Bekal Makan Siang

1500 Kata
Semakin lama di lihat, tubuh besar nan gagah Hans makin mendekat ke arahnya, Brielle sudah sia kalau-kalau Hans akan mendampratnya karena keluyuran di tempat seperti ini. ‘Aduuh nggak beruntung banget aku hari ini’ ucap Brielle kebingungan. Tatapan mata Hans yang sedikit berbeda dari malam itu membuat hati Brielle makin tak karuan saja, Hans sedikit merendahkan tekanan suaranya saat berada tepat di depan Brielle. “Ehemm, kita ketemu lagi nona Anderson” ujar Hans, senyumannya mengembang tipis. Brielle membeku sejenak kemudian ia tersadar harus menyahuti ucapan Hans, “Eeh iya dokter Hans, kita ketemu lagi” kata Brielle kikuk. Hans makin melebarkan senyumannya melihat tingkah lucu dari Brielle, “Well karena kita sudah jumpa begini bagaimana kalau jalan-jalan sebentar?” ajak Hans pelan. Tentu saja hati Brielle nampak berbunga-bunga saat itu juga, saking senangnya dengan ajakan Hans sampai bibirnya tidak bisa mengeluarkan satu kata dengan benar. Hans berjalan dua langkah dn di ikuti oleh Brielle di belakangnya, jarak mereka tidak jauh namun Brielle merasa jarak ini masih terlalu jauh untuk menyentuh hati Hans. ‘Langkah kakinya lebar banget, aah iya mingkin kakinya memang panjang jadi jalannya cepet’ ucap Brielle dalam hati. Mengetahui Brielle kesulitan mengikuti langkah panjangnya, Hans segera menurunkan tempo berjalan, “Hemm kalo boleh tahu apa yang anda lakukan disana tadi nona Anderson?” tanya Hans membuka percakapan. Brielle bingung harus bagaimana menjelaskan apa yang dia lakukan tadi, mana mungkin dia akan bicara terang-terangan kalau dia tengah mencari Hans. Bisa putus urat malu saat itu juga, apalagi bukannya Brielle yang menemukan Hans malahan Hanslah yang menemukan Brielle tadi. “Emm, aku nggak ngapa-ngapain kok dokter. Cuma jalan-jalan di sekitaran sini aja sambil nungguin sister kontrol kandungan” jawab Brielle tergagap. Hans melirik Brielle yang berada di belakangnya, “Aah anda pasti sedang nostalgia kalau aku boleh menebak, rumah sakit ini punya bnayak kenangan untuk keluarga anda” ujar Hans, tetap dengan senyuman indahnya. “Hemm begitulah, mereka banyak merenovasi setiap bangsal jadi aku sedikit lupa jalan kembali tadi” Hans makin melebarkan senyumannya, “Ahahaha, ternyata benar dugaanku. Anda tenga tersesat tadi, untungnya anda tidak tersesat terlalu jauh hahaha” “Eeh, enggak juga kok, tadi aku mau ke toilet jadi aku harus segera kembali” bantah Brielle. “Hahaha baiklah, aku mengerti. Sekarang lebih baik kita kembali ke depan atau para pengawal akan ketakutan setengah mati mencari anda” ujar Hans tetap berjalan pelan di depan Brielle. Ternyata Hans mengira kalau Brielle tersesat dan membawanya kembali ke depan dengan embel-embel ‘jalan-jalan’. Hans khawatir kalau Brielle mengira dia pria jahat karena mengolok-oloknya, sehingga dia harus menggunakan kata jalan-jakan tadi agar Brielle tidak tersinggung. ‘Ish cara dia bawa aku balik ke depan imut juga, tinggal bilang aja kalo mau nganter ih dokter’ ucap Brielle kesenangan dalam hati, ia tak henti menatap badan kekar Hans. “Dokter Hans kerja disini?” tanya Brielle. ‘Bodohnya aku, kemarin kan sister Cassandra udah bilang dokter Hans itu dokter ginjal pribadinya sudah jelas kan dia juga kerja disini. Ngapain aku nanya lagi astaga begonya aku!’ teriak Brielle dalam hati. Hans menoleh pada Brielle tetap menunjukkan senyuman manisnya, “Hehe iya aku udah kerja disini sekitar empat tahun lamanya, ada yang bisa aku bantu untuk mengobati anda nona Anderson?” Brielle menggeleng pelan, “Tidak dokter..” “Hemm, bagus anda menjaga tubuh dengan baik” jawab Hans, tekanan suaranya tetap rendah seperti sebelumnya. “Tapi aku akan menemui dokter kalau aku tidak enak badan, emm.. aku akan memeriksakan diri segera kalau badanku tidak sehat” ujar Brielle terbata-bata, dia tak ingin melewatkan kesempatan hanya berdua saja dengan Hans. Hans tersenyum namun menyipitkan matanya, “Baiklah, aku siap untuk melayani pasien hebat seperti anda setiap saat” Percakapan kecil mereka terasa menyenangkan bagi Brielle hingga tak terasa Hans telah menuntaskan tugasnya untuk mengantarkan Brielle pada Cassandra yang khawatir. “Brielle! Kamu dari mana saja? Kami mencarimu kemana-mana” ujar Cassandra sembari memperhatikan sekujur badan adik iparnya, takut-takut kalau Brielle terluka. “Ehehe maaf sister, Brielle tadi ke toilet aja kok” “Yakin kamu nggak kenapa-napa?” tanya Cassandra masih khawatir, Cassandra melirik pada Hans yang berdiri tak jauh dari mereka. “Haha dia baik-baik saja Cass, jangan khawatir” kata Hans sumringah. ‘Hei, ku kira dokter Hans bakal mengadu yang bukan-bukan ke sister’ ucap Brielle dalam hati, Dalam bayangan Brielle, Hans mengadu kalau Brielle berusaha melarikan diri dari para pengawal dan tersesat. Dan juga Brielle berpikir kalau Hans akan mengolok-oloknya karena dia tersesat tadi, nyatanya Hans tetap diam dan merahasiakan apa yang tengah di lakukan Brielle tadi. Sosok dewasa inilah yang di kagumi Brielle dari seorang pria, kakaknya Bryan memanglah sangat gentle namun Bryan terkesan lebih garang tapi b**o. Bryan memang keren tapi dia sangat tidak peka pada perasaan wanita, Cassandra ini buktinya tenga hamil besar malah di tinggal ke Italia dan memilih Rian musuhnya. * Beberapa hari berselang setelah pertemuan kacau antara Brielle dan Hans, kini Brielle makin memperhatikan penampilannya. Brielle juga mulai banyak mengoleksi make up dan skincare untuk membuatnya makin terlihat segar. ‘Ini udah cukup gak ya.. apa lipstikku terlalu merah?’ gumam Brielle sembari menatap dirinya di depan cermin besar. Dalam beberapa menit ke depan dia akan bertemu kembali dengan Hans si lelaki tampan pencuri hatinya, Brielle dandan habis-habisan untuk memoles wajahnya demi menarik perhatian Hans. Walaupun dia belum terbiasa dengan make up tapi demi Hans ia rela belajar dandan dari youtube. 'Sebentar, kalo di pikir lagi aku.. aku.. apa ini yang namanya cinta ya?' ucap Brielle dalam hati, dia sendiri bingung dengan apa yang ia rasakan dalam beberapa hari ini. Brielle kembali menatap dirinya sendiri pada cermin besar di dalam kamarnya, "Tapi dokter Hans bukanlah pria yang salah untuk hatiku, dia terlalu sempurna untuk jadi manusia" Brielle mengepalkan tangannya dengan tekad optimis, "Yaap! Nggak ada salahnya kan kalo aku dekat sama dia, lagian cinta itu gratis semua orang berhak jatuh cinta!" teriak Brielle di kamar. Gadis muda itu menuruni kamar yang berada di lantai dua dan beranjak menuju rumah sakit tempat Hans berada, berkali-kali Brielle melirik pada cermin dan menata rambutnya. Suasana rumah sakit yang penuh dengan pasien membuat Brielle sedikit berdesak-desakan. Brielle memutuskan untuk duduk di kursi depan taman, dia tak bisa berdesak-desakan dengan para pasien di ruang resepsionis. Brielle meletakkan kotak terbungkus kain di sampingnya. Sudah jelas gadis itu menyiapkan bekal makan siang untuk di makan berdua bersama dengan Hans. "Apa dia belum keluar dari ruangannya ya?" gumam Brielle saat menatap jam tangan yang menunjukkan pukul dua belas lebih empat puluh menit. Yang artinya jam istirahat akan berakhir dalam lima belas menit lagi namun Brielle masih belum melihat tanda-tanda kemunculan Hans di sekitar sini. Brielle menatap beberapa dokter yang asyik kembali dari cafetaria dan bercengkrama bersama dengan rekan. "Aaah, apa yang ku pikirkan, pastinya dia sudah makan siang sebelum aku datang" gumam Brielle, harapannya untuk makan berdua bersama Hans pupus seketika saat melihat para dokter itu. "Aku mikir apa sih, harusnya aku nggak datang kemari tanpa kasih tahu dokter Hans. Dia pasti terkejut tiba-tiba aku ngajak makan siang bersama, apa yang bakal dia pikir nanti ya.." gumam Brielle makin mewek. "Hiks, harusnya aku nggak ngelakuin hal kekanakan kayak gini. Dokter Hans pasti nggak suka sama cewek kekanakan modelan aku begini, hiks hiks" tangisan mewek Brielle sampai terdengar oleh beberapa orang pasien di sekitarnya. "Mama, kakak itu nangis kayak anaka kecil loh. Aku aja nggak pernah nangis, dia udah gede kok nangis sih ma" bisik salah satu anak di dekat Brielle. Brielle berdiri dan berencana pulang, langkahnya makin gontai saat dia tidak menemukan satu orang dokter pun di bangsal penyakit dalam ini. Yang makin menyedihkan karena Brielle sampai sekarang tidak tahu dimana ruangan dokter Hans berada, kalau saja dia tahu Brielle akan menuju ruangannya langsung. Namun karena suasana rumah sakit yang terlampu ramani membuat Brielle sedikit kecewa kalau-kalau Hans tidak bisa sejenak beristirahat. Brielle sama sekali tidak berpikir harus "Sudahlah, lain kali kalo hatiku udah baikan aku ajak dia makan siang dulu" gumam Brielle sendiri. Bukkk.. tak sengaja Brielle menabrak seseorang di dekatnya hingga tubuh kecilnya terhuyung, namun lelaki yang di tabraknya dengan sigap memegang tangan Brielle agar tetap stabil. "Nona Anderson" sapa Hans. "Dokter!?" teriak Brielle tak percaya" "Nona maaf aku menabrak anda tadi, aku nggak memperhatikan jalan dengan benar. Apa anda baik-baik saja nona?" "I-iya aku baik-baik saja" jawab Brielle tergagap, tak di sangka dia akan bertemu dengan dokter Hans saat akan kembali pulang. "Nona ada keperluan di sini?" Brielle menggenggam erat kotak makan besar yang di tutupi dengan kain itu, "Emm, aku.. aku.." tentu saja Hans melirik kotak makan yang di bawa-bawa gadis cantik ini. "Apa nona sudah makan siang?" Brielle sedikit terperanjat, "Ehh masih belum, dokter Hans sudah makan?" tanya Brielle malu-malu, dadanya bergemuruh tak karuan. "Ahaha, hari ini pekerjaanku padat sekali jadi aku tidak sempat makan siang" jawab Hans ramah. Brielle langsung sumringah dan mengangkat sedikit bekal makan siangnya, "Aku bawa banyak makan siang, dokter apa nggak keberatan makan ini?" tanya Brielle malu-malu, jantungnya hampir loncat karena sorot mata Hans menatapnya intens. "Anda ingin makan siang bersamaku, nona Brielle?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN