Nindy mengerjapkan matanya. Ia merasakan silau yang sangat menusuk ke sela kelopak matanya sehingga gadis itu pun terbangun dari tidurnya. Matanya kini benar- benar terbuka sepenuhnya. Gadis itu kini memandang langit- langit kamar di mana tempatnya terbangun itu. Putih. Hanya itu yang dapat mendeskripsikan langit- langit kamar yang tengah ditatap Nindy tersebut. Ia pun mengucak kelopak matanya dan baru sadar bahwa ia tak berada di kamar di kontrakannya sendiri. Sontak gadis itu mendelik dan membelalakkan matanya lebar- lebar. Masih dalam posisi berbaring di atas kasur itu, Nindy menggumam, “Gue ada di mana?” Ia kini mengedarkan tatapannya itu. Tak mungkin ia berada di dimensi lain saat ini, ‘kan? Atau mungkin ia berada di alam mimpinya? Dengan cepat tangan Nindy terangkat dan mencubit