“Rhys,” seru Abigail setelah dirinya kembali bersandar di atas tempat tidur. Rhys yang baru saja duduk di tempat duduknya seketika menoleh dan menatap wajah istrinya. “Ada apa?” tanya Rhys sembari menggenggam tangan Abigail. “Maafkan aku, Rhys.” Lirihnya diikuti setetes air mata yang jatuh dari kedua sudut matanya. “Itu bukan salahmu, Abi. Kau tak perlu meminta maaf. Semua yang terjadi bukan karenamu, jadi berhentilah menyalahkan diri,” sahut Rhys. “Jika saja aku tidak memaksa ikut pada Zoya, mungkin ….” Belum sempat Abigail meneruskan perkataannya, Rhys sudah lebih dulu menaruh jari telunjuk di atas bibir istrinya. “Hentikan! Semua kemungkinan yang kau pikirkan itu, tidak benar! Kematian Zoya, Christop, bahkan … calon anak kita, semuanya bukan salahmu, Abigail. Jadi aku mohon, berhe