Lauren melihat jam tangannya berkali-kali kemudian mendengus. Bagaimana tidak? Ini sudah hampir jam tujuh dan jalanan masih macet seperti ini. Ingin rasanya ia melakukan teleportasi saat ini juga. Harusnya tadi ia berangkat lebih cepat.
“Kenapa malam ini jalanan jadi macet seperti ini?” Kesal Lauren karena mobilnya masih setia di tempatnya sejak tadi. “Sial!” Makinya.
Dan akhirnya beberapa menit kemudian para kendaraan-kendaraan di depannya mulai melaju. Ia pun segera melajukan mobilnya ke sebuah restoran di mana ia dan Bianca telah berjanji akan bertemu di sana.
Beberapa saat kemudian, Lauren pun tiba di restoran tersebut. Memperbaiki make-up-nya sejenak barulah ia keluar dari mobil dan masuk ke dalam restoran. Dan lagi-lagi Romi-lah yang menyambutnya begitu ia sampai di sana.
“Anda datang sendiri, Miss?” Tanya Romi.
“Ya. Aku ingin bertemu seseorang” Jawab Lauren seraya tersenyum.
“Atas nama siapa, Miss? Saya akan mengantar Anda” Tanya Romi.
“Bianca Agustin” Jawab Lauren membuat Romi bingung bercampur terkejut. “Oh ya, kau tidak perlu mengantarku. Selamat bekerja, Romi” Lanjutnya kemudian beranjak dari sana dengan senyum penuh artinya.
Lauren lantas segera menghampiri sebuah meja yang telah diisi oleh tiga orang dengan langkah tegasnya. Bahkan matanya menunjukkan tatapan yang hendak memakan mangsanya.
“Maaf, aku terlambat. Jalanan sangat padat malam ini” Ucap Lauren yang membuat dua orang di meja tersebut terkejut akan kehadirannya, sementara orang yang mengundangnya tersenyum lebar.
“Oh, akhirnya kau datang juga” Ujar wanita yang mengundangnya. Siapa lagi jika bukan Bianca? Dan dua orang lainnya adalah Byll dan Lavina.
“Duduklah” Pintah Bianca seraya tersenyum.
“Terima kasih” Ucap Lauren kemudian duduk di samping Byll, satu-satunya kursi yang kosong.
Lauren pun dapat merasakan tatapan tajam pria itu yang ditujukan untuk Bianca. Sementara wanita yang berada di hadapannya masih terlihat terkejut akan kehadirannya. Ia tak tahu kenapa, tapi yang pasti ia akan mengabaikannya jika wanita itu berniat buruk padanya.
“Lauren, kenalkan ini kakakku, Lavina” Ucap Bianca membuat Lauren bisa duduk dengan tenang di kursi ini tanpa mengkhawatirkan apapun.
“Hai, aku Lavina. Aku sangat mengagumimu” Ujar Lavina yang tak menyangka akan bertemu dengan Lavina sang desainer ternama malam ini. Desainer kedua yang sangat ia kagumi setelah Ibunya.
“Kau mengenalku?” Tanya Lauren.
“Tentu saja. Aku sangat menyukai semua rancanganmu. Sayangnya aku tak bisa menghadiri acara Paris Fashion Week kemarin” Ucap Lavina cepat membuat Lauren tersenyum.
“Lain kali kau harus datang kalau begitu. aku akan memberimu undangan” Ujar Lauren.
“Benarkah?” Seru Lavina seakan baru saja mendapat jackpot.
“Tentu” Ucap Lauren.
“Wah~ Terima kasih. Aku sangat senang. Suatu kehormatan bagiku bisa bertemu denganmu” Ujar Lavina.
“Kakakku juga seorang desainer” Sahut Bianca.
“Benarkah?” Tanya Lauren.
“Ya, tapi aku masih harus banyak belajar. Aku bahkan belum pantas mendapat gelar itu”Jawab Lavina.
“Tidak apa-apa. Aku yakin suatu hari nanti kau akan menjadi desainer yang terkenal” Ucap Lauren. “Apa aku boleh melihat rancanganmu nanti?” Tanyanya.
“Tentu saja” Jawab Lavina cepat membuat Lauren tersenyum.
Byll yang berada di sana pun merasa seakan menjadi orang tak terlihat. Ia hanya bisa duduk di sana dan mendengarkan percakapan kedua orang tersebut seraya merutuki Bianca dalam hatinya karena mengundang Lauren tanpa memberitahunya. Baru saja semalam ia berdoa agar dijauhkan dari Lauren, tapi malam ini wanita itu malah muncul kembali di hadapannya.
“Oh ya, Lauren. Dia Byll sepupuku, pria yang kemarin tak sengaja kau kotori celananya” Ucap Bianca.
“Ya, aku tahu. Dan aku masih merasa bersalah atas kejadian kemarin” Ujar Lauren berpura-pura merasa bersalah. “Oh, ini biaya laundry untuk...”
“Tidak perlu, tidak perlu. kau tidak perlu menggantinya” Potong Bianca menahan Lauren yang hendak mengeluarkan uang dari dompetnya berhenti. “Sebenarnya aku memanggilmu ke sini hanya untuk makan malam karena kebetulan kakakku sangat menyukaimu” Lanjutnya.
“Benarkah?” Tanya Lauren yang dijawab anggukan oleh Bianca. “Baiklah kalau begitu” Lanjutnya membuat Byll mendengus dalam hatinya.
‘Aktingnya sangat bagus. Dia bahkan pantas mendapatkan piala Oscar kategori artis terbaik tahun ini’ Batin Byll.
“Bagaimana kalau kita pesan makanan sekarang?” Usul Bianca yang diangguki Lauren dan Lavina yang sedari tadi memang sangat lapar.
“Romi” Panggil Bianca dan tak lama kemudian, Romi pun menghampiri mereka.
“Kami pesan menu utama hari ini” Ucap Bianca.
“Baik, Miss” Ujar Romi.
Setelahnya, Romi pun pamit dari sana. Namun sebelum pria itu benar-benar beranjak dari tempatnya, tatapan pria itu dan Lauren bertemu. Wanita itu bahkan sempat mengedipkan sebelah matanya pada pria itu. Byll yang melihatnya pun mengerutkan keningnya.
‘Apa dia baru saja menggoda Romi?’ Batin Byll.
Sekedar informasi bahwa Romi merupakan pria paruh baya yang usianya hampir menginjak lima puluh tahun. Dan itu pun membuat Lauren lagi-lagi mendapat nilai negatif dari Byll.
“Jadi kapan aku bisa melihat rancanganmu?” Tanya Lauren.
“Kapan pun. Kau bisa melihatnya kapan pun” Jawab Lavina cepat.
“Kau bilang memiliki urusan di sini sampai-sampai tidak bisa ikut aku pulang ke Indonesia” Sahut Byll yang langsung mendapat tatapan tajam dari Lavina.
“Itu bisa ditunda” Ucap Lavina menahan kesalnya kemudian segera tersenyum pada Lauren. “Aku sama sekali tak sibuk dan aku bisa menunjukkannya kapan pun kau bisa” Lanjutnya.
“Baiklah. Aku akan segera menghubungimu” Ujar Lauren. “Kalau begitu, berikan aku nomormu agar aku bisa menghubungimu nanti” Lanjutnya seraya menyodorkan ponselnya pada Lavina yang langsung diterima wanita itu. setelah mengetik nomornya di sana.
Setelahnya, ia pun mengembalikan ponsel Lauren. Beberapa saat kemudian, ponsel Lavina berdering dan berasal dari nomor baru yang tak ia kenal.
“Itu nomorku” Ucap Lauren yang membuat Lavina terkejut seraya menutup mulutnya. Rasanya ia ingin berteriak girang dan melompat-lompat karena berhasil mendapatkan nomor Lauren.
Tak lama kemudian, pesanan mereka datang lalu mereka pun mulai memakan makanan mereka masing-masing. Dengan Lauren yang sesekali melirik Byll yang berada di samping. Pria itu bahkan seakan mengabaikan kehadirannya.
“Sudah berapa lama kau menekuni dunia fashion?” Tanya Lauren pada Lavina untuk mengusir keheningan di antara mereka.
“Aku? Sejak masih kecil aku sangat menyukai fashion karena Ibuku juga seorang desainer dan aku mulai menekuninya saat aku masuk sekolah menengah atas” Jawab Lavina.
“Ibumu juga seorang desainer?” Tanya Lauren.
“Ya, tapi Ibuku hanya desainer dalam negeri” Jawab Lavina.
“Kenapa dia tidak mencoba merambah ke luar negeri?” Tanya Lauren.
“Ayahku tidak ingin Ibuku terlalu kelelahan jika nanti Ibuku akan sangat disibukkan dengan pekerjaannya” Jawab Lavina.
‘Karena inilah harusnya pernikahan itu diberi simbol sebagai pengekangan’ Batin Lauren yang semakin menguatkan keputusannya untuk tidak menikah atau pun memiliki komitmen dengan siapa pun.
“Lalu Ibumu tidak marah?” Tanya Lauren.
“Tidak karena dia juga memikirkan hal yang sama” Jawab Lavina yang membuat Lauren terdiam. “Lalu bagaimana denganmu? Setelah Paris Fashion Week musim panas kemarin, kau pasti masih sangat sibuk untuk Paris Fashion Week musim dingin nanti” Tanyanya.
“Ya, kau benar. Saat ini aku sedang mempersiapkan rancanganku untuk musim kedua. Tapi aku bersyukur karena persiapannya telah selesai lima puluh persen jadi aku bisa bersantai sedikit” Ucap Lauren.
“Wah~ Kau memang sangat keren” Puji Lavina.
“Kau terlalu berlebihan” Sangkal Lauren. “Oh ya, dua hari lagi aku akan bertemu klien yang memintaku mendesain gaun pengantin calon istrinya, apa kau mau ikut?” Tawarnya.
“Tentu saja aku mau” Jawab Lavina cepat. Ia bahkan tak perlu berpikir dua kali untuk itu.
“Baiklah. Kalau begitu datanglah ke butikku yang berada di da...”
“Arrondissement” Potong Lavina.
“Kau tahu” Ujar Lauren seraya tersenyum. “Datanglah ke sana pukul sepuluh besok” Lanjutnya.
“Aku akan datang tepat waktu” Seru Lavina.
“Mmm... Lav, ayo temani aku ke toilet” Ajak Bianca.
“Tidak mau. Kau ‘kan bisa ke to...”
“Ayo temani aku” Potong Bianca cepat seraya memberi kode pada wanita itu. Lavina yang mengerti pun mengikuti sang adik walau ia sedikit bingung.
“Kami ke toilet dulu” Pamit Bianca kemudian beranjak dari sana bersama Lavina.
“Kau sungguh tidak mengerti kode” Ucap Bianca setelah mereka berdua telah cukup jauh dari Byll dan Lauren.
“Sebenarnya ada apa?” Tanya Lavina semakin bingung.
“Kau tidak lihat dari tadi Lauren melirik Byll?” Tanya Bianca.
“Maksudmu?” Tanya Lavina tak mengerti. Namun beberapa detik kemudian ia pun terkejut. “Maksudmu Lauren... Lauren... Menyukai Byll?” Tanyanya.
“Exactly” Ucap Bianca.
“Tidak mungkin” Ujar Lavina tak percaya.
“Kau hanya tidak melihat lirikan Lauren pada Byll saat makan tadi” Ucap Bianca. “Dari pada itu, sudah kubilang ‘kan kalau kau akan senang bertemu dengan tamuku?” Tanyanya.
“Ya, aku sangat sangat sangat senang~ Andai kau memberitahuku siapa dia, aku tidak akan menunggu dengan kesal seperti tadi” Ucap Lavina dengan mata berbinarnya.
“Sama-sama” Ujar Bianca.
“Terima kasih, Bi. Aku sangat menyayangimu” Seru Lavina seraya memeluk Bianca dari samping.
Di sisi lain, Byll merutuki kedua sepupunya itu yang pergi begitu saja meninggalkannya bersama wanita ular yang berada di sampingnya. Meski begitu, ia tetap melanjutkan makannya dengan tenang tanpa menghiraukan wanita bernama Lauren itu.
Satu lagi, ia pun tak menyangka kalau Lauren yang ia anggap sebagai w************n itu adalah seorang desainer. Sungguh tak beretika.
“Apa yang kau pikirkan?” Tanya Lauren yang membuat Byll berhenti memotong dagingnya kemudian menatap Lauren yang saat ini tengah menatapnya.
“Kenapa kau ingin tahu?” Tanya Byll balik.
“Hanya ingin tahu” Jawab Lauren.
“Tak ada jawaban seperti itu saat kau bertanya sesuatu pada seseorang” Ucap Byll.
“Lalu menurutmu apa alasanku bertanya seperti itu?” Tanya Lauren seraya tersenyum membuat Byll terdiam masih dengan menatapnya.
“Untuk apa aku menjawabnya? Kau yang paling tahu jawabannya” Ucap Byll membuat Lauren terkekeh.
“Ternyata kau bukan pria yang peka” Ujar Lauren yang diabaikan Byll. Pria itu malah melanjutkan memotong dagingnya lalu memakannya.
“Sangat menarik” Gumam Lauren membuat Byll berhenti mengunyah makanannya kemudian menatap Lauren sebagai tanda tanya. “Sepertinya mulai sekarang kita akan sering bertemu” Ucapnya seraya tersenyum penuh arti membuat Byll tak mengerti.
-------
“Apa maksud wanita itu?” Tanya Byll pada dirinya sendiri begitu ia sampai di penthouse-nya seraya membuka pakaiannya.
“Kami akan sering bertemu? Aku dan dia?” Tanyanya lagi berdialog sendiri.
“Tidak mungkin. Itu tidak akan terjadi. Untuk apa kami sering bertemu?” Gumamnya seraya menggelengkan kepalanya.
“Apa dia sedang bermimpi?” Gumamnya lagi.
“Untuk apa juga Bianca mengajak wanita itu makan malam bersama? Merusak hariku saja sebelum kembali ke Indonesia” Kesalnya kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya setelah membuka seluruh pakaiannya.
Dan ia harap kalau ia tak akan bertemu dengan wanita itu lagi saat ia kembali ke Paris. Ia pun akan berdoa dengan bersungguh-sungguh malam ini.
-------
Love you guys~