PART 9. MASIH TERNGIANG-NGIANG

1597 Kata
            Azhura melirik Jordan yang berada di sampingnya. Hari sudah mulai gelap tetapi mereka belum juga sampai karena macet. Mengingat aksi memalukan mereka tadi siang membuat ia membungkam. Ia masih begitu malu. Jangankan pada seisi kantor, pada Jordan pun Azhura merasa begitu malu.             “Kenapa?” Azhura terkejut. Ia gelagapan karena ketahuan menghayal. “Apa aku terlihat makin seksi saat menyetir?” Azhura bersemu padam. Ia ketahuan lagi.             “B-bukan!” Jawabnya gugup.             “Lalu?” Jordan menyergit.             “Aku masih malu” Jawabnya pelan sembari menunduk.             “Malu karena tadi siang?” Azhura menganguk lesu. “Kenapa malu?”             Azhura berdecak. “Kita ketahuan berciuman di ruanganmu, dan yang memergoki kita itu bundamu” Ucapnya lantang.Jordan terbahak. “Kau memang sudah gila. Seharusnya kau malu, bukan gila seperti ini.” Decaknya lagi. “Pasti kau sudah sering kepergok seperti tadi dengan pacar-pacarmu sebelumnya.” Uccapnya cemberut. Meremas kedua tangannya semakin kesal.             Jordan mengangguk meski tawanya masih terdengar, “Yeah... itu sudah biasa.” Jawabnya santai tanpa beban.             Azhura menyedekapkan tangan di d**a, “Aku sudah menduganya. Sekarang bundamu pasti menganggap aku salah satu koleksimu.” Ucapnya merengut kesal.             “Koleksi?” Jordan menyipit.             Azhura melirik tajam pada Jordan, lelaki itu sama sekali tidak peka. “Ya, koleksimu. Kau memiliki banyak pacar yang sering kau cabuli. Bundamu pun akan menganggap aku perempuan tidak benar.”             Jordan terkekeh. “Kau berbeda, sayang. Bunda tidak akan beranggapan seperti itu lagi karena kau calon istriku.” Kirlingnya genit.             Azhura terbelalak, “Apa? Calon istri? Tidak! Aku ini masih terlalu muda mendapatkan gelar itu.” Elak Azhura enggan.             Jordan mengangkat bahu tanpa merasa bersalah, “Terserah kau saja. Aku sudah mengatakan itu pada bunda, aku juga mengatakan kita tinggal bersama.” Azhura tidak dapat berkata lagi. Ia sangat geram pada Jordan yang seenaknya saja menentukan tanpa persetujuannya.             “Kita tidak tinggal bersama!” Kata Azhura beberapa saat kemudian. “Sekarang antar aku pulang. Aku tidak mau mampir ke apartemenmu.” Teriak Azhura kesal             “Slow, baby! Kau masih pembantuku, pekerjaanmu di apartemenku belum selesai. Pelajaran menjadi pemain handal juga belum kita lakukan.”             “Aku tidak mau lagi. Aku benci padamu” Azhura berteriak. Semakin dirinya lemah pada Jordan, lelaki itu pun semakin mengatur hidupnya. Dan sekarang lelaki itu sungguh keterlaluan sekali. Mengatakan dirinya  calon istri lelaki tersebut pada orang tuanya.             “Pelankan suaramu, sayang. Orang-orang mengira aku tidak memuaskanmu di ranjang. Kau terlihat seperti kekurangan asupan bercinta sekarang.” Jordan terlihat sangat serius. Mengabaikan amarah Azhura yang semakin memuncak.             “Kubilang berhenti! Kau menyebalkan, semua kau libatkan dengan pikiran mesummu.” Azhura memukuli lengan Jordan dari samping. Sedangkan Jordan masih menyetir sehingga kemudinya sedikit oleng.             Bukan karena kesakitan atau terganggu, Jordan sungguh kewalahan di buatnya. Dalam keadaan menyetir seperti itu sungguh membahayakan mereka berdua, dan pengendara lainnya. Ia pun menepikan mobilnya. Daripada terjadi apa-apa dengan mereka, lebih baik diselesaikan dahulu. “Sepertinya kau tidak sabar lagi sampai di rumah, baby. Oke! Kita lakukan di sini.” Jordan menarik tengkuk Azhura.             Azhura berontak, ia memukuli d**a Jordan agar bibirnya dilepaskan. “Ka...” Belum sempat Azhura menyelesaikan ucapannya, Jordan kembali menyatukan bibir mereka. Kali ini lebih lama dan intens. Sama sekali tidak memberikan kesempatan pada gadis itu untuk berbicara sehingga Azhura hampir tersedak.             Gadis itu mengalah, tidak lagi berontak.Tubuhnya pun semakin lemas. Tidak memiliki pilihan lain selain pasrah. Lelaki itu menciumnya lama, mempora-porandakan isi mulutnya sehingga Azhura merasa bibirnya semakin tebal.             “Sudah cukup, kan? Masih bisa ditahan sampai di rumah?” Azhura mengangguk. Jordan tersenyum dan menciumnya sekilas lalu kembali dengan setirnya.             Azhura bagai orang bodoh. Rambutnya sangat acak-acakan, begitu juga dengan wajahnya, lipstiknya berserakan di sekitar mulut dan pipi.             “Kau terlihat sangat seksi, baby” Azhura tersadar. Ia merapikan rambut dan mengusap wajahnya dengan tissue. Lelaki itu sungguh menyebalkan, selalu saja menggodanya.             Sesampainya di apartemen, Azhura masih menunjukkan wajah kesalnya. Ia duduk di sofa tanpa menghiraukan Jordan yang sudan mendekatinya. Azhura sama sekali tidak tertarik melakukan hal apapun.             “Kau mau mengerjakan apa terlebih dahulu? Membesihkan apartemenku atau belajar praktek?” Tanya Jordan mengerling. Mencoba mencarikan suasana hati Azhura yang sedang kalut.             Azhura menghela nafas panjang, “Dari awal aku tidak pernah menyetujui kau mengajariku. Tapi kenapa kau bertindak seorah-olah tutorku?” Tanyanya sinis.             Jordan menyeringai, “Mulutmu memang tidak pernah mengatakan ‘iya’. Tapi tubuhmu tidak bisa menolak pesonaku, ciumanku yang ganas dan kulitmu ingin selalu menempel padaku” Jawab Jordan serius.             Azhura tersenyum mengejek, Jordan adalah manusia paling ajaib yang pernah di temuinya, “Aku baru mengetahui jika kau memiliki kepercayaan diri yang teramat tinggi.”             Jordan tidak mempermasalahkannya, ia pun semakin mendekat. “Jadi? Apa sudah selesai berbasa-basinya, nona Azhura?” Tanyanya             “Tidak! Aku tidak ingin belajar itu lagi. Pengetahuanku sudah cukup.” Jawabnya mantap.             Azhura beranjak dari sofa dan mengambil sapu untuk membersihkan apartemen itu. Ia berguman akan membalasnya esok hari bersama teman-temannya. Membersihkan apartemen itu sudah biasa baginya sehingga ia bisa menyelesaikannya dengan cepat.             Setelah membersihkan apartemen, Azhura memeriksa dapur. Ia akan menyiapkan makan malam mereka seperti biasanya. Ia tidak mempermasalahkan hal tersebut, disini ia bisa makan sepuasnya tanpa bayar, alias gratis.             “Wangi sekali masakanmu, baby!” Jordan menghampiri Azhura yang sedang menata makanan di meja, dan memeluknya dari belakang. Sesekali ia mengecup leher gadis tersebut.             Azhura berdecak kesal, “Berhentilah memperlakukan aku seolah-olah kita ini pasangan suami istri bahagia yang baru menikah.” Tekannya marah.             “Itu ide yang bagus, baby. Seharusnya kita cepat-cepat menikah dan membangun keluarga bahagia. Bagaimana menurutmu? Semua fasilitas di apartemen ini bisa kita gunakan sebagai tempat untuk bercinta. Misalnya meja makan ini. Sangat cocok, bukan?” Azhura berdecak. “kau menggodaku dengan terlentang…” bisik Jordan pelan. Azhura mengaiskan tangan Jordan dari perutnya  dan menginjak kakinya, sehingga Jordan meringis sambil menunduk untuk memegang kakinya yang berdenyut.             “Rasakan itu, tuan. Aku tidak sudi terlentang untukmu. Aku ingin terlentang pada orang yang lebih muda dan aku mencintainya.” Jawab Azhura menyendokkan nasi ke piring.             “Kau akan bersedia nanti, baby. Aku yakin hal itu. Tenang saja, aku akan memuaskanmu setiap hari. Kita bisa terlelap ketika fajar menjelang, dan kau akan selalu kesusahan berjalan karena selangkaanmu terasa perih akibat percintaan ganas kita.” Azhura mencebik. Ia sudah mulai  terbiasa dengan kata-kata vulgar tuannya.             “Berhenti mengatakan itu. Aku ingin makan” Azhura menghentikannya. “Kapan aku gajian? Aku rindu memegang uang banyak.” Ucapnya galak.             Jordan terkekeh, “Kau terlalu mata duitan, baby” Kata Jordan             Azhura tersenyum miring, “Aku sudah pernah mengatakan itu, kan?! Berterima kasihlah kau pada uangmu, sehingga aku mau jadi babumu” Jawabnya. “Sudahlah... cepat makan” tambahnya.             “Itu terlalu seksi, baby! Sepertinya kau sudah tidak sabar bergulat denganku”  Jawab Jordan. Azhura tersedak, ia pun meraih gelas dan segera meminum isinya tanpa sisa.             “Kau membuatku marah hari ini. Kau… sangat parah dan tidak bisa dimaafkan. Aku membencimu dengan semua kemesuman dan keotoriteranmu. Kau… Jo…” Azhura terengah-engah.             “Azhura…”             “Berhentii!!” Azhura memberikan kode menggunakan tangganya. Suaranya mulai serak. Oh, sial. Jordan sangat keterlaluan sekali. Melihat bulir air mata Azhura, Jordan hendak mendekat. Namun Azhura kembali menghentikannya.             “Tidak.”  Jordan tetap beranjak. “Kau jahat.” Kata Azhura menangis. Menyembunyikan wajahnya di d**a Jordan sembari memukulinya.             Selain tengil. Azhura manja.             “Kau masih memikirkannya?” Tanya Jordan berusaha menenangkan.             “Menurutmu?!” Kata Azhura galak. Jordan terkekeh. Semakin mendekapnya erat dan sesekali mengecup puncak kepalanya. Membuat gadis itu nyaman dan melupakan kejadian hari ini.   ***               “Aku mau pulang, cepat antarkan aku!” Azhura semakin kesal dengan Jordan yang tidak mau mengantarnya. Sedari tadi lelaki itu selalu menggodanya setelah Azhura selesai menangis. Jordan berhasil meyakinkan Azhura jika bundanya tidak akan berpikiran macam-macam terhadapnya. Cukup satu macm saja, sebab Evelyn memiliki banyak kesibukan lain.             “Aku masih ingin menciummu, sayang” Jawab Jordan             “Bibirku sudah bengkak.” Teriak Azhura. “Kau mau mematahkan bibirku? Aku saja sudah bosan, mengapa kau belum mau melepasku juga?” Tanyanya.             “Mulutmu yang selalu mengeluarkan kata-kata kasar itu semakin membuatku b*******h. Aku selalu ingin menghisapnya.” Jawab Jordan polos.             “Astaga” Azhura memijit kepalanya. “Sebenarnya ada apa dengan hidupmu? Kenapa kau selalu berpikiran m***m?” Tanyanya.             “Hidupku biasa saja, sayang. Berbuat m***m denganmu adalah impianku.” Ucapnya seraya mengeratkan dekapannya pada Azhura. Gadis itu sudah merasa sangat jengah, tetapi Jordan tidak mau melepaskannya.             “Kau tinggal di sini saja. Tidak usah kembali ke kosmu” Pintanya “Aku tidak yakin kau tidak akan  menangis sendirian di sudut kosanmu yang sempit.”             Azhura memutar bola mata. “Jangan harap! Aku tidak sudi tinggal satu atap dengamu”             “Kau yakin?”             “Yeah! Cepat antarkan aku.” Teriaknya.             Akhirnya Jordan mengantar Azhura ke kos-kosannya. Ia kembali mengatakan pada gadis itu, bahwa Azhura akan tinggal disana bersamanya. Azhura hanya menanggapinya dengan cibiran dan menjawab itu tidak akan terjadi.             Ke esokan harinya Azhura mendatangi kedua sahabatnya yang sedang sibuk dengan pekerjaan. Karyawan disana ramah dan baik sehingga mereka merasa nyaman.             “Bagaimana denganmu? Bagaimana rasanya menjadi bagian dari sekretaris bos besar?” Tanya Alexia.             Jonny mendekat, ia sangat antusias jika menyangkut dengan Jordan. “Sangat menyebalkan. Dia sama seperti biasanya, selalu menyuruhku datang ke ruangannya. Ini saja aku kabur ke sini” Ucapnya lesu.             “Oh! Azhura. Kau kasian sekali.” Jonny menunjukkan wajah pura-pura kasian.             “Diamlah, Jon. Aku selalu dikekangnya.” Jawab Azhura lesu.             “Akh..! Kau terlihat sangat lesu akhir-akhir ini. Apa dia masih kasar? Tidak mengijinkanmu istirahat?” Tanya Alexia.             “Yeah! Seperti yang kalian tahu.” Jawab Azhura. Seketika ia kembali berbinar, “Aku punya ide untuk mengerjainya nanti siang.” Tambahnya.             “Apa itu?” Tanya kedua sahabatnya ingin tahu.             “Masih ingat dengan rencana pemerasan?” Keduanya mengangguk. “Nanti kita lakukan. Dia mengajakku makan siang bersama.” Kedua sahabatnya memekik kegirangan. Azhura menyuruh diam agar tidak terdengar oleh siapapun.             “WOW....” Jonny takjub             “Kau sangat baik, Azhura. Aku mencintaimu.” Kata Alexia sembari memeluk Azhura             “Aku masih normal, Alexia. Lebih baik aku pada orang tua m***m itu daripada denganmu.” Jawab Azhura enggan.             Gadis itu menyengir, ia meralat kata-katanya dengan mencintai uang bos mereka, yaitu Jordan. “Bersiap-siaplah nanti siang. Kalian tidak boleh makan apapun sebelum istirahat.” Pesan Azhura pada keduanya.             “Siap, kapten!” Keduanya menghormat patuh pada Azhura.             “Bagus, prajurit” Azhura menepuk-nepuk punggung kedua sahabatnya sambil manggut-manggut.             “Sialan!” Kata Alexia.             Azhura berlari meninggalkan mereka sambil tertawa. Ia memang paling senang mengerjai kedua sahabatnya. “Jangan lupa nanti siang.” Ucapnya dengan kode, yang di angguki keantusian mungkin oleh mereka.   *** Jakarta, 02 Juli 2020  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN