Hari ini, Nawa berjalan menuju kantor dengan langkah sangat ringan. Belum pernah ia merasa seringan ini sebelumnya. Wanita anggun itu membawa berkas penting di tasnya. Ia tidak peduli tanggapan Brama nanti tentang berkas tersebut. Yang penting, ia ingin segera lepas dari kekuasaan sang Presdir. Dari kemarin, banyak pesan dan panggilan dari ‘Bos Kejam’ di ponsel Nawa. Namun, diabaikan. Tin! Bunyi klakson terdengar. Frengki membuka helm, lalu berhenti di samping Nawa. Meskipun kemarin Nawa kembali menolak, Frengki tidak gentar terus mengejar “Maaf, Mas. Aku nggak bisa. Aku belum bisa membuat hubungan baru dengan pria lain atau meminta seseorang menungguku. Aku masih trauma. Aku masih ingin hidup bebas kayak gini tanpa beban apa pun. Aku harap Mas Frengki mengerti,” tolak Nawa kemarin.