Nawa menggeleng. “Saya sama sekali tidak percaya. Karena pria seperti Anda ini sangat pintar membual dan mempermainkan wanita.” Brama tersenyum miring. “Sama, saya pun juga tidak percaya kenapa kalimat tadi saya ucapkan. Sengaja, buat mengetes kamu. Dan ternyata kamu lulus tes. Kamu bukan wanita baperan.” Nawa lagi-lagi harus menahan amarah. Sepertinya sekarang ia harus menyetok banyak kesabaran sebab Brama punya banyak cara memancing tekanan darahnya naik. Brama kian mendekatkan wajah sampai Nawa harus menjauhkan diri. “Sir, menyingkir!" Nawa menunjuk d**a kiri Brama, lalu menekannya agar tubuh Brama mundur. Brama tersenyum. Ia pun memundurkan badannya. “Jadi bagaimana? Kamu tetap keberatan menjadi sekretaris saya?” “Ya. Bukankah seharusnya Anda ini senang karena saya tidak meminta