Beberapa bulan kemudian. Ella berdiri menatap bangunan yayasan itu dengan d**a bergemuruh haru. Satu tangannya melingkari pinggang Alaric, tangan lainnya mengusap perutnya yang sudah membuncit besar, usia kehamilannya sudah memasuki delapan bulan. “Selamat, Sayang, akhirnya impian kamu terwujud.” Alaric mencium pelipis Ella lembut. “Makasih banyak ya, Al. Kalau bukan karena kamu, impian ini nggak akan pernah terwujud.” Ella mendongak, membiarkan bibir Alaric mendarat di bibirnya. “Ayo masuk, pasti udah pada nunggu,” ajak Alaric kemudian. Ella mengangguk mantap dan menggengam tangan Alaric, berjalan masuk ke dalam halaman Yayasan Pelita Harapan. Hari ini akhirnya tiba. Setelah melewati berbagai halangan dan rintangan menghadang, Yayasan Pelita Harapan resmi berdiri, membawa harapan ba