Chapter 8

1290 Kata
“Ayo cepat, dia bilang sudah keluar dari gate” Pintah Bianca seraya menarik Byll masuk ke dalam bandara untuk menjemput Lavina. “Dia tidak akan hilang hanya karena menunggu beberapa menit” Ucap Byll yang hanya bisa mengikuti langkah cepat Bianca. “Tapi dia akan marah-marah kalau kita terlambat sampai di hadapannya” Ujar Bianca. “Siapa suruh dia tidak bilang akan ke sini. Kalau dia bilang, dia bisa naik jet-ku” Ucap Byll. “Katanya dia tidak suka pramugari di jet-mu. Jadi dia tidak mau menaikinya” Ujar Bianca. “Aku bisa menggantinya kalau dia mau” Ucap Byll. “Oh, itu dia” Seru Bianca. “Lavina~” Panggilnya dengan suara yang agak keras hingga sang empunya berbalik dan melihat Bianca yang tengah berlari ke arahnya meninggalkan Byll yang menyusul di belakang. Bianca lantas langsung memeluk Lavina dengan senyuman lebarnya, begitu pula sebaliknya. Lavina Agustin merupakan kakak Bianca yang hanya berbeda setahun dengannya, yang berarti Lavina seumuran dengan Byll dan Alfabet lainnya. Jika Bianca terkesan manja dan semaunya, maka Lavina adalah kebalikannya. Lavina sangat dewasa dan mandiri. Hanya saja ia dapat bertindak berlebihan jika sedang marah. Saat ini ia pun tengah menekuni bakatnya untuk menjadi seorang desainer seperti sang Ibu. Walau Ibunya bukan desainer besar, tapi tetap saja ia sangat mengagumi sang Ibu bahkan menjadikannya sebagai role model-nya. “Bagaimana penerbanganmu?” Tanya Bianca. “Seperti biasa” Jawab Lavina. “Oh, Byll” Sapanya saat melihat Byll. Ia lalu memeluk pria itu. “Ayo” Ajak Byll kemudian mengambil alih koper Lavina. Mereka bertiga pun beranjak dari sana menuju parkiran. “Kapan kau tiba di sini, Byll?” Tanya Lavina. “Dia berada di sini sudah satu minggu lebih dan baru menemuiku kemarin. Bukankah dia jahat?” Adu Bianca. “Jangan terlalu baper. Dia baru menemuimu karena dia sibuk. Tidak sepertimu. Bukannya belajar malah berkeliaran di restoran setiap hari” Ucap Lavina membuat Bianca mendengus. Rencananya untuk mendapat pembelaan pun gagal. “Dengarkan kakakmu saat berbicara” Ucap Byll. “Diam kau” Kesal Bianca yang malah membuat Byll terkekeh. "Lagi pula aku di restoran bukan hanya bermain-main tapi memantaunya" Lanjutnya. “Bi” Tegur Lavina membuat Bianca semakin kesal. “Ngomong-ngomong bagaimana keadaan Aunty dan Uncle?” Tanyanya. “Tidak perlu mempertanyakannya. Kau sendiri tahu jawabannya” Jawab Byll membuat Lavina terkekeh. Pasalnya kedua orang tuanya itu sangat sehat dan semakin romantis setiap harinya. Bahkan mungkin pengantin baru pun akan cemburu melihat keromantisan kedua orang tuanya yang tak pernah mengingat umur mereka. “Lalu kapan kau kembali ke Indonesia?” Tanya Lavina. “Besok” Jawab Byll. “Kenapa? Kau mau ikut?” Tawarnya. “Tidak, ada yang harus aku lakukan di sini. Mungkin aku akan ikut denganmu saat kau ke sini lagi” Ucap Lavina. “Tapi tolong ganti semua pramugari itu. Aku tak menyukai mereka” Lanjutnya. “Yes, Ma’am” Ujar Byll. ­------- “Selamat pagi, Miss” Sapa pegawai Lauren satu per satu saat melihatnya datang ke butiknya. Butik mewah yang berada di pusat kota Paris. Lauren pun membalas sapaan mereka satu per satu dengan senyuman seperti biasa. “Laura, tolong bawakan aku laporan minggu ini” Pintah Lauren pada sang manajer. “Baik, Miss” Ucap Laura. Setelahnya, Lauren meneruskan langkahnya naik ke lantai empat menggunakan lift dimana ruangannya berada. Sesampainya di sana, Lauren pun meletakkan tasnya di atas meja kemudian duduk di kursi kebesarannya lalu membuka satu per satu pesan yang masuk ke e-mail-nya melalui komputer. Ia pun memilah e-mail-e-mail tersebut. Ia akan membalas e-mail yang paling penting lebih dulu. Begitulah caranya bekerja. Tak lama kemudian pintu ruangannya diketuk lalu terbuka setelah ia memberi izin. Dan orang yang mengetuk pintu tersebut adalah Laura, sang manajer. “Ini laporan yang Anda minta, Miss” Ucap Laura. Lauren lantas mengambil laporan tersebut dan mulai memeriksanya. Kepalanya lalu mengangguk-angguk saat melihat data minggu ini dari butik pusat dan butik cabangnya meningkat sangat pesat setelah ia mengikuti ajang Paris Fashion Week beberapa hari yang lalu. Hal biasa yang sering terjadi saat ia mengikuti acara tersebut. Namun kali ini sepertinya ia sangat beruntung karena tingkat penjualannya naik lima kali lipat dari tahun lalu. Saat ia sedang asyik melihat angka-angka tersebut, ponselnya tiba-tiba berbunyi. Ia pun menganggukkan kepalanya pada Laura sebagai tanda bahwa wanita itu bisa keluar dari ruangannnya sebelum ia menjawab panggilan tersebut. “Halo” Sapa Lauren. “Halo, Lar” Sapa John, si penelepon. “Kau di mana?” Tanyanya. “Aku di butik. Kenapa?” Tanya Lauren balik. “Dua hari lagi Adam akan pulang dari liburannya bersama kekasihnya dan dia meminta bertemu denganmu di mansionnya untuk mengukur ukuran tubuh kekasihnya itu. Apa kau bisa?” Tanya John. “Tentu. Kirimkan saja alamatnya padaku” Jawab Lauren. “Baiklah. Kalau begitu aku akan memberikan nomormu padanya agar kalian bisa berkomunikasi dengan lancar tanpa merepotkanku” Ucap John membuat Lauren terkekeh. “Ngomong-ngomong kau tidak sibuk?” Tanya Lauren. “Sibuk. Aku sangat sibuk tapi masih menyempatkan diriku untuk meneleponmu seperti ini. Bukankah aku sangat baik?” Ujar John yang justru membuat Lauren tertawa. “Kalau begitu sudah dulu, ya. Aku sedang buru-buru. Bye” Lanjutnya. “Bye” Balas Lauren kemudian memutuskan sambungan teleponnya. Baru saja ia hendak meletakkan ponselnya di atas meja dan melanjutkan membalas e-mail-e-mail yang masuk, ponselnya kembali berdering yang menandakan ada sebuah pesan yang masuk. Saat melihat pengirimnya merupakan nomor baru, ia sempat ragu untuk membukanya. Namun pada akhirnya ia tetap membuka pesan dari nomor baru tersebut. Senyumnya pun terbit setelah membaca pesan tersebut. ***                    From : +330102030xxx Apa kau bisa ke restoran yang kemarin malam untuk membayar biaya laundry-nya? -Bianca                    ***                    Begitulah isi pesan tersebut. Dan tentu saja akan Lauren sanggupi apapun yang terjadi. ***                      To : +330102030xxx Tentu                    ***                       Lauren semakin melebarkan senyumnya setelah membalas pesan tersebut. Ternyata wanita itu berguna juga. Ia pun meletakkan ponselnya di atas meja kemudian melanjutkan kegiatannya yang tertunda seraya membayangkan pertemuan mereka nanti malam. Ia hanya berharap kalau pria itu juga berada di sana agar semuanya menjadi lebih menarik. -------                          “Kenapa kita makan di sini?” Tanya Lavina ketika mereka bertiga makan di ruangan umum restoran, bukannya di ruangan Bianca. “Byll bilang kalau dia lebih suka makan di sini” Jawab Bianca yang hanya diangguki Lavina. “Walaupun ramai, tapi suasana di sini lebih enak dari pada di ruanganmu yang pengap” Ucap Byll. “Enak saja, ruanganku adalah tempat ternyaman di restoran ini” Bantah Bianca. “Sudah, jangan berdebat lagi. Telingaku sakit mendengar kalian berdebat terus sejak aku datang” Lerai Lavina. “Lebih baik kita pesan makanan sekarang. Aku sudah lapar” Lanjutnya. Namun saat ia hendak memanggil salah satu pelayan, Bianca dengan segera menahannya. “Ada apa?” Tanya Lavina bingung. “Aku sedang menunggu seseorang. Dia akan datang sebentar lagi, jadi tunggu sebentar” Jawab Bianca. “Siapa? Pacarmu akan datang?” Tanya Byll. “Pacarku ‘kan hanya kau jadi aku tidak perlu menunggunya” Ucap Bianca. “Kalau pun kita bukan sepupu, aku sama sekali tak sudi memiliki pacar sepertimu” Ujar Byll. “Tak sudi pun aku akan tetap memaksamu. Kau pikir gampang menolak pesonaku?” Ucap Bianca. “Kalau pesonamu susah ditolak, maka saat ini kau benar-benar telah memiliki pacar” Ujar Byll. “Aku tak punya pacar bukan berarti para pria itu tak termakan oleh pesonaku. Tapi aku yang selalu menolak mereka karena ingin fokus kuliah” Balas Bianca. “Aku tak mengerti kenapa kalian para wanita selalu menggunakan alasan itu untuk menolak pria” Ucap Byll. “Bagiku itu bukan sekadar alasan tapi fakta” Ujar Bianca. “Dan jangan asal menuduh seperti itu, bisa saja mereka punya alasan lain yang tidak bisa mereka katakan hingga menggunakan alasan seperti itu” Lanjutnya. “Aku tidak menuduh, hanya sa...” “Astaga, lama-lama kepalaku benar-benar akan pecah mendengar perdebatan tidak penting kalian” Potong Lavina. “Dia yang mulai” Adu Bianca. “Aku? Kau yang selalu memulai perdebatan” Bantah Byll. “Sudah, jangan saling menyalahkan” Lerai Lavina. “Bi, sebenarnya siapa yang kau tunggu? Temanmu? Atau siapa?” Tanyanya. “Mmm... Aku tidak tahu apa dia bisa dikatakan sebagai teman. Tapi kami lumayan dekat” Jawab Bianca. “Siapa? Pria?” Tanya Lavina. “Bukan, dia wanita” Jawab Bianca. “Tunggu saja, kau pasti akan senang saat melihatnya” Lanjutnya. “Apa aku mengenalnya?” Tanya Lavina. “Tentu saja” Jawab Bianca dengan senyum lebarnya. Tak lama kemudian, seseorang datang menghampiri meja mereka. “Maaf, aku terlambat. Jalanan sangat padat malam ini” Ucap orang tersebut yang sontak membuat Lavina dan Byll terkejut. -------                          Love you guys~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN