“Sejak pagi hari saat pintu sel dibuka dan kami, para narapidana dipersilahkan keluar, sudah ada seorang narapidana laki-laki yang seperti berusaha mengganggku.” Baskara memulai ceritanya. “Ia terus mendekatiku, mengajak bicara ini itu, bahkan mengganggu tugasku.” Pramana menatap Baskara yang terlihat menerawang. “Aku tak terlalu menggubrisnya. Sampai akhirnya, saat jam istirahat menunggu sarapan, dia mendekatiku lagi. Dia bertanya banyak hal tentang hubunganku dengan hakim ketua. Dari sana, aku sudah mulai curiga.” “Curiga kenapa?” tanya Pramana. “Aku pikir, mungkin laki-laki itu juga punya hubungan yang sama dengan hakim ketua. Dia bersekongkol dengannya lalu berakhir apes sepertiku dan Bambang. Ditinggal sendiri tanpa ditolong dan masuk penjara. Sepertiku.” Baskara tersenyum, miris.