Jongkok apa Berdiri?

1559 Kata
“Halo, nona Anderson” ucap pria tampan di depan Brielle. “Hai kak” ucap Brielle menanggapi salam dari Hans. Benar, lelaki tampan berprofesi sebagai dokter ginjal ini punya tempat khusus di hati Brielle, tak ada yang pernah tahu bahwa pria misterius pencuri hatinya memanglah berada di sekitar Brielle. Aah apakah ini yang di namakan takdir? Atau inikah yang di namakan jodoh tak akan kemana? Sejauh apapun Brielle mencari keberadaan Hans, namun nyatanya pria istimewa ini berada tepat di depan matanya. Datang sendiri menghadiri pesta tujuh bulan yang di adakan oleh sang kakak, bisa di bilang pesta ini menjadi takdir besar Brielle dengan Hans. “Brielle kenalkan ini Hans temanku, dia juga dokter spesialis ginjal yang menanganiku” ucap Cassandra lembut. Hans mengulurkan tangannya pada gadis cantik berambut coklat terang itu, “Salam kenal nona Anderson, namaku Hans Syahreza” ucapnya di iringi senyuman manis. Lagi-lagi Brielle tersihir dalam sekejab, pantulan cahaya dari kedua bola mata Hans seakan menjadi daya tarik tersendiri. Brielle merasakan kehangatan yang mendalam saat kedua bola mata itu emnatapnya lembut ‘Dimana.. dimana aku pernah merasakan kehangatan ini selain tatapan mata itu?’ Di tengah kegiatan meriah Cassandra yang berlangsung Brielle tak henti menatap wajah tampan nan lembut yang tersemat pada Hans. Ukiran wajah yang sempurna dengan hidung mancung dan lesung pipi saat Hans tersenyum seakan membuat pemilik wajah itu terlihat semakin mempesona Apalagi yang kurang darinya? Tidak ada, Brielle sangat yakin tak akan menemukan sosok sepertinya pada manusia lain. “Pakai ini, kamu akan kedinginan kalau tidak memakai pakaian hangat” ucap Hans tiba-tiba saat Brielle reflek merapatkan kedua tangan pada tubuhnya, lelaki bertubuh tinggi dan berotot itu memakaikan jas berwarna putih pada Brielle. “Tapi dokter juga kedinginan, kalo dokter sakit bagaimana?” Hans memperhatikan setiap mimik wajah yang di tunjukkan oleh Brielle, ada rasa gemas yang teramat sangat di hati Hans. “Hahaha, udara seperti ini tidak akan mudah membuatku sakit” jawabnya enteng, namun tawa dan senyumannya tak pernah luntur dari wajah tampan itu. Sekali lagi, Brielle merasakan kehangatan yang sama, “Aku tidak ingat dimana aku pernah merasakan kehangatan ini. Aku baru saja bertemu dengannya tapi kehangatan yang dia berikan teramat nyaman di hatiku” gumam Brielle, ia menatap lama-lama wajah yang tengah tertawa bersama kakak iparnya. * “Hei sis, Brielle dengar brother masih belum bisa pulang sampai bulan depan. Apa benar begitu?” tanya Brielle saat melihat Cassandra tengah memasukkan beberapa barang ke dalam tas. Cassandra menoleh pada Brielle yang tengah menempel di depan pintu kamarnya, “Hemm, benar. Bryan sudah menghubungi aku tadi pagi, pekerjaanya di Italia sangat padat jadi aku nggak bisa protes” Brielle berkacak pinggang sangat kesal pada ulah Bryan, “Hiss, bisa-bisanya dia ninggalin sister Cassandra lagi hamil gede sendirian. Bener-bener dia itu pria nggak punya hati!” gerutu Brielle kesal. “Hahaha, aku nggak masalah kok Brielle. Lagi pula Bryan melakukannya untuk anaknya juga, Bryan bekerja siang sampai malam untuk kami. Aku nggak bisa melihat pria menakjubkan sepertinya pada orang lain, dia terlalu istimewa bahkan aku saja kadang nggak percaya kalo Bryan itu suamiku” jawan Cassandra menenangkan Brielle. “Tapi tetap saja dia keterlaluan” gerutu Brielle, tak sengaja Brielle menatap tas berukuran agak besar di depan Cassandra. “Sister mau kemana?” “Hemm? Aku mau kontrol kehamilan, sepertinya hari ini jagoan Bryan sering banget nendang perutku. Aku sudah ada janji sama dokter kandungan di rumah sakit, siapa tahu kan mereka akan lahir lebih cepat?” jawab Cassandra dengan senyuman malaikatnya. Seketika raut wajah Brielle sumringah, “Sister mau ke rumah sakit sekarang?” Cassandra mengangguk pelan, “Iya, Brielle mau ikut?” Ajakan Cassandra membuat hatinya ceria dalam hitungan detik saja, Brielle tak henti bersenandung saat ia berada di dalam mobil bersama Cassandra menuju rumah sakit. “Kamu lagi seneng ya hari ini?” tanya Cassandra saat melihat perubahan raut wajah Brielle. “Ehehe, Brielle cuma cosen di rumah terus sis. Jadi nggak ada salahnya aku ikutan jalan-jalan sama sister” jawab Brielle agak kikuk. Bukan Cassandra kalau dia tidak tahu apa yang tengah di rasakan oleh adik iparnya ini, Cassandra diam-diam memperhatikan apa yang tengah Brielle pikirkan sampai ia rela mengikuti Cassandra ke rumah sakit padahal Cassandra tahu betul pameran yang di ikuti oleh Brielle akan di selenggarakan dalam waktu dekat, Brielle tak punya banyak waktu untuk sekedar jalan-jalan. “Briele, aku periksa kandunganku sebentar. Kamu duduk disini aja ya, atau kamu bisa minta bantuan mereka kalau haus” kata Cassandra saat dia akan masuk ke dalam ruang dokter. Dua orang pengawal yang mengikuti Cassandra dan Brielle mengangguk pelan, mereka siap untuk melayani kedua perempuan ini apapun yang terjadi. “Hehe, jangan khawatir sis. Aku bakal nunggu dan duduk manis disini” jawab Brielle senang. “Baiklah, kalau gitu aku masuk dulu ya” pamit Cassandra. Brielle memperhatikan rumah sakit milik keluarga Ellaine ini, sudah lama sekali Brielle tidak mangunjungi rumah sakit ini sejak Oma dan Opa memboyongnya ke London. ‘Well, tempat ini banyak berubah ya sejak sepuluh tahun lebih. Mereka membuat tempat ini lebih luas, banyak sekali pasien yang datang dari pagi’ ucap Brielle dalam hati. Sejenak kemudian Brielle menyadari apa yang membawanya kemari, dia teringat kalau Hans bekerja sebagai dokter pribadi Cassandra dan juga Hans ada di rumah sakit ini. Tiba-tiba saja jantung Brielle tak berhenti berdetak, wajahnya semakin merah mengingat wakah tampan dokter Hans. “Iiih, wajahnya kok nggak mau ilang sih dari pikiranku. Apalagi dia sama aku lagi di dalam satu gedung yang sama saat ini, aku jadi makin malu” gumam Brielle sembari memegang kedua pipinya yang makin hangat. ‘Oh ya, aku nggak boleh melewatkan kesempatan ini. Aku sudah disini jadi aku nggak bisa diam aja, well aku bakal cari dia sampai ketemu’ ucapnya dalam hati sembari melirik dua pria berpakaian hitam tengah menjaganya. “Aku mau ke toilet, kalian disini saja” ujar Brielle. “Maaf nona, kami harus mengikuti anda kemanapun anda pergi. Jadi..” “Kalian mau ikutan masuk ke dalam toilet sama aku? Mau lihat aku lagi pipis kah, pengen tahu aku pipis jongkok apa berdiri? Atau mau lihat pipisku warna apa trus laporan ke papa?” jawab Brielle kesal, dua orang pengawal di depannya ini begitu keras kepala sekali. “Ehem maaf nona, bukan begitu.. kami..” “Udah jangan cerewet, aku mau pipis dan kalian tunggu disini aja jangan bergerak” kata Brielle memotong ucapan pengawal di depannya. Tanpa pikir panjang Brielle berlari meninggalkan kedua penjaga yang masih berdiri di tempat, Brielle berlari menuju bangsal bagian penyakit dalam. Disana Brielle dengan mudah bisa menemukan ruangan dokter Hans jika mengitari setiap ruang dokter yang ada di depannya. “Haah astaga mereka berdua cerewet banget jadi orang! Brother juga ngapain sih pake acara kasih sister Cassandra pengawal, kan aku jadi kena juga” gerutu Brielle sendiri. Brielle berdiri di tempat yang luas, di samping kanannya terdapat taman sangat luas lengkap dengan kolam hias berisi ikan koi. Sangat menyejukkan untuk membuat pasien fresh kembali. “Kalau di pikir-pikir aku rasa daerah ruang dokter ada di sekitar sini,…” gumam Brielle, ia berjalan perlahan-lahan sembari membaca setiap papan nama di depan ruangan dokter. “Dokter Ellaine Johanson, kak Elly?” gumam Brielle saat melihat papan nama Ellaine ada di depannya, “Jadi kak Elly beneran jadi dokter ya.. uwaah janji kak Elly sama kak Bentley beneran di tepati” Brielle ingat betul Ellaine sering sekali main bersama Bentley dan dirinya saat masih anak-anak, Bentley yang memperlakukan Ellaine seperti adik sendiri dengan sikapnya yang hangat membuat mereka semua nyaman berada di dekatnya. Akan tetapi semua orang tahu kalau Bentley gampang sakit-sakitan sehingga Ellaine berjanji pada Bentley ia akan menjadi dokter saat dewasa dan menyembuhkan semua penyakit Bentley dengan kekuatannya. Alhasil Brielle dan semua orang di sekitar Bentley siap siaga bila remaha rapuh itu tengah kesakitan, karena apapun alasannya Bentley terlahir sebagai sosok malaikat bagi Ellaine maupun Brielle. “Well.. it’s a great childhold memory” gumam Brielle saat menatap papan nama Ellaine, “Baiklah aku cari lagi dimana ruangan dokter Hans berada” gumamnya mulai berjalan celingukan melihat setiap ruangan. Hampir empat kali Brielle mengitari ulang bangsal tersebut namun nihil hasilnya, Brielle tak bisa menemukan ruangan Hans. Brielle memutuskan untuk mencari ruangan Hans di bangsal lain, kali aja Hans mendapatkan ruangan jauh dari divisinya. “Aku yakin banget disini tempatnya, hehe” gadis itu dengan tingkat percaya diri yang tinggi yakin kalau ruangan Hans berada di tengah-tengah antara ruangan dokter spesialis kulit dan kelamin. Brielle kembali celingukan di antara para pasien yang tengah duduk menunggu giliran bertemu dokter, para pasien dan keluarga pasien sedikit heran dengan tingkah Brielle yang celingukan seperti mencari sesuatu. Sesekali Brielle terkejut bukan main saat tengah membaca nama dokter di pintu namun pintu tersebut di buka oleh pemilik ruangan, seorang dokter yang memiliki tubuh tinggi besar pun ikutan terkejut melihat Brielle berada tepat di depan ruangannya.Tak ayal tingkah lakunya yang lucu itu mengundang gelak tawa para pasien di sekitar, Brielle malah ikutan tertawa melihat tingkahnya sendiri. “Hei, nona Anderson” tegur seseorang tak jauh dari tempat Brielle berdiri. Jantung Brielle terasa berdetak lebih kencang ketika ia melihat siapa gerangan yang tengah berdiri di dekatnya, wajah tampan Hans terpancar dengan bantuan pantulan sinar matahari membuat pria itu semakin mempesona. “Sedang apa nona disini?” tanya Hans. ‘Oh no, oh no no no! Dia melihatku lagi di ketawain banyak orang!’ teriak Brielle dalam hati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN