“Kalian benar-benar datang.” Jonathan menatap anak dan menantunya tak percaya. Alaric berdiri di belakang Ella dengan ekspresi dingin, sementara kedua tangannya tersimpan di saku celana. Tidak ada satu pun dari bahasa tubuhnya yang terlihat nyaman bertemu dengan Jonathan. “Iya, Pa. Kami datang.” Ella yang menyahut dengan senyum manis di bibirnya. “Boleh kami masuk?” “Oh, silakan masuk.” Jonathan membuka pintu lebih lebar, gerakannya tampak canggung. Ella menggenggam tangan Alaric dan menariknya masuk ke dalam apartemen Jonathan. Apartemen itu terlihat sangat kosong, hanya ada beberapa perabotan esensial. Suasananya juga terasa dingin. Kesedihan tampak menggelayut pekat di langit-langit apartemen itu. Ella dan Alaric duduk berdampingan. Tangan Alaric langsung mendarat di pinggang Ella