Daniel duduk berhadapan dengan seorang pria yang asing di sebuah cafe. Pria tua itu dulunya adalah pembantu rumah keluarga besar Brawijaya. Matanya berkaca-kaca melihat Daniel yang wajahnya sangat mirip dengan mendiang majikannya. "Pak tua katakan apa yang ingin kau katakan!! " desak Daniel tak punya banyak waktu. Dia takut ada orang yang mengenalinya disini. "Tuan Daniel hiks hiks hiks saya Anwar pembantu rumah keluarga Brawijaya yang ikut selamat dalam kejadian naas itu. Syukurlah ternyata anda masih hidup. Tuan adalah satu-satunya anak Brawijaya yang hilang tanpa jejak setelah kejadian pembunuhan itu. Saya tak bisa membuka mulut saat itu karena takut Hadiningrat akan mengincar saya dan keluarga saya tolong maafkan saya hiks hiks hiks" tangis Anwar memohon maaf karena dirinyalah saks