“Sudah siap?” “Siap ...” “Cipaa ...” Ucapku dengan Embun, tapi kenapa dia berkata cipa? “Kok cipa, Sayang?” “Ciap Papa ...” ucapnya dengan terkikik geli, dengan mengedipkan sebelah matanya. “Centil banget, siapa yang ngajarin?” tanyaku dengan mengecup pipinya. Bukannya menjawab, Embun malah mengulum senyum. Membuatnya terlihat semakin menggemaskan. Mas Reiga yang, selesai memasukkan perlengkapan ke dalam mobil. Lalu menghampiri kami. “Sekarang panggilnya, Papa?” tanyanya saat sudah duduk di sebelah kami. “Cama ama, Emen Mbun,” jawabnya dengan mata berbinar. Aku dan Mas Reiga saling pandang, pintar sekali anak ini. Padahal baru berumur, 2 tahun lebih dikit. “Ya sudah kalau begitu, yuk berangkat! Keburu siang nanti.” “Ayok berangkat, piknik ... piknik ...” teriak Mas Reiga, sambil

