Malam ini seluruh tim nya hendak berpesta di rumah makan dekat penginapannya. Namun entah darimana rasa senang itu seperti lenyap. Gadis itu memilih untuk keluar dan menduduki ayunan di taman sepi dekat persimpangan penginapannya.
Menikmati malam dengan perasaan gundah.
Berkali-kali ia memainkan batu kecil di tangannya. Seolah tak tahu apa yang harus gadis itu lakukan. Pembicaraannya dengan Minho tadi harus terpotong karena tiba-tiba istrinya menelfon bahwa anaknya demam tinggi. Sebagai seorang ayah tentu saja pria itu harus kembali ke Seoul.
Pikirannya kini berkecamuk. Entah apa yang menimpanya saat ini. Begitu aneh.
Sambil bergelanyut di ayunan, tanpa tujuan ia menyalakan kembali handphonenya. Tak ada panggilan apapun. Bahkan chat terakhir dengan Sehun pun tak ada balasan.
Sekarang ia harus membagikan beban ini dengan siapa.
"Huh?"
Sebuah tangan memeluknya dari belakang.
"Tidak memberitahuku kalau kau tidak bergabung dengan mereka hm?" kesal Kyuhyun membuat Aeji tersenyum geli.
Sambil menggenggam tangan Kyuhyun, Aeji menatap pria itu, "Kau baik-baik saja?" ujarnya lirih.
Kyuhyun seolah bisa membaca gadisnya ini. Pria itu pun langsung berjongkok di hadapan Aeji sambil menggenggam kedua tangannya. Hanya usapan hangat yang ia hantarkan pada Aeji. Beberapa hari ini memang terlalu banyak hal yang terjadi.
Hening
Kyuhyun dan Aeji masuk dalam pikirannya masing-masing.
"Tanganmu dingin, ayo kembali ke pengenipan bersamaku," ajak Kyuhyun yang di patuhi Aeji. Ia pun berjalan dalam rangkulan Kyuhyun. Hangat sekali.
"Apa ini jas yang ku belikan?" tanya Aeji.
"Hm. Kau membelikannya di hari ulangtahunku tentu saja aku tidak lupa," balas Kyuhyun.
"Tidak sepertimu, aku membelikanmu banyak barang tapi satupun tak ada yang kau pakai," kesalnya membuat Aeji tertawa.
"Jangan berikanku barang mahal, aku akan takut menggunakannya"
"Bukan masalah harga tapi kualitas"
"Kau terdengar seperti Sehun," ujar Aeji sambil menatap kekasihnya ini.
"Jangan membicarakan pria lain saat bersamaku"
"Kenapa? Sehun tampan dan baik. Tentu saja patut di banggakan," ujar Aeji yang sangat di sengaja, ia tahu bahwa Kyuhyun cemburu. Terlihat bagaimana ekspresinya saat ini. Rasanya gadis itu ingin tertawa terbahak-bahak.
"Sudah senang membuatku kesal?" Aejipun mengambaikan Kyuhyun membuat pria itu semakin kesal.
Tanpa sadar mereka sudah berada di depan kamar penginapan Aeji.
"Masuklah," ujar Kyuhyun membuat Aeji terdiam.
Satu kalimat yang Minho ucapakan karena tergesa-gesa kembali teringat di pikirannya.
"... aku tak tahu sepertinya ada yang mengikutimu."
Rasa takut mulai menjulur di tubuh Aeji. Jujur saja arti dari kalimat itu juga ia rasakan. Dan telah di yakini pada gadis ini bahwa sesuatu itu tengah mengikutinya. Entah apa yang sesuatu itu inginkan. Meski Minho mengatakan semuanya baik-baik saja tapi Aeji masih merasa tak nyaman.
"Sayang," panggil Kyuhyun cemas membuat Aeji tersedar. Ia menggelengkan kepalanya membuat pria itu semakin gusar.
"Sepertinya aku ingin segera tidur," ujar Aeji membuat Kyuhyun tak curiga.
Cup
Sebuah kecupan manis di keningnya membuat Aeji tersenyum. Tanpa kata Kyuhyun pun menunggu gadisnya hingga memasuki kamar itu.
Hollow Man
Ceklek
Aeji terdiam menatap kamarnya. Kamar yang seharusnya untuk dua orang. Terpaksa harus ia tempati sendiri karena temannya Seulbi akan menginap bersama kekasihnya yang tak perlu di jelaskan lagi. Mereka akan melakukan sesuatu. Tidak mungkin Aeji diam dan menonton mereka bukan.
Gadis itu berbaring sambil memijat keningnya. Kepalanya pusing sekali. Banyak hal yang ia pikirkan.
Drrt.. drrt.. drrt..
Kyuhyun
Istirahatlah. Maaf hari ini aku membuatmu khawatir
Aeji tersenyum membaca pesan Kyuhyun. Memang benar pria yang hampir menusuk Kyuhyun masih terekam di pikirannya. Matanya yang sedikit memerah dengan tatapan garang, seolah pria itu benar-benar ingin membunuh Kyuhyun.
"Ah tidak-tidak. Hentikan pikiranmu Aeji," seru gadis itu sambil menggelengkan kepalanya dengan kasar. Ia harus bersabar, hanya Minho yang bisa membantunya Aeji yakin itu.
Tanpa membalas pesan Kyuhyun, Aeji langsung melepaskan pakaiannya dan berjalan menuju kamar mandi. Kepalanya terasa berat dan pikirannya begitu penat, sepertinya berendam sejenak dapat menenangkan tubuhnya. Hari yang benar-benar kacau, pikir Aeji. Setelah memenuhi bath tube dengan air hangat dan sabun, Aeji dengan tubuh polosnya langsung memasukan dirinya kedalam air sabun itu yang tertutupi busa. Gadis itu dapat merasakan air hangat yang menyapa tubuhnya, benar-benar menenangkan.
Sembari bersandar pada kepala bath tube, tanpa sadar Aeji memejamkan matanya, ikut terhanyut oleh situasi menenangkan ini.
Nyaman
Sungguh nyaman
In memories
"Sungguh nyaman"
"Jangan sampai kau tertidur di pangkuanku mengerti?" suara laki-laki itu menyapa pendengarannya. Aeji terkejut, iaberusaha membuka matanya kembali, mengetahui situasi yang ada. Namun perasaan nyaman ini menghambatnya. Hembusan angin sejuk menyentuh tubuh gadis itu, belum lagi suara cuitan burung-burung yang begitu merdu. Ia dimana? Gadis itu merasakan rasa hangat pada kaki polosnya, seperti terkena sinar matahari. Apakah ini di bukit? taman? Sebab ia merasakan rumput-rumput ini mengenai punggung kakinya.
"Aku hampir selesai membaca komikku, jangan tertidur okay?"
"Biar saja," ujar Aeji secara sempotan. Tanpa sadar tubuhnya semakin mendekat pada hoodie pria itu, seolah ingin mendapatkan kenyamanan lebih dalam tidurnya. Apa yang aku lakukan? serunya dalam hati.
"Aku malas menggendongmu lagi," balasnya. Aeji tak bergeming, pikirannya berkelana akan apa yang terjadi.
Tak lama kemudian, gadis itu merasakan usapan pada kepalanya. Begitu menenangkan, seperti usapan ayah pada anaknya. Kenapa bisa senyaman ini? Kini ia merasakan hembusan nafas di dekat telinganya.
"Baiklah, kau bisa tidur untuk kali ini," bisikan itu mengundang rasa lain. Bahagiah? Aeji bingung. Siapa pria ini? Kenapa rasanya begitu berat untuk membuka kedua matanya?
"... tapi janganlah tidur terlalu lama," ujarnya dengan nada yang berbeda, membuat bulu kuduk Aeji merinding.
"Belum saatnya aku membawamu saat ini, sayang," gadis itu semakin mengerutkan dahinya.
"Bangunlah, sayang"
In real life
"Bangunlah, sayang"
"Bangunlah..." suara itu masih begitu nyata. Yang berbeda hanya tubuh Aeji begitu merasa kedinginan, tidak sehangat panas sinar matahari beberapa waktu lalu. Tubuhnya menggigil, seperti tak ada satu pun yang membalut tubuhnya sekarang. Dan sebenarnya, sekarang ia dimana?
"Bangun, sayang," bisik suara pria itu kembali.
Perlahan Aeji membuka kedua matanya. Behasil, ya berhasil. Tidak seperti sebelumnya. Kini ia berhasil membuka kedua matanya. Pemandangannya sempat kabur, namun perlahan pengelihatannya mulai jelas ketika melihat lampu atap dan suasana asing, seperti di sebuah kamar.
Tunggu, namun dimana pria itu? Bukankah ia baru saja membisikan sesuatu di telinganya? Mata kecoklatan Aeji mulai menjelajah, dimana sosok pria itu. Ia yakin bahwa belum lama pria itu membangunkannya. Namun tetap saja hasilnya nihil. Aeji berusaha bangun dari posisi tidurnya tepat di atas ranjang. Kepalanya sedikit pusing dan tubuh polosnya menggigil. Apa yang terjadi?
Setelah kembali pada alam sadarnya, Aeji menyadari satu hal.
Bukankah tadi ia sedang di kamar mandi?
Lalu, siapa yang memindahkannya ke ranjang?