Panik

1509 Kata

“Dad, Bram! Sudahi dramanya! Nggak ada gunanya tembak-tembakan kayak gini! Bram, kamu terluka, Nak. Ayo kita ke rumah sakit.” Gahayu berujar seraya menangis. Brama menggeleng. “Sebelum kalian janji untuk merestui pernikahanku. Bagaimana?” Gahayu menatap suaminya, mengangguk. Sebuah kode agar untuk saat ini, apa pun yang diinginkan Brama dituruti. “Baiklah.” Boby akhirnya mengangguk setuju dengan pernikahan putranya itu dengan Nawa. Brama itu kepala batu, Boby dan Gahayu sadar akan hal tersebut. Jika keinginannya ditolak, bisa-bisa Brama benar-benar mengakhiri hidup. “Oke-oke. Menikahlah. Tapi buang senjata itu,” pinta Boby. “Nawa, kemarilah.” Brama melambai, meminta istrinya mendekat. Sementara pistol masih ada di genggamannya. Dengan masih ada rasa takut, Nawa menghampiri Brama samb

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN