Bahran termenung saat rapat dengan staff pimpinan semua divisi di kantornya. Semalam ia tak bisa tidur, kata kata Hanum begitu mengusik pikirannya. Apa benar ia hanya ingin memanfaatkan Hanum. Ia bersikap manis karena ia tahu Hanum sudah menyukainya sejak lama. Mungkin dengan bersikap selayaknya sebagai suami Hanum akan menyukainya dan merasa bahagia. Tapi kenapa justru wanita itu malah marah marah. Pagi tadi pun saat ia bangun Hanum telah berangkat duluan tanpa membangunkannya. Memang karyawan teladan. Ia melihat Hanum sarapan bersama pegawai OB di kantin bawah dekat parkiran, biasanya hanya diisi pegawai rendah. Wanita itu mengabaikan kedatangannya dengan sibuk berbincang sambil minum teh. Sebelum berangkat Hanum sudah membuatkannya sarapan. Tapi rasanya ia tak bisa menikmati makanan t