Kini Jordan, Azhura dan kedua sahabatnya sedang duduk manis di sebuah restaurant mewah. Azhura benar-benar mengajak kedua sahabatnya untuk menguras dompet Jordan. Ini terlihat dari banyaknya makanan di meja. Berbagai makanan yang belum pernah mereka coba, akhirnya hari ini bisa dicicipi. Dari makanan lokal hingga manca negara tersaji disana. Sekelompok manusia-manusia absurd yang memiliki nafsu makan tinggi tidak akan menyia-nyiakan makanan tersebut. Mereka bisa menghabiskan itu bahkan jika ditambah dengan makanan penutup seperti es cream rasa vanilla, cokelat dan strawberry.
“Terima kasih, paman” Alexia tersenyum pada Jordan.
Jordan meringis akan panggilan itu, ia pun memprotesnya. “Apa aku terlihat setua itu sehingga kau memanggilku paman?”
Alexia dan Jonny sahabatnya mengangguk, “Yapz! Panggilan itu cocok untukmu, paman” Jawabnya. “Lagian aku tidak memiliki paman, aku sangat ingin memilikinya” Tambahnya dengan raut sesedih mungkin.
“Alexia benar, paman. Kami ini anak yang malang. Aku memiliki paman, tetapi tidak sebaik dirimu. Pamanku terlalu kejam, dia seringkali membuatku sakit hati” Ucap Jonny. “Boleh kan, kami memanggilmu, paman?” Jordan mengangguk ragu. “Meskipun di kantor, paman adalah bos kami, tetapi di luar kita ini keluarga.” Jordan hanya bisa mengangguk untuk kesekian kalinya. Dia tidak sadar saja jika kedua teman Azhura sedang merencanakan sesuatu yang menguntungkan mereka.
Azhura mengendus, “Berhentilah membuat drama. Nafsu makanku berkurang mendengar drama tidak bermutu itu” Ucapnya.
“Azhura, kau tau sendiri kan bagaimana kami? Kau juga memiliki paman yang tidak baik. Kita ini senasib!” Azhura memutar bola mata mendengar perkataan Alexia.
“Paman, jangan dengarkan Azhura. Ia sebenarnya teramat miris.” Jordan manggut-manggut dan memandangi mereka secara bergantian. Mereka bertiga teman karib, tetapi tidak jarang saling menjelek-jelekkan satu sama yang lain.
Pertemanan yang aneh.
“Aku ke toilet dulu! Aku langsung sembelit mendengar drama kalian.” Ucap Azhura bergegas. Kedua sahabatnya mengangguk.
“Mau kutemani, baby?” Tanya Jordan mengerling. Azhura memutar kembali bola matanya, “Jangan keseringan memutar bola mata, baby! Nanti matamu berputar-putar dan tidak bisa kembali normal” Kekeh Jordan. Kedua sahabat Azhura menertawakan sambil memperagakan mata berputar-putar. Azhura menghentakkan kakinya pada lantai dan pergi meninggalkan mereka.
“Tau kah, paman?! Sebenarnya paman dan Azhura itu sangat cocok satu sama lain.” Jonny mulai menggoda.
“Benarkah?” Tanya Jordan berbinar.
“Iya, paman. Apakah paman menyukai teman kami? Dia itu sebenarnya sangat menyukai paman. Katanya paman itu sangat pengertian dan pemain hebat” Jordan mengangguk bangga. Ia mulai di kelabui anak ingusan yang memiliki kewarasan di bawah rata-rata.
“Kami sangat senang kalau paman dan Azhura memiliki hubungan spesial. Kami memberi dukungan penuh atas itu.” Alexia membusungkan badannya ke depan. “Mulai sekarang, boleh kah kami memanggil kalian dengan sebutan ‘paman’ dan ‘bibi’?”
“Hem?” Jordan mengernyit. Alexia dan Jonny terlihat sangat berharap. “Boleh. Kalian boleh memanggil dengan sebutan itu” Ucapnya manggut-manggut bangga. Jonny dan Alexia berbinar haru. Ingin langsung memeluk Jordan. Tetapi mereka harus menjaga sikap karena jika tidak, rencana mereka tidak akan terlaksana.
“Yes!” Jonny bersorak pelan. “Mulai sekarang, anggap saja kami berdua keponakan kandung paman, okey?!” Tambahnya.
“Baiklah!” Jawab Jordan setuju.
Alexia setengah berbisik, “Apa paman tahu kebiasaan Azhura tidur di malam hari?” Tanyanya tersenyum misterius.
Jordan mengernyit, “Tidak.” Jawabnya penasaran.
Keduanya menghela nafas berat, “Seharusnya paman tahu itu. Azhura sangat liar kalau malam hari. Dia suka memeluk orang yang tidur di sampingnya dan tidak memakai pakaian dalam. Hanya kain tipis saja” Bisik Alexia
“Benarkah?” Tanya Jordan semangat.
“Iya. Paman harus melihatnya” Tambah Jonny. “Aku saja sering dipeluknya jika kami tidur bersama” Ucapnya ngeri. “Dia juga sering menimpa orang secara tak sadar.”
“APA YANG KALIAN BICARAKAN?!” Tekan Azhura tertahankan. Ia bercak pinggang di belakang kursinya.
“Tidak ada, baby. Mereka hanya membicarakan kebiasaanmu di malam hari.” Jawab Jordan polos.
“Kalian berdua!!! Kenapa kalian membocorkan rahasiaku?” Tanya Azhura kesal. Setelah ini Jordan pasti akan semakin menyebalkan.
“Paman Jo, tolong kami. Bibi Azhura mulai mengamuk” Jonny kembali membuat drama.
“Bibi, maafkan kami.” Tambah Alexia dengan raut menyesal. “Kami hanya ingin tidak ada dusta di antara kalian.”
Azhura menghela nafas berat, “Bibi?” Tekannya. “Sejak kapan aku menjadi bibi kalian? Aku ini masih terlalu muda mendapat gelar keramat itu. Dan ingat, aku masih seumuran dengan kalian.” Tambahnya tidak terima.
“Slow, baby. Mereka benar. Kita ini pasangan yang cocok. Mereka memanggilku paman dan tentu saja memanggilmu bibi.” Jawab Jordan menenangkan.
“Sepertinya aku menyesal membawa kalian kesini.” Ucap Azhura memandang mereka sinis. “Huh! Kalian ini menghianatiku.” Ucapnya sedih.
“Bibi, maafkan kami.” Jonny terlihat benar-benar menyedihkan.
“Sudahlah! Aku menjadi lapar melihat wajah menyedihkan itu.” Ucapnya mulai makan lagi. Kedua sahabatnya terkekeh sambil bertos ria. Jordan pun menggelengkan kepala melihat kelakuan mereka.
Membicarakan hal-hal buruk satu dengan yang lain seperti itu bukan hal yang baru bagi mereka. Lebih dari itupun sudah sering terjadi. Persahabatan mereka bukan hanya selebar daun talas, hanya ejekan atau membongkar rahasia seperti itu menyebabkan mereka terbelah atau bermusuhan. Justru dengan itu mereka semakin absurd dan lebih kuat. Tidak jaim, bocor dan apa adanya. Mereka menganggap itu sebagai bahan lelucon tanpa di masukkan dalam hati.
***
Azhura sedang bersantai di kursinya sembari menengadahkan kepala dan memutar-mutar kursi. Ia sedang tidak ada pekerjaan karena Jordan dan Lora pergi menemui client di luar. Komputernya sedang mengalami gangguan dan bagian service belum juga datang untuk memperbaiki, sehingga ia merasa sangat bosan sekali.
Beberapa saat kemudian, Pak Tono –bagian sevice- datang menghampirinya. Ia membawa komputer itu ke ruangan inventory dengan Azhura mengekor di belakang. Di ruangan itu Azhura akan menemukan hal-hal baru yang membuatnya tidak merasa bosan lagi.
“Sepertinya terkena virus.” Guman Pak Tono.
Azhura manggut-manggut sambil memperhatikan Pak Tono memperbaikinya. Ia duduk di sebelah orang tua paruh baya tersebut. Besar dan lengkap, fikir Azhura memperhatikan ruangan tersebut. Ia kembali manggut-manggut tidak jelas.
Komputer itu sepertinya mengalami kerusakan yang lumayan parah, sudah satu jam lamanya mereka disana tetapi sampai saat ini belum juga kembali seperti semula. Azhura sedari tadi memperhatikan beberapa peralatan canggih yang ada disana. Ruangan itu teramat dingin karena semua sumber internet dan perbaikan berada disana, sehingga membutuhkan udara seperti di kutub selatan.
Meskipun menggigil, Azhura tetap tidak mau keluar. Ia membaca berbagai buku petunjuk. Azhura mengalihkan pandangannya pada pintu, seorang lelaki datang dengan satu komputer di tangannya. Sepertinya komputer itu mengalami hal yang sama seperti milik Azhura.
Setelah komputernya selesai diperbaiki, Azhura keluar dengan Pak Tono di belakangnya membawa computer tersebut kembali ke ruangan. Sepertinya Jordan sudah kembali, Azhura melihat ruangannya sedikit terbuka. Tetapi Lora belum terlihat di mejanya, Azhura mengerutkan dahi. Ia langsung masuk ke ruangan Jordan setelah Pak Tono selesai memasang komputer tersebut dan pergi.
“Kau sudah pulang?” Azhura tampak berbinar menemukan Jordan duduk di kursinya sambil memainkan ballpoint.
Jordan mengangkat kepala dan menyeringai m***m, “Kau merindukanku?” Tanyanya.
“Tidak! Aku hanya bertanya dan memastikan karena pintu ruanganmu sedikit terbuka.” Elak Azhura.
“Kau berbohong, baby. Kemarilah.” Perintah Jordan.
“Tidak mau! Aku mau pulang.” Jawabnya. Saat ini memang sudah waktunya jam kantor berakhir. Jordan sebenarnya bisa kembali ke apartemennya, tetapi ia mengurungkan niatnya karena Azhura masih di kantor.
Beberapa karyawan sudah tidak terlihat lagi di meja masing-masing, begitu juga dengan kedua sahabatnya. Mereka kembali beberapa menit yang lalu setelah mengabarkan pada Azhura melalui BBM.
“Ayolah! Kita tidak akan pulang kalau kau tidak datang kemari.” Jordan mulai menunjukkan taringnya sebagai penguasa.
Azhura berdecak, “Aku malas berdekatan denganmu, pikiranmu selalu mesum.” Ucapnya cemberut.
Jordan terbahak, “Kau sudah tahu, maka cepatlah kemari.” Azhura pun mengalah. Ia pasrah ketika Jordan menaikkannya ke pangkuan dan melumat bibirnya.
Azhura pun mulai aktif, tidak membiarkan Jordan menguasai bibirnya sendiri. Ia ikut ambil bagian dan membalas kecupan demi kecupan. Ia bahkan sudah berani memasukkan lidahnya pada mulut Jordan. Bukan hanya itu, gadis itu juga telah berani mengecup leher Jordan.
“Tuan mesum.” Gerutu Azhura merosot dari pangkuan Jordan.
Jordan terbahak dan membereskan tas kerja. Mereka keluar dengan Jordan memeluk pinggang Azhura possessif menuju parkiran. Karyawan lain memang tidak heran lagi dengan mereka berdua. Keduanya selalu terlihat bersama di pagi dan sore harinya. Mereka berpikir jika Azhura dan Jordan memiliki hubungan tanda kutip.
***
Jakarta, 02 Juli 2020