“Gimana?” tanya Alya setelah Ella menutup sambungan telepon. Ia baru saja kembali dari kamar mandi, jadi tidak mendengar seruan Ella yang mengatai Alaric m***m. Ella berdehem pelan, memperbaiki ekspresinya dan menoleh pada Alya. “Iya, katanya nanti mau makan malam bareng.” “Oke. Kalau gitu aku telepon Adrian ya?” Ella mengangguk dan membiarkan Alya menelpon calon tunangannya itu. Mereka berjalan bersisian melewati berbagai tenant di mall. Kedua tangan mereka sebenarnya sudah penuh dengan barang belanjaan, tapi entah kenapa Ella merasa belum puas berbelanja. “Kenapa nggak bisa?” Suara Alya membuat Ella menoleh. “Oh, lembur?” imbuh Alya kemudian. Ella tak mengganggu sahabatnya yang masih mengobrol dengan Adrian di telepon. Tapi saat sebuah toko kosmetik menarik perhatiannya, ia menggami