“Selamat pagi, istriku.” Alaric menyapa Ella yang baru saja bangun. Ia sudah mengenakan pakaian kerjanya, duduk di tepi ranjang sambil meletakkan semangkuk bubur dan air minum. Ella bangkit dan bersandar di headboard kasur, tersenyum melihat wajah tampan suaminya. “Nggak heran kalau aku jatuh cinta sama kamu,” lirihnya. Senyum di wajah Alaric langsung sirna, berubah menjadi ekspresi terkejut dan gugup. “Apa maksud kamu?” “Masih pagi aja kamu udah ganteng gini.” Alaric ternganga mendengar gombalan Ella. Sungguh, jika bukan karena Ella hilang ingatan, ia takkan pernah melihat sisi Ella yang suka menggoda ini. Tawa canggung Alaric mengudara, wajahnya memanas dan memerah. Ia sampai harus memalingkan dan mengusap wajahnya untuk meredakan debaran jantungnya yang tak karuan. “Kamu ….” Alari