Jakarta dan Dosanya

1886 Kata

Indonesia. Akhirnya, Antika kembali menghirup udara hangat, padat, dan membawa aroma yang tak pernah benar-benar ia lupakan. Bedanya kali ini, ia tidak sendiri. Di sisinya ada Khairel, buah hati yang dulu hampir tidak diberi kesempatan untuk hidup oleh keluarga Adikara. Sopir rumah Cici sudah menunggu di depan terminal kedatangan. Begitu mereka keluar, sinar matahari siang menimpa wajah Antika dan menyalakan cahaya di rambutnya. “Jakarta! We’re in Jakarta, Aunty!” seru Khairel sambil menarik tangan Cici, matanya berbinar-binar. Cici tertawa. “Yes, little man! Welcome to the chaos!” Antika berjalan di belakang mereka, langkahnya lebih pelan. Ia membiarkan matanya menangkap setiap detail yang terasa begitu familiar dari aroma bensin, pepohonan meranggas di pinggir jalan, dan langit yang

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN