Dengan satu gerakan cepat, Alaric membawa tubuh Ella ke kasur. Namun sebelum sampai ke ranjang, Alaric mendudukkan Ella di meja rias. Ciuman mereka sama sekali tak lepas. Ella kesulitan mengimbangi ritme pergerakan bibir Alaric yang brutal. Ia bisa merasakan bibirnya membengkak karena ciuman kasar itu. “Al …,” desahnya di sela ciuman, berharap bisa menenangkan Alaric meski sedikit. Namun bukannya tenang, Alaric justru mengangkat tubuh Ella sekali lagi dan membaliknya. Kini Ella dan Alaric menghadap cermin, dengan tubuh Alaric menekan tubuh Ella dari belakang. “Al, kenapa kam–” Kalimat Ella terbungkam ketika tangan Alaric meraih dagunya dan menolehkan wajahnya untuk kembali mempertemukan bibir mereka. Sekali lagi, Alaric melahap bibir Ella seolah itu adalah makanan terakhir di dunia.