Chapter 10

1645 Kata
Sesuai janjinya dua hari yang lalu, hari ini Lauren dan Lavina tengah dalam perjalanan ke mansion Adam setelah membuat janji. Bunyi ponsel Lauren pun mengalihkan perhatian mereka. Wanita itu lantas segera menjawab teleponnya yang berasal dari John.    “Halo” Sapa Lauren.    “Kudengar hari ini kau akan bertemu dengan Adam dan calon istrinya?” Tanya John tanpa membalas sapaan Lauren.    “Ya, sekarang kau sedang dalam perjalanan ke mansion-nya” Jawab Lauren.    “Baguslah. Aku hanya ingin memastikan” Ucap John. “Tidak perlu menggunakan itu sebagai alasan jika kau merindukanku, John” Ujar Lauren membuat Lavina segera menatapnya.    “Najis” Ketus John. “Siapa juga yang merindukanmu? Yang ada justru kau yang merindukanku dan gosip-gosip yang kuberikan” Lanjutnya membuat Lauren terkekeh. Pasalnya apa yang pria itu katakan memang benar.    “Kau benar, aku sangat merindukanmu. Makanya cepatlah kembali” Ucap Lauren.    “Bersabarlah, Honey. Aku akan segera kembali untukmu” Ujar John. “Bukan untuk Kio?” Goda Lauren. “Tentu saja dia yang paling utama dan kau yang kedua” Ucap John membuat Lauren tertawa. “Oh ya, dengan siapa kau pergi? Kabarnya calon istri Adam itu sangat rewel, jadi kalian harus berhati-hati” Lanjutnya.    “Dengan teman baruku” Ujar Lauren seraya tersenyum pada Lavina yang tengah menatapnya sejak tadi. “Dan kau tenang saja aku bisa menanganinya dengan baik” Lanjutnya.    “Teman baru? Kenapa aku selalu merasa tidak yakin saat kau mengatakan memiliki teman baru?” Tanya John ragu.    “Kali ini benar-benar teman baruku. Dia juga seorang desainer muda” Ucap Lauren.    “Oh, astaga. Ingat umurmu. Sebentar lagi kau akan berusia tiga puluh tahun jadi berhentilah berteman dengan yang muda-muda” Sindir John.    “Lalu kau pikir berapa umur Kio?” Balas Lauren. “Kio berbeda. Dia pacarku sedangkan orang yang kau temani sekarang adalah teman barumu” Ucap John. “Namanya Lavina” Ujar Lauren yang membuat Lavina merasa sangat senang karena wanita itu menyebut namanya.    “See? Dia pasti masih sangat muda dan cantik. Sedangkan kau? Sudah bangkotan. Dan aku yakin kalau sebentar lagi kau pasti akan menopause” Ejek John.    “Kau ingin membuat suasana hatiku rusak sebelum bertemu macan?” Kesal Lauren. “Kau yang ingin seperti itu” Ucap John seraya tertawa. “Sudahlah. Aku malas bicara denganmu lagi” Ujar Lauren. “Kuingatkan kau, jaga pacarmu itu baik-baik atau dia akan berubah jalur dan malah tergoda olehku” Lanjutnya.    “Tidak mung...”                Belum sempat John menyelesaikan kalimatnya, Lauren lebih dulu memutuskan sambungan teleponnya dengan kesal. Dan ia yakin saat ini pria itu pasti juga sedang marah-marah.    “Apa dia John McGalla?” Tanya Lavina ragu setelah Lauren meletakkan ponselnya kembali. “Ya. Dan sebenarnya dia juga yang merekomendasikanku untuk job ini” Jawab Lauren yang membuat Lavina lagi-lagi terkejut saat tebakannya ternyata benar. “Kapan-kapan aku akan mengenalkanmu padanya saat dia telah kembali dari Jepang” Lanjutnya yang membuat Lavina semakin senang. Saking senangnya ia sampai tak percaya dengan apa yang Lauren katakan.    “Benarkah? Benarkah aku boleh bertemu dengannya?” Tanya Lavina. “Kenapa tidak?” Tanya Lauren balik seraya tersenyum membuat Lavina lantas menyerukan kata ‘yes’ dengan suara tertahannya agar tidak mengganggu Lauren yang sedang menyetir. Sementara Lauren yang melihatnya pun hanya terkekeh.    Tak lama kemudian mereka pun tiba di sebuah mansion. Sebenarnya mereka harus melewati jalan setapak sejauh tujuh kilometer sebelum mereka benar-benar mencapai mansion tersebut.    Setelah mereka melewati jalan setapak sejauh tujuh kilometer tersebut, barulah mereka sampai di sebuah mansion yang sangat mewah dan megah. Adam Milan merupakan seorang pengusaha terkaya di Perancis jadi tak heran pria itu memiliki mansion semewah dan semegah ini. Kedatangan mereka pun langsung disambut oleh seorang pelayan.    “Selamat datang, Miss Michelle” Sambut pelayan tersebut ramah. “Silakan ikut saya. Tuan dan Nyonya telah menunggu Anda” Lanjutnya kemudian memandu Lauren dan Lavina yang mengikutinya memasuki mansion.    Setelah berjalan cukup jauh di dalam mansion tersebut, akhirnya mereka tiba di sebuah ruangan yang sangat besar dimana seorang pria berada di sana dengan seorang wanita yang berada di pangkuannya yang Lauren yakini kalau dia adalah kekasih pria itu. Karena hal itu telah biasa di sini, jadi Lauren tak mempermasalahkan hal itu.    “Tuan, Nyonya, Miss Michelle telah tiba” Lapor pelayan tersebut. “Keluarlah” Pintah Adam. Pelayan tersebut pun pamit keluar dari sana. Setelah kepergian pelayan itu, Adam menyuruh kekasihnya untuk berdiri, begitu pula dengannya. Kedua orang tersebut lantas berjalan mendekat ke arah Lauren yang diikuti oleh wanita tadi seraya terus menggandeng lengan Adam seakan takut kalau pria itu akan pergi meninggalkannya.    “Senang bertemu denganmu, Miss Michelle” Ucap Adam seraya menyodorkan tangannya.    “Aku juga senang bertemu denganmu, Mr. Milan” Balas Lauren. “Kenalkan ini Vanessa Jarre, calon istriku” Ucap Adam. Lauren dan Vanessa lantas saling berkenalan satu sama lain.    “Dan perkenalkan ini adalah temanku yang akan membantuku hari ini, Lavina Agustin” Ujar Lauren.    “Adam” Ucap Adam seraya menyodorkan tangannya. “Lavina” Balas Lavina. “Baiklah, kalau begitu mari kita mulai” Ucap Adam kemudian berjalan kembali menuju sofa dengan Vanessa yang setia mengikutinya. Begitu juga dengan Lauren dan Lavina yang mengikut di belakang.    “Apa yang kami lakukan?” Tanya Adam setelah mereka duduk kembali di sofa. Bedanya kali ini Vanessa tidak duduk di pangkuan Adam melainkan duduk di sofa yang berbeda.    “Sebelumnya aku ingin bertanya. Gaun seperti apa yang kau inginkan?” Tanya Lauren pada Vanessa seraya mengeluarkan buku desain serta pensil dari dalam tasnya.    “Gaun yang menutup seluruh tubuhnya” Sahut Adam. “Sudah kubilang aku tidak mau gaun yang seperti itu” Bantah Vanessa. “Aku ingin gaun dengan bahu terbuka dan seluruh punggungku terlihat” Lanjutnya.    “Dan semua orang akan melihat tubuhmu. Kau pikir aku akan mengizinkannya?” Ucap Adam.    “Bukankah memang itu tujuan wanita memakai gaun pengantin?” Tanya Vanessa.    “Tapi aku tak bisa membayangkan pandangan orang-orang yang akan menatap tubuhmu” Ucap Adam.    “Sekali saja, ya? Kumohon” Mohon Vanessa. “Kita hanya menikah satu kali dan aku ingin mengenakan pakaian yang kuinginkan” Lanjutnya membuat Adam menghela nafas.    ‘Astaga. Drama apa lagi ini?’ Batin Lauren. “Baiklah” Ucap Adam yang membuat Vanessa berseru senang. “Kau dengar itu? Aku ingin gaun mewah yang memperlihatkan bahu dan punggungku. Aku juga ingin memiliki ekor yang panjang di belakangnya. Satu lagi, aku ingin pita di bagian perutku” Pintah Vanessa dengan senyuman lebarnya.    Setelah mendengar ucapan Vanessa, Lauren pun mulai mendesain sebuah gaun di buku desainnya sesuai dengan permintaan wanita itu. Tangan Lauren bergerak cepat namun akurat di setiap goresannya membuat Lavina yang melihatnya semakin mengagumi sosok Lauren.    Seusai menyelesaikan desainnya, Lauren pun menunjukkan gambar tersebut pada Vanessa dan Adam.    “Silakan katakan padaku jika ada yang tak sesuai” Ucap Lauren.    “Hilangkan lengannya, sangat mengganggu. Dan sepertinya akan bagus kalau di punggungnya diisi dengan tali berbentuk silang” Pintah Vanessa.    “Baiklah” Ucap Lauren kemudian kembali mendesain ulang gaunnya. Dan setelah selesai, ia kembali memperlihatkannya pada Vanessa dan Adam.    “Bagus. Aku menyukainya” Ucap Vanessa. “Bagaimana denganmu?” Tanyanya pada Adam yang hanya dibalas anggukan oleh pria itu.    “Baiklah, kalau begitu tolong berdiri dan ikut aku, Miss Jarre” Pintah Lauren seraya mengeluarkan pita ukur dari dalam tasnya sementara Lavina mengeluarkan buku catatan serta bolpoin dari dalam tasnya.    “Panggil aku Vanessa. Aku tidak suka nama belakangku” Pintah Vanessa yang hanya dibalas senyuman oleh Lauren. Mereka berdua pun berdiri kemudian berjalan menuju ujung meja yang lebih luas agar ia bisa mengukur tubuh Vanessa lebih leluasa.    “Aku akan memulai mengukur tubuhmu jadi tolong berdiri yang tegak” Pintah Lauren yang diikuti oleh Vanessa.    Lauren pun mulai mengukur bagian d**a Vanessa kemudian menyebutkan angkanya pada Lavina agar wanita itu bisa mencatatnya di buku catatannya. Setelah mengukur bagian d**a, Lauren berpindah ke bagian pinggang, jarak antara d**a dan bahu, serta bagian-bagian yang lainnya. Setelah selesai, mereka berdua lalu duduk kembali di tempat masing-masing.    “Kalau boleh tahu, kapan tanggal pernikahannya?” Tanya Lauren.    “Dua bulan lagi” Jawab Adam. “Kalau begitu aku akan menyelesaikan gaun ini dalam sebulan” Ucap Lauren. “Aku akan menghubungimu kembali setelah gaunnya selesai” Lanjutnya.    “Baiklah” Ujar Adam. “Apa ada yang ingin kalian tambahkan?” Tanya Lauren sebelum memasukkan buku desainnya ke dalam tasnya.    “Tidak ada” Jawab Vanessa membuat Lauren menyimpan buku desainnya.    Setelahnya, Lauren dan Lavina pun pergi dari sana. Walau Adam telah menawarkan mereka untuk makan siang di sana, tapi Lauren menolaknya karena tak ingin melihat drama dari kedua orang itu lagi.    “Bagaimana kau bisa menggambar secepat dan seakurat itu? Aku bahkan tidak bisa membedakan apa itu gambaranmu atau hasil editan” Seru Lavina begitu mereka meninggalkan area mansion tersebut.    “Bakat?” Jawab Lauren. Ya, mungkin itu adalah bakatnya. Karena sejak dulu begitulah caranya menggambar desain. Ia bahkan tak pernah belajar menggambar desain sebelumnya.    “Tak diragukan lagi. Aku memang tak salah mengagumimu” Puji Lavina.    “Kau terlalu berlebihan. Semua orang memiliki bakat mereka masing-masing. Dan aku yakin kau pun memilikinya” Ucap Lauren membuat Lavina tersenyum. “Oh iya, apa aku boleh meminta nomor telepon Byll? Aku ingin meminta maaf sekali lagi dengannya” Tanyanya.    “Tentu” Ucap Lavina kemudian segera mengambil ponselnya di dalam tas.    “Tolong simpan nomornya di ponselku” Pintah Lauren seraya memberikan ponselnya pada Lavina yang segera diambil oleh wanita itu. Namun Lavina seketika berhenti saat hendak mengetik nomor ponsel Byll di ponsel Lauren.    “Mmm... Lauren” Panggil Lavina. “Ya? Ada apa?” Tanya Lauren. “Mmm... Apa kau...” Ucap Lavina ragu. “Ah, tidak jadi. Maaf” Lanjutnya kemudian segera mengetik nomor Byll di ponsel Lauren. Sementara Lauren sedikit bingung dengan tingkah Lavina.    “Ini. Aku sudah menyimpan nomor Perancis dan Indonesia Byll” Ucap Lavina seraya mengembalikan ponsel Lauren. “Oh ya, kemarin Byll sudah kembali ke Indonesia, jadi kalau kau mau menghubunginya, kau harus menelepon nomor Indonesia-nya” Lanjutnya.    “Baiklah”Ujar Lauren seraya tersenyum. “Lalu, apa dia tidak akan kembali lagi?” Tanyanya.    “Dia tentu pasti akan kembali lagi karena dia harus mengurus perusahaan cabang Ayahnya yang berada di sini. Tapi mungkin dia akan kembali dalam satu atau dua minggu lagi” Jelas Lavina.    “Kenapa dia tidak menetap di sini saja?” Tanya Lauren. “Entahlah. Tidak ada yang bisa mengerti isi otaknya saat dia memutuskan untuk merepotkan dirinya sendiri dengan pulang balik dari Indonesia-Perancis beberapa kali dalam satu bulan” Jawab Lavina yang hanya dibalas anggukan oleh Lauren.    Tapi baginya itu sama sekali tidak penting. Yang penting baginya adalah mendapatkan pria itu. Pria yang membuatnya sepenasaran ini. Ia bahkan rela menurunkan derajatnya untuk meminta nomor pria itu lebih dulu. Dan akhirnya ia mendapatkannya walau dari Lavina, sepupu pria itu.    Agak terkesan licik sebenarnya. Tapi jika tidak licik ini, sepertinya ia tak akan pernah bisa mendekati pria itu.    -------                            Love you guys~           
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN