Dinginnya Ankara

2113 Kata

Antika duduk di sofa ruang tamu dengan tatapan kosong. Jemarinya saling bertautan. Koper sudah ia kemas sejak semalam beserta map dokumen, paspor, tiket penerbangan ke Ankara, dan pakaian kerja yang dilipat sempurna. Namun dadanya tetap terasa sesak. Di seberang ruangan, Khairel duduk di karpet, menonton kartun sambil memeluk boneka paus kesayangannya. Ia tertawa kecil saat adegan lucu muncul di layar, sama sekali tak sadar bahwa mamanya sedang berjuang menenangkan diri. Raphael datang dari dapur, membawa cangkir teh, lalu duduk di sampingnya. Ia menyodorkan satu cangkir pada Antika. “Here,” ucapnya lembut. “You look like you need this.” Antika tersenyum samar, menerima cangkir itu. “Merci.” Raphael memperhatikannya beberapa detik, lalu mengelus lembut punggung tangannya. “Hey, everyth

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN