Puasa

1687 Kata

“Oh, punya anak duda? Lalu kamu juga masih ngarep dijadikan mantu sama dia?” tanya Brama seraya mengangguk-angguk. Ia bersedekap dan menatap tajam istrinya. “Sir tahu sendiri, kan, sikapnya beliau sama aku kayak apa? Baiknya nggak ketulungan pokoknya. Aku yakin beliau masih mengharapkanku jadi bagian keluarganya.” Nawa sengaja memanas-manasi. Bisa dibilang, ajang balas dendam secara halus. Telinga Brama mulai terbakar. “Jadi, ceritanya istri dari kakaknya Mas Agung itu meninggal nggak lama setelah kita nikah. Dia kerja di perusahaan batu bara di Kaliman–“ “Informasimu sangat nggak penting,” potong Brama. Ia menyerobot kasar makanan di kantong plastik dari tangan istrinya. Tanpa banyak kata, ia langsung masuk ke rumah. “Sir, mau kamu bawa ke mana!” pekik Nawa seraya mengejar. “Mau kub

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN