Tanpa kata, hanya ingin memeluk erat untuk menyampaikan betapa merindu dan sulitnya dilalui Naina beberapa bulan ini. Rion merasa bersalah untuk waktu dan hak Naina yang hilang karena kondisi mereka. Naina pergi tanpa Rion tahu apa alasan yang sebenarnya. "Udah?" bisik Rion sambil melepas pelukan Naina. Wanita itu tersenyum, menatap sendu pada bias wajah suaminya ini. Rayyan, si kecil yang dititipkan Rion dalam rahimnya, Naina ingin mengutarakan itu. Akan tetapi, dirasa masih perlu sedikit waktu untuk mengurai rindu. "Abang hari ini sibuk, nggak? Mau bermalam di sini?" Naina menjauhi duduk Rion, mengulas senyum dengan lirikan menggoda. Kenapa dia harus menggoda nakal suaminya sendiri? Naina bergumam kecil melihat wajah canggung Rion. "Banyak yang mau abang tanya, tapi ngeliat Nai ba