Ini kedua kalinya James mendatangi gubuk tua. Pertama kali ia datang ke sini untuk membunuh Fred dan Elena, dan kini dia datang ke sini untuk menjemput anak mereka. Dia tersenyum sinis, istrinya sedang menginap di gubuk tua bersama seorang pria kumuh yang mendatangi rumahnya di hari kemarin. Jika saja mereka kedapatan sedang melakukan sesuatu yang buruk, James tak akan ragu untuk mengeluarkan pistol yang tersampir di pinggangnya.
James tidak akan berteriak untuk memanggil Agatha. Dia lebih memilih untuk langsung mendobrak pintu reot itu dengan sedikit tenaganya. Dan seperti dugaannya, hanya perlu sedikit tenaga saja untuk dapat membuat pintu gubuk ini terbuka—lebih tepatnya terbuka karena rusak.
Dua orang yang berada di dalamnya langsung kaget, James menatap datar pada Agatha yang tengah membaringkan tubuhnya di kasur lipat bersama Opie dan Obie yang sedang memasak di salah satu sudut. Ternyata keduanya tidak sedang melakukan hal yang membuat James murka, syukurlah karena dengan begitu James tidak perlu mengeluarkan peluru pistolnya.
“James, apa yang kau lakukan?” teriak Agatha langsung. Kaget akan kedatangan suaminya juga tak terima dengan pintu gubuknya yang rusak.
“Menjemput istriku tentu saja.” James dengan santai melangkahkan kakinya masuk ke dalam gubuk dan langsung menuju ke arah Agatha. Tanpa aba-aba dan tanpa perasaan, James langsung menarik tangan Agatha dengan kasar.
“Aku tidak mau pulang!” Agatha memberontak dengan sekuat tenaga yang ia punya.
“Dan aku ingin kau pulang!’
“Hei, Bung! Kau tidak berhak untuk memaksa Agatha!” Obie mencoba untuk menolong sahabatnya tersebut dari kekejaman suaminya sendiri.
James mendengus kesal. “Aku berhak karena aku suaminya!” James langsung menggendong tubuh Agatha karena wanita tersebut yang terus memberontak. Hal tersebut membuat Agatha semakin bergerak brutal.
“JAMES LEPASKAN AKU b******k!!”
***
“Mengapa kau memaksaku untuk pulang, James? Seharusnya kau tidak mempermasalahkan jika aku menginap di rumahku untuk waktu semalam. Aku tidak akan kabur darimu!”
“Tempat seperti itu tidak pantas untuk disebut rumah!”
“Ya! Gubukku!”
Perdebatan antara James dan Agatha terus saja berlanjut ketika mereka telah berada di dalam mobil yang dikendarai oleh Hans. Beruntung ada pembatas yang menghalangi kursi kemudi sehingga Hans tidak akan bisa melihat ataupun mendengar apa pun yang menjadi perdebatan keduanya.
Agatha masih tidak terima dengan pemaksaan pulang James padanya. Dan James pun tetap pada pendiriannya untuk membawa pulang. Tidak peduli jika Agatha akan terus memberontak ataupun mendebatnya, James akan tetap membawa Agatha pulang ke rumahnya. Karena tempat itulah yang menjadi tempat paling tepat bagi Agatha selama menjadi istrinya.
“Kenapa kau memaksaku untuk pulang, James? Aku rindu gubukku, rindu juga pada orang tuaku yang telah kau bunuh! Kuburan mereka ada di dekat gubuk, tidakkah kau ingin mengizinkan aku untuk bersama mereka walau semalam saja?” desak Agatha lagi untuk ke sekian kalinya, tangannya tak henti memukuli lengan James dengan pelan. Jujur saja Agatha ingin melayangkan pukulan yang sangat keras terhadap suaminya tersebut, tetapi ia tahu jika dirinya melakukan hal tersebut bukan James yang akan kesakitan melainkan dirinya sendiri.
Tubuh James sangat kuat, Agatha ragu bisa menyakiti tubuh tegap tersebut. Yang ada, Jameslah yang bisa menyakiti Agatha lebih dari apa yang Agatha lakukan. Mungkin sekali pria itu mengangkat tangan, Agatha akan mendapatkan tamparan yang mampu membuat gigi-giginya rontok semua, atau setidaknya tergambar bekas tangan James di bagian pipinya.
“Mana mungkin kau merindukan gubuk tua sedangkan kau sekarang tinggal di rumah mewah bak istana?” sinis James, membiarkan tangannya terus dipukuli oleh Agatha. Toh dirinya sama sekali tidak merasakan sakit. Biarkan saja Agatha terus melakukan hal tersebut sampai dirinya kelelahan.
“Kau tidak tahu betapa gubuk yang kau hina itu jauh lebih berarti bagiku. Jika kau memberikan aku kesempatan maka aku akan memilih untuk tinggal di dalam gubukku. Di sana jauh lebih nyaman dan yang paling terpenting aku bisa berada di dekat orang tuaku selalu.” Agatha berhenti memukuli lengan James, kini ia menangis seraya menyandarkan keningnya pada lengan suaminya tersebut.
James sama sekali tidak mempermasalahkan ketika kening Agatha bersandar pada lengannya yang tadi digunakan sebagai samsak oleh istrinya tersebut. Tapi, ada sesuatu yang membuatnya mendengus kesal. Yaitu pernyataan Agatha yang mengatakan jika wanita itu lebih memilih untuk tinggal di dalam gubuk tua terpencil dan dekil miliknya ketimbang tinggal di rumah mewah dan megah milik James. Apa Agatha sedang bercanda atau justru wanita itu sudah kehilangan akalnya sehingga lebih memilih kerikil tak berguna daripada berlian?
“Katakan saja jika sebenarnya kau ingin bersama pria kumuh tadi ‘kan? Bahkan jika aku tidak datang, mungkin saja kalian berdua sudah berbuat sesuatu!” tuding James, yang dimaksudnya dengan pria kumuh adalah Obie yang tadi berada di dalam rumah Agatha.
Mendengar tuduhan tersebut Agatha langsung saja menghapus air matanya dan mengangkat wajahnya kembali. Ia memicingkan matanya ke arah James. “Maksudmu Obie? Jangan memanggilnya seperti itu! Kau harus tahu meski dia miskin dan terlihat kumal sekali pun tetapi dia jauh lebih baik daripada dirimu!”
“Terus saja bela kekasihmu itu! Pasti kau marah karena aku menggagalkan acara malam kalian!”
“Obie bukan kekasihku! Dia temanku, kenapa kau mempermasalahkan jika aku bermalam dengannya? Apakah itu suatu masalah besar bagimu?” tanya Agatha dengan mata yang menatap tajam ke arah suaminya.
Jangan bayangkan bagaimana penampilan Agatha, karena sudah tidak ada kesan rapi sama sekali dalam dirinya. Rambutnya yang terbuai berantakan, wajahnya yang sembab dan penuh emosi, juga pakaiannya yang kusut tak karuan untuk dilihat. Jika saja ada seorang pengkritik fashion, maka penampilan Agatha akan mendapatkan nilai paling buruk.
Sejauh ini, Agatha sama sekali tidak peduli akan hal tersebut. Lagi pula yang ada di hadapannya adalah suaminya yang sudah tahu Agatha luar dan dalam. Jadi Agatha merasa tidak perlu harus menjaga citra dirinya.
“Jawab aku! Apa jika aku bermalam bersama Obie itu merupakan suatu masalah besar bagimu?” desak Agatha ketika James tidak kunjung membalas pertanyaannya.
James terdiam beberapa saat sebelum kemudian berkata dengan nada yang sangat rendah. “Apa kau berpikir jika aku akan membiarkan istriku sendiri bermalam dengan seorang pria lain di dalam gubuk tua yang bahkan tidak mempunyai kamar untuk memisahkan mereka?”
Tangan James tiba-tiba menarik Agatha ke dalam rangkulannya. Tubuh keduanya sedikit tersentak kala mobil mengalami guncangan akibat melewati polisi tidur yang terlalu tinggi. James kembali berucap, “Kau harus ingat statusmu sebagai istri dari seorang James Hunt. Lingkar hidupmu kini dilihat dan diperhatikan oleh banyak orang, Agatha. Kau harus menjaga nama baikmu untuk menjaga nama baikku. Apa kau mengerti, istriku?”
Akhirnya Agatha memilih diam dan tak menjawab lagi. Bahkan kepalanya dengan lancang bersandar ke atas bahu milik James. Jika James protes, maka Agatha akan mengatakan jika pria tersebut yang pertama kali merangkulnya. Namun, setelah satu menit berselang ternyata James tidak mengatakan apa-apa. Pria itu bahkan memejamkan matanya karena merasa jika perdebatan mereka telah usai.
“James bagaimana bisa kau tahu jika aku berada di gubuk bersama Obie? Apa Vin yang mengatakannya atau ketiga pelayanku?”
James kembali membuka matanya. “Tidak. Aku tahu dari anak buahku.”
“Anak buahmu?”
“Ya, aku berniat untuk memperbaiki gubukmu. Ah, tidak! Mungkin lebih tepatnya aku berniat untuk mengubah gubukmu menjadi rumah yang mewah dan bagus. Tetapi kemudian salah satu anak buahku mengatakan jika gubukmu ditinggali oleh seorang pria. Maka dari itu aku mengurungkan niatku.”
Agatha langsung antusias mendengarnya. “Kenapa kau mengurungkan niatmu, James? Seharusnya kau lanjutkan saja merenovasi rumahku. Memangnya bagaimana bisa kau memiliki niat mulia seperti itu?”
“Tentu saja untuk menunjukkan citra baikku sebagai seorang suami. Emily pasti semakin menyesal melihatnya.”
Agatha menarik perkataannya mengenai niat mulia. James memang tidak pernah melakukan sesuatu dengan ikhlas untuknya. Selalu saja ada bayang-bayang untuk membuat Emily menyesal di belakangnya. Tapi tak mengapa, Agatha tidak akan mempermasalahkan hal tersebut sekarang. Lebih baik ia meyakinkan James untuk memperbaiki gubuknya agar ia mempunyai tempat pulang yang layak setelah bercerai dari James.
“Ada priamu yang tinggal di sana. Jadi untuk apa aku memperbaikinya?”
“Tentu saja untukku! James, perbaiki saja rumahku, perihal Obie biar nanti dia tinggal untuk sementara saja di rumah lain,” bujuk Agatha dengan senyuman yang benar-benar menyiratkan kebahagiaan.
“Sepertinya kau sangat ingin jika aku memperbaiki gubuk tuamu?”
“Tentu saja. Aku harus punya tempat untuk berteduh setelah bercerai darimu nantinya.”
James terkekeh. “Kau bahkan sudah memikirkan tentang perceraian kita di saat aku sama sekali belum berniat untuk menceraikanmu.”