Sore ini Agatha mendapatkan sebuah kejutan yang mampu membuatnya berjingkrak-jingkrak kesenangan. Vin yang melihat hal tersebut bahkan harus menahan tawanya karena kejadian tersebut. Dan apa yang dilakukan Agatha bukan karena ia mendapatkan hadiah mobil atau pun barang berharga lainnya, melainkan karena kedatangan seorang pria yang membawa seekor kucing jalanan.
Untuk menjalankan tugasnya dalam mengawal Agatha, Vin tidak beranjak dari posisinya dan mengikuti ke mana pun Agatha pergi. Hal tersebut ia lakukan karena merasa khawatir jika tamu yang datang berkunjung merupakan seseorang yang berbahaya walau tidak menunjukkan gelagat yang berlebihan.
Agatha membawa Obie dan Opie yang menjadi tamunya sore ini ke taman yang menjadi tempatnya melakukan siaran langsung tadi. Senyum riangnya tak henti mengembang dengan tangannya yang tanpa canggung menarik tangan Obie dengan leluasa.
Setelah sampai di taman, tepatnya di sebuah kursi yang cukup luas dan cukup untuk diduduki oleh enam orang manusia dewasa, Agatha memangku Opie dan menoleh ke arah Vin yang berdiri di belakangnya. “Vin tolong katakan pada Adel atau siapa pun untuk membawa makanan ringan dan air minum ke sini. Katakan padanya untuk membawa daging ayam juga,” titah Agatha, untuk pertama kalinya memerintah layaknya seorang Nyonya.
“Baik, Nyonya Agatha.”
Setelah Vin berlalu, Agatha langsung fokus pada hewan yang tak menggemaskan namun dirindukannya yang kini asyik bermanja di pangkuannya. Ia sangat merindukan Obie dan juga Opie, bahkan Agatha tidak tahu kabar mereka sebelum Obie datang ke sini.
“Aku senang melihatmu baik-baik saja.”
“Dan aku senang karena kau datang ke sini, apalagi membawa Opie.” Agatha membalas dengan senyuman yang sangat manis, ia mengalihkan pandangannya pada Obie ketika Opie meloncat turun dari pangkuannya. Mungkin Opie ingin berjalan-jala di sekitar taman, maka dari itu Agatha membiarkannya.
“Agatha, aku sudah tahu apa yang telah menimpamu. Aku sangat marah pada John dan kini aku sudah meninggalkan rumahnya. Aku tidak ingin menumpang hidup pada pria b******k sepertinya,” ujar Obie dengan tatapan mata yang menjurus lurus ke arah Agatha.
“Lalu sekarang kau dan Opie tinggal di mana?” Agatha langsung menegakkan tubuhnya. Ia menatap seseorang yang dulu tak dianggap oleh Jonathan tersebut dengan raut wajah khawatir. Agatha tidak menyangka jika Obie akan melakukan ini karena marah pada Jonathan yang telah menjadikannya tumbal.
“Kau tidak perlu khawatir padaku, Agatha. Aku baik-baik saja dan untuk itu pula aku ingin meminta izin padamu. Setelah memutuskan untuk pergi dari rumah Jonathan, aku memutuskan untuk membawa Opie ke rumahmu. Kuharap kau tak keberatan jika kami menumpang di rumahmu.”
Wajah sendu langsung muncul begitu saja di wajah Agatha. Sebenarnya Agatha cukup diliputi perasaan senang jika Obie mau tinggal di dalam gubuknya karena dengan seperti itu gubuknya tidak akan terbengkalai dan roboh tanpa diketahui siapa pun. Jika Obie tinggal di sana maka setidaknya pria itu pasti menjaga dan merawat gubuknya.
Hanya saja, Agatha juga merasa tidak tega jika Obie harus tinggal di gubuknya yang jelek. Pria itu sudah mendapatkan kehidupan yang cukup baik ketika bersama Jonathan. Dan sekarang demi untuk Agatha, Obie harus meninggalkan rumah Jonathan dan berakhir di gubuknya.
“Tentu saja tidak masalah jika kau tinggal di gubukku, Obie. Tetapi apa kau tidak masalah tinggal di sana?”
“Aku bukan suamimu yang terbiasa dengan segala kemewahan Agatha. Tidur di dalam gubuk milikmu jauh lebih baik daripada aku harus tidur di jalan raya yang mana ban mobil bisa menggilas dagingku kapan saja.”
Agatha kontan memukul bahu Obie dengan keras. “Jangan membicarakan hal yang mengerikan, aku tidak menyukainya! Lupakan tentang itu, jadi sekarang kau sudah tidak berkomunikasi lagi dengan John?”
Obie menganggukkan kepala dengan pasti. “Tentu saja, aku sama sekali sudah tidak tahu tentangnya karena aku juga sudah berhenti bekerja dari restoran. Aku benar-benar sudah tidak ingin berhubungan lagi dengannya. Bukannya aku tidak tahu terima kasih, hanya saja aku sudah terlanjur malas berhubungan dengan pria yang tega menyakitimu. Kau wanita dan teman yang baik, Agatha. John akan menyesal karena dia telah menyakitimu.”
“Padahal jika pun kau tetap bekerja di restoran, kau tidak akan berhubungan dengannya karena sekarang John sudah dipecat dari sana.”
“Apa? Jonathan dipecat dari restoran? Bagaimana bisa seperti itu dan bagaimana bisa kau tahu?” heran Obie dengan kening berkerut.
Agatha mengangkat bahunya sejenak. “Aku tidak tahu secara pasti. Tapi teman-temanku melakukan sesuatu padanya hingga akhirnya ia dipecat. Obie, sepertinya akan menyenangkan jika kau bekerja pada James? Dengan begitu kita akan sering bertemu.”
Ucapan yang Agatha utarakan membuat Obie antusias. Tidak terpikirkan ke arah sana sebelumnya dan kini Obie sangat menyetujui usulan tersebut. “Kau benar Agatha. Apa sekarang suamimu sedang membutuhkan pelayan atau mungkin pengawal? Atau bahkan tukang kebun sekali pun aku mau!”
“Aku tidak tahu tetapi aku akan menanyakannya nanti. Dan aku akan membujuknya untuk memberikan pekerjaan padamu.”
“Kalian terlihat seperti pasangan yang normal?”
Agatha tertawa pelan. “Tidak sebenarnya. Hanya saja kami berusaha untuk menjalani peran dengan baik. Aku akan menunjukkan pada Jonathan jika aku bisa bahagia dan mencintai pria lain. Dan James pun akan membuktikan hal yang sama pada Emily, wanita yang seharusnya menjadi istrinya.”
“Tidakkah seharusnya kalian saling mencintai dan menyayangi karena nasib kalian yang sama? Apalagi sekarang takdir mempersatukan kalian.”
Lagi-lagi Agatha tertawa ringan. “Obie, jangan lupa jika pria yang menjadi suamiku sekarang adalah pria yang telah membunuh kedua orang tuaku. Jika saja aku mempunyai kuasa, maka aku sudah membunuhnya juga.”
Agatha menoleh ke belakang ketika indra pendengarannya mendengar obrolan beberapa wanita yang sangat berisik. Pantas saja, ternyata yang datang adalah tiga pelannya yang seperti biasanya dengan ceria berceloteh banyak hal seperti seorang balita yang baru bisa berbicara.
“Nyonya, kami letakkan di mana semua ini?” tanya Adel ketika ia dan kedua rekannya telah sampai di hadapan Agatha. Agak bingung untuk menyimpan nampan yang mereka bawa karena tidak terdapat satu pun meja di taman.
“Letakkan saja di rumput.”
Ketiganya pun langsung menuruti perintah Agatha. Piring yang dibawa oleh Peggy yang berisikan daging ayam langsung dihampiri Opie yang semula berjalan-jalan. Sepertinya kucing tersebut kelaparan karena langsung memakan makanannya dengan rakus.
“Nyonya apakah kucing ini—“
“Biarkan saja Peggy, dia adalah kucing dari temanku ini. Oh ya, perkenalkan temanku namanya Obie dan kucing yang sedang makan itu namanya Opie.”
“Senang bertemu denganmu, Tuan. Perkenalkan namaku Adel, aku pelayan pribadi Nyonya Agatha yang paling rajin.”
“Tidak! Dia berbohong! Yang paling rajin adalah kami, namaku Peggy dan ini saudara kembarku Katty.” Peggy tidak terima dengan kalimat yang diucapkan oleh rekannya. Agatha hanya mendengus melihatnya.