Mario menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Sepulangnya Kimora, ia hanya bisa terdiam, termenung. Ada perasaan kasihan. Ada juga perasaan sedih karena untuk pertama kalinya bersikap kasar dengan wanita yang begitu ia cinta. Mau bagaimana lagi, Kimora memang perlu diberi pelajaran. Pun, setelah ini ia juga sudah tidak perduli kalau harus berpisah. Toh, segala yang Mario perjuangkan selama ini juga tidak membuahkan hasil. Baginya, yang penting setelah Kimora melahirkan ia harus bisa membawa darah dagingnya tersebut untuk segera pergi. Mario tertekad kuat akan membesarkan buah hatinya seorang diri karena ia tahu benar dari awal kehamilan, Kimora tidak sedikit pun menginginkan bayi yang ada di perutnya. "Aku tahu perjuanganku selama ini sia-sia, Tuhan. Tak masalah. Yang terpenting, begitu