Hasrat Terpendam

1782 Kata

Antika terbangun dengan kepala yang masih terasa berat. Pandangannya kabur sejenak sebelum akhirnya fokus pada langit-langit kamar. Aroma kayu dan hangatnya udara perapian yang samar masuk lewat celah pintu membuat ingatannya perlahan kembali. Ia menegakkan tubuh, jantungnya berdegup kencang karena bayangan dinginnya air, pelukan itu, kulit, napas, kehangatan yang tak seharusnya. “Ya Tuhan…” desisnya pelan, buru-buru menatap tubuh sendiri. Ia sudah berpakaian lengkap dengan sweater wol abu dan celana panjang. Entah kapan Nagara menggantinya, tapi yang pasti ia sudah aman. Jam digital di meja menunjukkan pukul lima pagi. Sunyi. Hanya suara ranting di luar jendela dan desir angin dingin yang lewat. Lalu samar, terdengar suara gesekan kursi dari luar kamar. Antika beranjak, membuka pintu p

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN