Layar laptop Rafael bergerak-gerak sendiri di hadapan Luna. Pertanda bahwa Valen sudah mengambil alih laptop itu. “Cepet, cepet, cepet.” Luna terus bergumam gelisah. Matanya bergerak-gerak cepat antara layar laptop dan pintu dapur. Khawatir Rafael tiba-tiba muncul. Setelah lewat hampir dua menit, Luna tak tahan lagi. Ia harus memastikan Rafael benar-benar bertahan selama lima menit di sana. “Hei, butuh bantuan?” tanya Luna begitu ia menyusul ke dapur, suaranya dibuat senormal dan semanis mungkin. Padahal jantungnya berdebar tak karuan. “Udah mau selesai kok.” Rafael menjawab dengan senyum tipis khasnya. Tangannya sibuk menuangkan cokelat panas ke dua gelas yang sudah ia sediakan. “Aku mau pake marshmallow,” ucap Luna tiba-tiba. “Marshmallow?” Rafael mengangkat sebelah alisnya, mendek