"Sshh..." Kyuhyun meringis saat merasakan perih di kepalanya. Aeji dengan hati-hati mengobati luka Kyuhyun.
Mereka berdua sedang di dalam mobil yang di bawakan sekretaris Kyuhyun. Keduanya memutuskan meninggalkan apartemen Aeji setelah kejadian tadi. Pemilik apartemen juga sedang membantu membenahi jendela kamarnya.
"Yakin tidak mau ke rumah sakit?" tanya Aeji setelah mengobati luka Kyuhyun.
"Tidak, aku merasa baik-baik saja," jawab Kyuhyun sambil menatap Aeji yang khawatir.
Air matapun kembali mengalir. Aeji berusaha mengusap airmatanya untuk berhenti namun susah. Ia terus menangis merasa bersalah pada Kyuhyun.
"Maaf kan aku Kyu. Maaf"
"Sssttt... " Kyuhyun langsung memeluknya dengan erat berharap tangisnya akan berhenti.
"Kenapa kau minta maaf? Aku sungguh tidak apa-apa"
"Kau hampir celaka karena aku"
"Bukankah kau yang hampir celaka karena ada aku?" goda Kyuhyun sambil mengusap air mata Aeji.
"Aku serius!" balas Aeji kesal.
"Aku juga serius. Entah bagaimana kalau kejadian tadi tidak terjadi, aku benar-benar telah merusakmu"
Aeji hanya terdiam sambil menahan sesegukan yang belum berhenti.
Cup
Kyuhyun mengecup bibirnya lembut, membuat Aeji mendongakan wajahnya.
"Kau tahu, aku justru lebih khawatir jika sesuatu terjadi padamu," terang Kyuhyun jujur. Ia benar-benar khawatir.
"Entah apa yang sudah terjadi tapi aku akan mencari tahu semuanya. Asalkan... kau tinggalkan bersamaku"
"Maksudmu?"
"Tinggal di apartemenku."
"Tidak Kyu. Aku baik-"
"Setelah kejadian tadi kau masih mengatakan baik-baik saja?"
Aeji terdiam. Tiba-tiba ia teringat kejadian tadi pagi dengan banyak sesuatu yang kata Mirae di sebut kissmark pada tubuhnya. Apakah ia benar-benar aman? Tapi hubungannya dengan Kyuhyun masih begitu awal, ia tidak akan meninggalkan apartemennya.
"Biar ku pikirkan dulu Kyu," pria itu mendesah berat. Namun bagaimanapun ia akan menghormati keputusan Aeji. Kecuali seseorang yang akan mengikutinya tiap hari. Kyuhyun akan sedikit egois untuk keamanannya.
Hollow Man
Setelah semalaman mereka tidur di mobil, Kyuhyun mengantarkan Aeji kembali ke apartemennya untuk mandi serta mengambil kebutuhan kerjanya. Setelah mengantar Aeji, ia harus ke Taiwan untuk mengurus pekerjaan disana.
Dan disinilah berakhir.
"Hubungi aku saat kau pulang, akan ku minta Max menjemputmu," kata Kyuhyun yang membantu Aeji melepas seat beltnya.
"Tidak usah berlebihan aku tidak apa-apa"
Kyuhyun mendesah berat. Aeji memang keras kepala. Namun bagaimana lagi, ia tak bisa memaksa Aeji.
"Hati-hati perjalananmu ke Taiwan," kata Aeji hingga mereka saling melempar senyum.
Cup
Kyuhyun mengecup bibirnya sekilas.
"Jaga dirimu"
Aeji hanya membalasnya dengan mencium pipi Kyuhyun. Gadis itu pun beranjak dari mobil kekasihnya, melambaikan tangan hingga mobil itu menghilang.
Suasana di kantor agak sedikit canggung. Tentu saja, CEO memiliki kekasih seorang karyawan biasa di kantornya. Apalagi CEO kali ini bagaikan ikan segar. Muda, tampan dan kaya raya. Semua wanita tergila-gila padanya.
Beberapa orang ada yang menggodanya, ada juga yang membicarakannya. Namun Aeji berusaha mengenyahkan rasa kesal itu. Mencintai Kyuhyun bukanlah dosa. Ia ingat perkataan Kyuhyun waktu itu. Jadi ia seharusnya tidak mengusulkan untuk memiliki hubungan diam-diam.
"Hey nyonya Cho," suara Minho langsung mengalun di telinganya.
"Kau jangan ikut meledekku"
"Siapa yang meledek? Aku hanya memberimu selamat," balas Minho dengan cengirannya membuat Aeji kesal.
Mereka berdua pun memasuki lift menuju meja kerjanya.
"Ku dengar Presdir ke Taiwan"
"Iya, baru saja berangkat," Minho kembali tersenyum jahil mendengarnya.
"Bagaimana bentuk wanita sepertimu di sukai presdir?"
"Minho kau menyebalkan!" seru Aeji membuat Minho tertawa terbahak bahak.
Aeji yang mendengarnya semakin kesal, memilih untuk mengacuhkan Minho.
Ting
Lift pun terbuka. Mereka kembali berjalan bersama.
"Ku kira kau menjalin hubungan dengan temanmu itu"
"Teman yang mana? Aku tidak punya banyak teman lelaki selain dirimu," balas Aeji membenarkan tas kerjanya.
"Yang di pantry waktu itu. Ia tampan juga"
Kaki Aeji tiba-tiba terhenti.
Ingatannya kembali ke masa lalu.
"Oh iya, buatkan untuk temanmu itu. Ngomong-ngomong dia tampan juga,"
"Hai namaku Minho maaf belum bisa berkenalan denganmu. Aku terburu-buru. Sampai jumpa"
Tubuh Aeji menegang. Ia ingat dengan benar saat itu dirinya sendirian. Minho terfiam melihat Aeji yang tiba-tiba mematung tak bergerak.
"Aeji. Shin Aeji," panggil Minho bingung. Aeji masih tampak dalam pikiran nya sendiri.
"Aeji, kau tidak gil-"
"Minho, aku takut"
Minho terdiam melihat keanehan sahabatnya ini. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi. Perlu di akui beberapa kali gadis ini memang aneh.
"Minho, di panggil pak Jang," seru salah satu karyawan disana.
Minho yang tak bisa menolak terpaksa menatap Aeji penuh penyesalan.
"Bagaimana saat makan siang atau setelah pulang kerja kita bicara? Kau ada acara"
Aeji menggeleng lemah.
Minho mendesah berat, "Jangan takut, apabila terjadi sesuatu hubungi aku. Sepertinya aku harus pergi sebelum pak Jang mengamuk."
Aeji tak mau merepotkan Minho. Akhirnya ia mengalah dan membiarkan sahabatnya itu pergi.
Selama berjalan menuju mejanya, Aeji tampak ling lung. Pikirannya masih tertuju pada kejadian yang beberapa lama ini menghampirinya. Sangat aneh dan semakin lama semakin sangat aneh. Apa ia memiliki salah pada orang lain? Tapi siapa?
Tak sadar gadis itu sudah terduduk di meja kerjanya.
Dengan tanpa arah pandangan nya terhenti pada sebuah sticky note menempel di layar komputernya.
Srek
Aeji langsung menariknya begitu saja. Sambil menelan ludah, ia pun menbaca kalimat yang tertera disana.
Maafkan aku, Aeji
Tubuhnya langsung lemas. Matanya masih terbelalak, tak percaya. Dengan panik ia pun membuka buku catatannya dimana semua sticky note itu ia kumpulkan.
Dan ini bukan mimpi. Semua tulisan ini nyata dan masih tertata rapi.
Awalnya Aeji mengira bahwa Kyuhyun yang menuliskan ini semua. Namun gadis itu tahu pasti bahwa semalam suntuk pria itu bersama dirinya. Bahkan tak selangkah pun hari ini Kyuhyun memasuki perusahaannya.
Dengan gusar Aeji mengusap wajah cantiknya. Kepalanya pusing, perasaannya gundah, kini ia merasa benar-benar tengah di mata-matai. Apa benar makhluk dugaan di pikirannya benar-benar ada?
Ini gila.