Hati yang Masih Terluka

1738 Kata

“Iya, Ci, dia di sini lagi ada proyek,” Antika menekan ponsel di telinganya, mencoba terdengar setenang mungkin. “Proyek apa lagi?!” suara Cici di ujung sana meninggi, diiringi suara Khairel yang tertawa dari belakang. Antika melirik Nagara yang sedang menyetir dengan tangan kiri, wajahnya teduh di bawah cahaya lampu kota. “Katanya international collaborative research on renewable architecture design, gitu. Dia diundang buat koordinasi sama tim Asia dari Eropa.” “Oh jadi profesor ganteng itu balik ke Indonesia karena kerjaan, bukan karena lo?” Antika menghela napas. “Ci, please.” “Please apaan, An! Lo tuh kayak nggak belajar. Gue tau banget pola beginian, ini modus! Denger ya, Pak Nagara itu kalau udah pake nada tenang gitu tandanya lagi mulai perang urat halus. Lo tuh jangan gampang

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN