Ch-11

1226 Kata
“Kamu ingin melihat kemarahanku? Coba ingat-ingat kembali kapan terakhir kali aku mengamuk?” Sahut Fredian pada istrinya. “Ah, okay, maafkan aku..” Irna segera memeluk leher Fredian, wanita itu memberikan kecupan pada bibir pria tersebut. Irna berusaha membuat kemarahan yang ada di dalam hati pria itu kembali mereda. Fredian membalas kecupan dengan pagutan. “Fred, mmm..” Irna menggumam seraya memejamkan kedua matanya. Fredian sudah bersiap menarik tali gaun yang Irna kenakan. “Kamu membuatnya bangun, sayang..” Bisik pria itu di sela pagutan bibirnya, tali gaun berhasil ditarik lepas, kini bibir pria itu berpindah pada kedua bukit kembar yang terpampang di depan matanya. Irna mendongak menikmati permainan lidah dan bibir Fredian. Pria itu menggunakan meja kerjanya sebagai alas tubuh istrinya, baru saja hendak menyentuh sisi yang lebih sensitif daripada bukit kembar itu tiba-tiba ponsel Irna berdering. “Trring!” “Sialan!” Umpat Fredian seraya menarik wajahnya dari tubuh istrinya. “Telepon?” Irna tersenyum sambil bangkit duduk kembali, diusapnya pipi pria yang kini terlihat gusar lantaran merasa kalau aktivitas sakral-nya tengah terganggu. “Jangan marah, hemm? Wajahmu begitu tampan, sayang..” bisik Irna seraya mencium bibir Fredian kembali. Pria itu hanya berdiri dengan menumpukan kedua telapak tangannya di tepian meja kerjanya, mengurung tubuh Irna. Wajahnya terlihat sangat kesal sekali. “Wah, kamu merajuk?” Irna malah tersenyum melihat wajah kesal itu. “Jangan membuatku semakin berantakan..” Bisik pria itu seraya mengusap sisi sensitif Irna di antara kedua kaki wanita itu. “Freed..” Irna memejamkan matanya menggigit sisi leher Fredian. “Kamu tidak ingin menjawab ponselmu? Aku sangat benci menunggu, Irna.” Serunya seraya menarik diri dari Irna. Bersiap pergi menjauh. Irna enggan jika Fredian pergi meninggalkannya, wanita itu ingin meraih kembali tubuh Fredian, namun pria itu sudah menghilang dalam hitungan detik dari dalam ruangan tersebut. “Akh! Dasar! Jika bukan karena telepon, Fredian tidak akan meninggalkanku.” Gerutu wanita itu seraya menatap tasnya yang tergeletak di sofa, dalam sekejap tas tersebut langsung melesat ke dalam genggaman tangannya. Irna segera mengambil ponselnya dari dalam tas untuk melihat siapa yang sedang menghubunginya saat ini. Wanita itu turun dari atas meja sambil mencermati panggilan pada ponselnya. Di belakang punggungnya.. Evan muncul dengan tubuh Fredian, pria itu berjalan mendekatinya lalu memeluk pinggangnya dari belakang. Penyamarannya ini hanya bisa berlangsung dalam hitungan menit karena kondisinya yang lemah. “Aku harus menemukan penawar racun dari wanita ini.” Bisiknya dalam hati. Tanpa ragu dia menyentuh sisi sensitif Irna dari belakang punggungnya. “Fred, aku kira kamu tidak ingin.. emmm, ah.” Desahnya sambil menyentuh lengan pria itu yang kini tengah memainkan sisi sensitif pada tubuhnya, Evan tidak membuka kata sama sekali. Pria itu langsung menarik turun penutup sisi bawah tubuh Irna, dengan satu sentakan dia berhasil melakukan apa yang dia inginkan selama ini. Irna sendiri sudah terlanjur menikmati permainan tersebut, dia sama sekali tidak berpikir kalau pria yang baru saja melakukan hubungan intim dengannya bukan Fredian! “Astaga, perlahan tubuhku terasa hangat, tidak membeku seperti tadi, jadi apakah ini penawarnya? Sialan!” Umpatnya dalam hati. Evan segera melepaskan tahanan dari pinggang Irna untuk mengakhiri hubungan terlarang tersebut. Tubuh polos Irna membuatnya tidak ingin berhenti, tapi pria itu tidak ingin identitasnya yang menyamar sebagai Ferdian terbongkar di depan Irnw. “Gadis pemikat memang membuatku gila dan sekarat!” Serunya lagi dalam hati. “Fred? Kamu mau ke mana?” Tanya Irna seraya mengambil gaunnya dari lantai. Evan tidak menyahut, pria itu segera keluar dari dalam ruangan. Evan segera kembali ke rumah sakit, di sana adalah tempat persembunyian teraman baginya! Di sisi lain, Irna merasakan ada yang janggal. Entah kenapa dia merasa kalau pria yang barusan melakukan hubungan intim dengannya bukan Fredian, tapi dia enggan mengakui hal itu karena hanya ada Fredian di dalam benaknya sejak pria itu pergi beberapa jam yang lalu. “Operasi? Mereka memintaku kembali ke rumah sakit untuk menangani operasi? Di mana dokter yang lain? Kenapa malah memintaku untuk menanganinya?” Gumamnya seraya keluar dari dalam ruangan tersebut. Di koridor, Irna mengedarkan pandangan matanya. Dia tidak tahu di mana Fredian sejak pergi meninggalkannya. Wanita itu tidak berusaha mencari karena pikirnya yang melakukan hubungan intim bersamanya beberapa saat lalu adalah Fredian. “Selamat sore, Nyonya Kaila.” Sapa salah satu staf hotel pada Irna. Mereka sudah sangat hafal dengan istri dari atasannya tersebut. “Em, Mark? Kamu melihat di mana suamiku sekarang?” “Presdir ada di dalam ruangan pertemuan, sepertinya sejak dua jam yang lalu beliau memimpin meeting di sana.” Jelas pria itu padanya. “Dua jam lalu? Lalu satu jam lalu? Siapa pria yang melakukan hubungan intim denganku?! Ah sudahlah! Aku tidak ingin membahas ini lagi, cukup aku yang tahu! Jika Fredian tahu bisa kacau semuanya!” Serunya dalam hati seraya terus berjalan menuju ke arah kamar pribadinya. Sampai di dalam kamar, Irna segera mengendus gaunnya. Tidak ada aroma parfum yang ditinggalkan pria itu padanya. Hampir semuanya sama persis dengan sosok Fredian. Jika pria itu tidak menggunakan wajah Fredian maka peristiwa itu juga tidak akan pernah terjadi hari ini. Irna masuk ke dalam kamar mandi untuk membasuh tubuhnya, pria itu sama sekali tidak meninggalkan jejak pada tubuhnya. Irna terus memikirkannya sampai beberapa saat lamanya. Wanita itu berusaha mencari tahu siapa yang sudah menipunya seperti itu! Kemarahan dia pendam di dalam hatinya sendiri tanpa berani menceritakan masalah itu dengan siapapun di sekitarnya. Bukan hanya Fredian yang akan mengamuk, tapi Rian pasti juga akan mengamuk! Irna sudah selesai bersiap, wanita itu menatap pantulan dirinya di depan cermin. Di sisi lain, Fredian baru saja keluar dari dalam ruangan meeting. Pria itu mencium aroma lain tatkala melintasi depan pintu ruangan kerja pribadinya. Fredian melesat masuk ke dalam dan dia menatap ke sekeliling ruangan. Tidak ada yang salah dengan semua barang-barang di sana. Semuanya terlihat normal, sama seperti sebelum dia meninggalkannya. “Siapa yang berani menyelinap ke dalam ruangan pribadiku?!” Geramnya sambil mengepalkan tangannya. Karena tidak menemukan apa yang dia cari, pria itu segera keluar dari dalam ruangan tersebut untuk menemui Irna. Fredian melihat Irna sedang berjalan anggun dari arah ujung koridor menuju ke arahnya. Wanita itu terlihat sangat cantik sekali. Fredian berjalan mendekatinya. “Kamu ingin pergi?” “Ya, rumah sakit memintaku untuk menangani operasi, mungkin aku akan pulang malam.” Ucapnya sambil menunjukkan layar ponselnya tepat di sebelah wajahnya sendiri pada Fredian, di sana tercatat log panggilan dari rumah sakit. “Aku akan mengantarkanmu, kamu tidak berencana memamerkan teleportasimu lagi kan?” Ucap pria itu seraya meraih pergelangan tangan Irna menuju ke arah lobi resor. Irna mengukir senyum pada bibirnya, wanita itu menggamit lengan Fredian seolah-olah tidak terjadi sesuatu sama sekali pada dirinya! “Aku mencium aroma lain ketika melintasi ruangan kerjaku, aku sudah memeriksanya tapi tidak menemukan apa-apa di sana. Apa kamu mengetahui sesuatu? Melihat hal-hal yang janggal? Jika ada katakan padaku. Aku tidak ingin melihatmu terluka.” Irna menyandarkan pipinya pada lengan Fredian, dalam hatinya sangat cemas sekali. Wanita itu tidak ingin Fredian mengetahui peristiwa yang menimpa dirinya beberapa jam lalu. Irna menggelengkan kepala sambil menatap wajah Fredian dengan tatapan merajuk. “Kenapa?” Tanya pria itu seraya melabuhkan bibirnya pada bibir Irna, dilumatnya bibir wanita itu dengan sangat lembut dan mesra. “Aku tidak menemukan apapun, Fred,” Bisik Irna seraya membalas pagutan bibir Fredian. Sudah jelas ini pengkhianatan besar! Tapi Irna tidak mungkin mengungkit dan menceritakan hal janggal yang dialami olehnya pada pria yang kini sedang memagut bibirnya itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN