Farrah diam mematung di kamar fitting, ada perih di hatinya. Andai Aldo yang menjadi calon mempelai prianya, ia tidak akan sendirian datang ke butik itu. Ia tidak akan merasa diacuhkan seperti ini. Zen tidak seperti Aldo yang selalu menuruti kemauannya. Zen bukan lelaki yang mudah dikendalikan. Buktinya hari ini, sudah sejak dua hari lalu mereka janjian ketemuan di butik untuk fitting baju pengantin yang mereka pesan. Tapi, nyatanya Zen tidak datang, bahkan tanpa memberi kabar apapun. Farrah menjajal bajunya, ia memtaung di depan cermin menatap wajahnya yang menyedihkan. Ini belum berakhir, masih ada waktu untuk mendapatkan lelaki yang harusnya menjadi suaminya. Tangannya mengepal, matanya tajam menatap bayangannya. "Bagaimana, mba Farrah? Sudah pas?" tanya karyawan butik itu menge