Tiga puluh menit yang sangat mendebarkan bagi Nera. Berada dalam jarak yang sangat dekat dengan Fatih, membuatnya bingung harus menjatuhkan tatapannya ke mana. Sementara itu, Fatih terlihat tak terdistraksi sama sekali. Fokus mengerjakan gigi geraham atas milik Nera. Untunglah, tiga puluh menit yang terasa seperti tiga jam itu sudah berlalu. Nera akhirnya bisa bernafas lega. “Itu juga masih ditambal sementara, ya. Jangan dipake ngunyah dulu.” Fatih mengingatkan. Nera mengangguk. Enggan berbicara. “Sudah selesai ‘kan, Tih? Saya duluan, ya? Kalian santai-santailah dulu baru pulang.” Tiara berpamitan. Fatih mengangguk, mempersilakan seniornya itu untuk pulang. “Habis ini langsung pulang, Ra?” tanya Fatih, sembari merapikan alat-alat bekas pakai. Sekali lagi, Nera hanya mengangguk. “Ka