panggilan Jordan.   ***               Hari ini adalah hari pertama Azhura dan kedua sahabatnya memulai kerja praktik di perusahaan keluarga Jordan. Gadis itu ditempatkan di bagian sekretaris agar Jordan cepat menggapainya. Sedangkan kedua temannya ditempatkan di divisi yang berbeda-beda.             Alexia dan Jonny tidak masalah dengan itu. Mereka mengerti dan memberikan semangat pada Azhura. Semuanya berada di tangan Azhura. Jika gadis itu melayani bos besar dengan benar, maka mereka pun akan baik-baik saja.             Tetapi jika Azhura membuat ulah. Maka mereka akan tamat.             Sehingga sebisa mungkin kedua sahabat Azhura mengontrol emosi gadis tersebut agar tidak meledak terhadap Jordan. Mewanti-wanti jikalau Azhura membuat kesalahan.             Jordan, lelaki m***m itu sudah merencanakan posisi mereka dengan matang-matang. Dengan adanya Azhura di kantornya, membuat dirinya semakin leluasa bersama gadis tersebut. Dia pun semakin menyunggingkan senyumnya.             Beberapa kali terlihat ramah pada karyawan yang menyapanya. Sehingga menimbulkan kecurigaan dalam benak karyawan-karyawan tersebut.             Hari pertama Azhura bekerja memang masih sangat lah canggung. Ia menunduk sopan pada semua karyawan yang melewati atau di lewatinya ketika mengantar beberapa file-file penting ke divisi lain, sehingga punggungnya terasa begitu sakit. Hampir encok. Dia tidak yakin bisa bertahan hingga beberapa waktu ke depan. Hingga siang ini, sudah dua kali ia dan Alexia bertemu karena mengantar file.             Lora, sekretaris Jordan mengajari Azhura mengenai pekerjaan yang harus dilakukan sebagai sekretaris. Ia ikut andil membuat scedule Jordan yang sebenarnya sangat padat. Ia mengernyit heran, selama ini Jordan terlihat santai saja. Padahal jika ia mengikuti scedulenya, tidak ada waktu bersantai baginya.             Azhura menyandarkan badannya pada sandaran kursi putarnya. Ia merasa sangat kelelahan dengan pekerjaan baru itu. Jam istirahat sudah berakhir dua jam yang lalu, ia pun menghitung jam lagi. Dua jam lagi waktunya pulang, batinnya menyemangati diri.             Gadis itu mengangkat badannya karena suara interkom dari ruangan Jordan berbunyi. “Azhura, ke ruanganku sekarang!” Azhura mendesah. Dengan langkah gontai, ia membuka pintu ruangan itu dan menemukan Jordan tersenyum menyeringai m***m seperti biasanya.             “Bagaimana hari pertama PKL-mu?” Tanyanya duduk santai di kursi kebesarannya sebagai bos.             “Sungguh melelahkan dan meremukkan semua tulang belulangku.” Ucapnya hendak duduk di sofa. Azhura mengerucutkan bibirnya. Seumur-umur, baru kali ini dirinya pernah bekerja. Ternyata selelah ini. Azhura tidak ingin melepas title mahasiswanya. Ia ingin seperti biasa sebelum PKL saja. Meskipun itu tidak mungkin.             Jordan terkekeh, “Kemari!” Azhura memutar haluan pada lelaki itu. Pinggangnya terangkat ke atas dan duduk di pangkuan oleh Jordan. “Kasian sekali dirimu?” Cibirnya menatap wajah kelelahan Azhura.             “Berhentilah mencibirku. Apa aku sudah boleh pulang? Jika aku tau seperti ini, aku tidak akan mau PKL di perusahaan besar. Lebih baik aku mencari perusahaan kecil yang tidak memiliki banyak pekerjaan.” Sungutnya menyesal.             “Manis sekali, bocah tengil. Sepertinya kau kurang asupan.” Jordan mendekatkan wajahnya dan melumat bibir Azhura. Seperti mendapat energi, gadis itu membuka pahanya dan melebarkannya dengan sedikit mengangkat sehingga ia duduk menghadap Jordan. Rok sepan hitam ketat yang dipakainya tersingkap hingga paha mulusnya terlihat. Jordan tidak menyia-nyiakan itu, ia mengelus dan secara perlahan menyelinap ke dalam.             “Manis sekali pekerjaan bos besar ini!” Ciuman Jordan dan Azhura terputus. Lelaki itu meringis karena telinganya di jewer seorang wanita yang sudah berumur.             “Bunda. Kenapa bunda ada di sini?” Sungutnya sambil menggosok-gosok telinga.             “Kalian terlalu konsentrasi, sehingga tidak menyadari bunda yang sedari tadi menonton aksi kalian.” Jawab wanita tersebut dengan santai, seolah-olah tidak menemukan hal aneh di sana.             Azhura salah tingkah dan beringsut turun dari pangkuan Jordan. Ia menunduk dan pamit keluar. Sesampainya di luar, ia memegang d**a. Ia sangat malu, ketahuan berciuman dengan bos sekaligus majikannya. Dan yang memergoki mereka adalah bunda Jordan, ibu Jordan. Mau di taruh kemana wajah Azhura?!             “Ada apa?” Lora bertanya pada Azhura.             Azhura menggeleng, “Tidak apa-apa! Itu tadi ibu bos kita ya, mbak?” Tanyanya memastikan.             “Iya. Nyonya Evelyn sering berkunjung kemari untuk memantau perusahaannya.” Azhura manggut-manggut. “Ada apa? Kalian sedang apa tadi? Wajahmu terlihat seperti baru kepergok bercinta” Tambahnya.             Azhura memalingkan wajahnya, ia teramat malu sekarang. “Tidak... kami tidak melakukan apa-apa” Jawabnya.             “Jadi? Ada apa dengan sekitar bibirmu? Basah seperti habis berciuman hebat.” Godanya menyeringai. “Aku curiga dengan hubunga kalian.” Lora semakin menjadi-jadi membuat Azhura merah padam.             Bukannya berhenti, Lora semakin terbahak melihat tingkah Azhura. Gadis itu terlalu mudah di tebak. Azhura baru bisa menghela nafas lega setelah Lora pergi ke kamar kecil.             Azhura kembali gugup dan berdiri sambil menunduk. Evelyn keluar dari ruangan anaknya. “Hem...” Azhura mengangkat kepala, “Kau karyawan baru?”             “B-bukan, bu. S-saya... hanya pkl di sini.” Jawab Azhura gugup.             Evelyn tersenyum, “Siapa namamu?”             “Azhura, bu” Jawabnya sopan             “Azhura...” Evelyn manggut-manggut. “Okey... selamat bekerja, saya pergi dulu.” Azhura mengangguk dan duduk kembali setelah wanita paruh baya itu pergi.             Mungkin lain kali ia harus hati-hati jika masuk ke dalam ruangan itu. Seperti kata Lora, Nyonya Evelyn sangat sering datang ke kantor. Bisa-bisa Azhura dituduh yang iya-iya oleh bunda Jordan.             Ia belum siap akan hal itu. Ia masih ingin bebas tanpa ada penindasan dari pihak manapun. Ia bahkan belum menyelesaikan sarjananya. Jangan sampai hal-hal yang dihindari terjadi dan membuatnya repot sebelum waktunya.             Azhura belum memikirkan hal-hal berat seperti halnya masalah keluarga. Dia sangat malas jika sudah membicarakannya. Bagaimana pun juga, Azhura baru saja bebas. Dia masih sangat ingin menikmati masa kebebasannya tersebut.   *** Jakarta, 02 Juli 2020  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN