Chapter 5

2000 Kata
Lauren membuka matanya begitu merasakan cahaya matahari yang menerangi wajahnya. Inilah akibatnya jika ia lupa menutup gorden saat malam.    Saat ia hendak bangun dari tidurnya, gerakannya tertahan saat merasakan sebuah lengan besar melingkar di perutnya serta hembusan nafas hangat di lehernya. Ia lantas menghela nafas karena teringat bahwa Mark tidur dengannya semalam.    Dengan perlahan, Lauren lantas melepas pelukan Mark dari perutnya. Namun bukannya terlepas, pelukan pria itu semakin mengerat membuat Lauren mendengus. Ternyata pria itu telah bangun.    “Lepas. Aku ingin ke toilet” Pintah Lauren. “Kau janji akan kembali?” Tanya Mark. “Aku sedang tidak membuat penawaran denganmu” Ucap Lauren.    “Aku akan melepasmu kalau kau berjanji akan kembali ke sini” Ujar Mark.    “Baiklah” Ucap Lauren mengalah. Ia benar-benar kebelet ingin buang air kecil jadi ia tak bisa berdebat di situasi seperti ini.    Dengan senyuman lebarnya, Mark melepaskan pelukannya hingga Lauren bisa segera bangun dari sana dan berjalan menuju kamar mandi untuk menuntaskan rutinitas paginya sekaligus mandi karena beberapa jam dari sekarang ia harus pergi. Namun baru saja ia menyalakan keran, Mark telah mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi dari luar.    “Lar” Panggil Mark. “Apa yang kau lakukan?” Tanyanya. “Mandi” Jawab Lauren. “Apa? Kenapa kau tidak menungguku?” Tanya Mark sedikit kesal.    “Untuk apa?” Tanya Lauren balik. “Dulu kita sering melakukan itu bersama” Jawab Mark. “Itu dulu” Ucap Lauren. “Sudahlah, jangan manja dan cepatlah pergi. Aku tak ingin melihatmu berada di penthouse-ku lagi setelah aku selesai mandi” Usirnya.    Mark yang berada di depan pintu kamar mandi pun hanya bisa menghela nafas kemudian beranjak dari sana dan keluar dari kamar Lauren dengan wajah murung.    Tak lama kemudian, Lauren yang selesai mandi pun keluar dari kamar mandi dan tak mendapati Mark berada di kamarnya lagi. Hal itu pun membuatnya tersenyum. Ia lantas berjalan menuju meja riasnya untuk mengeringkan rambut.    Setelah mengeringkan rambutnya, ia pun berjalan menuju walk in closet lalu memakai pakaiannya. Setelahnya, ia kembali berjalan menuju meja rias kemudian memoleskan make-up ke wajahnya lalu mengikat rambutnya ke belakang. Karena ini adalah hari terakhir Paris Fashion Week musim panas/musim semi, jadi ia harus tampil berbeda dari dua hari kemarin.    Seusai menyelesaikan semuanya, Lauren pun memutuskan keluar kamar untuk membuat sarapan. Namun baru saja ia membuka pintu, hidungnya telah mencium aroma masakan yang pastinya berasal dari dapur. Tapi siapa yang memasak? Pasalnya ini belum waktunya orang yang biasa datang untuk membersihkan penthouse-nya untuk datang.    Tapi, tunggu... Lauren lantas segera mempercepat langkahnya menuruni tangga menuju dapur dan benar saja, ia mendapati Mark tengah meletakkan dua piring omelet di atas meja masih dengan penampilannya yang seperti semalam. Pria itu bahkan tersenyum lebar saat melihat kehadiran Lauren.    “Duduklah. Aku sudah membuatkan omelet untukmu” Ucap Mark seraya tersenyum.    “Kenapa kau masih berada di sini?” Tanya Lauren seraya berkacak pinggang.    “Semalam aku belum makan karena ketiduran jadi pagi ini aku sangat lapar” Jawab Mark kemudian duduk di kursi lalu bersiap-siap menyantap sarapannya.    Lauren lantas menghela nafasnya melihat tingkah Mark. Ia tahu pria itu hanya memberikan alasan agar bisa berada di penthouse-nya lebih lama. Meski begitu, ia tetap berjalan menuju meja makan dan duduk di hadapan pria itu.    “Kali ini saja aku mengizinkanmu bertindak seenaknya di penthouse-ku” Ucap Lauren kemudian mulai memakan omelet buatan Mark.    “Aku akan pergi ke Los Angeles dua hari lagi selama dua bulan dan mungkin bisa lebih dari itu” Ucap Mark setelah terdiam beberapa saat.    “Itu bukan urusanku” Ujar Lauren acuh. “Aku tahu” Ucap Mark kemudian tersenyum kecut. -------                          “Apa Anda tidak pergi ke Paris Fashion Week hari ini, Pak?” Tanya Zaki begitu mereka berada di dalam lift untuk pergi makan siang.    “Tidak” Jawab Byll. Ia telah kehilangan mood untuk pergi ke acara itu setelah Evelyn marah padanya. Setelahnya, Zaki tak bertanya lagi hingga mereka berdua tiba di sebuah restoran.  Byll lantas keluar dari mobil dan masuk ke dalam restoran tersebut dan kedatangannya pun langsung disambut oleh seorang wanita.    Wanita bernama Bianca Agustin yang merupakan sepupu Byll, putri dari tantenya hingga secara otomatis Bianca memiliki nama belakang yang berbeda dari Byll karena wanita itu mengikuti nama belakang sang Ayah.    “Byll~” Panggil Bianca seraya berlari ke arah Byll lalu memeluk pria itu.    “Kenapa kau semakin kurus?” Tanya Byll saat pelukan mereka terlepas membuat Bianca merengut.    “Kau yang semakin besar” Dengus Bianca. “Kenapa semakin hari kau semakin mirip dengan Ev? Suka marah tak jelas” Tanya Byll.    “Wanita adalah makhluk paling sensitif. Jadi belajarlah menjaga lidahmu saat berbicara dengan wanita” Ucap Bianca membuat Byll terkekeh kemudian mengacak rambut wanita tadi.    “Oh iya, kapan kau kembali ke Indonesia?” Tanya Bianca seraya mengajak Byll untuk masuk ke dalam lift menuju ruangannya untuk makan siang.    “Besok. Kenapa?” Tanya Byll balik. “Kau akan kembali besok dan baru datang ke sini hari ini untuk menemuiku? Apa kau sudah terlupakan?” Tanya Bianca tak percaya.    “Aku sibuk selama berada di sini” Ucap Byll memberi alasan.    “Tapi setidaknya kau meluangkan waktumu untukku. Paling tidak undur kepulanganmu ke Indonesia. Aku ingin sekali jalan ke berbagai tempat denganmu. Aku sangat bosan selalu jalan sendiri. Semua temanku sibuk dengan pacar mereka” Ujar Bianca bertepatan dengan pintu lift yang terbuka hingga mereka keluar bersama.    “Bagaimana kalau kau yang ikut denganku ke Indonesia?” Usul Byll.    “Kau tahu aku tak bisa” Ucap Bianca. “Tugas kuliahku menumpuk dan aku juga sibuk mengontrol restoran ini” Lanjutnya.    “Siapa suruh kau kuliah kedokteran. Sudah kubilang ambil yang lain saja” Ujar Byll.    “Salahkan Daddy karena ini” Ucap Bianca dengan nada kesal membuat Byll terkekeh. Bagaimana tidak? Ayahnya itu baru akan mengizinkannya berkuliah di Paris jika ia mengambil jurusan kedokteran. Dan karena ia sangat ingin berkuliah di Paris, alhasil ia mengambil tawaran tersebut. Betapa liciknya Ayahnya itu.    “Sudahlah, ikhlaskan saja semuanya” Ujar Byll. “Aku akan melakukannya asal kau mengundur kepulanganmu” Ucap Bianca.    “Hanya dua hari” Ujar Byll membuat Bianca bersorak. “Terima kasih. Kau memang sepupuku yang paling mengerti” Seru Bianca seraya memeluk Byll dari samping.    “Apa kau akan kembali ke kantor setelah makan?” Tanya Bianca begitu mereka masuk ke dalam ruangan khusus wanita itu.    “Ya” Jawab Byll.          “Tapi kau akan makan malam di sini, ‘kan?” Tanya Bianca. “Ya” Jawab Byll yang lagi-lagi membuat Bianca bersorak. “You know that i really love you, brother” Seru Bianca membuat Byll terkekeh.    -------                            Dan sekali lagi, Lauren tak menemukan pria yang ia cari sejak kemarin. Mungkin pertemuannya dengan pria itu kemarin hanya kebetulan dan pria itu tak ditakdirkan untuk menjadi mainannya. Baiklah, kalau begitu artinya ia harus mencari pria baru lagi untuk menggantikan pria itu.    “Lauren” Panggil seseorang membuat Lauren yang hendak masuk ke dalam mobilnya harus berhenti. Ia pun berbalik untuk melihat siapa yang telah memanggilnya.    “Untunglah kau belum pergi” Ucap orang tersebut yang ternyata adalah salah satu staf dari Paris Fashion Week.    “Ada apa, Dom?” Tanya Lauren. “Apa kau sibuk malam ini?” Tanya pria bernama Dom tersebut. “Memangnya kenapa?” Tanya Lauren balik. “Ada seorang wartawan yang ingin melakukan wawancara denganmu. Apa kau bisa?” Tanya Dom.    “Aku tak bisa melakukannya malam ini karena aku sudah memiliki janji” Jawab Lauren.    “Bagaimana kalau kau bertemu dengannya dulu?” Tawar Dom. “Baiklah” Ucap Lauren. Dom pun mengajak Lauren masuk kembali ke dalam gedung dan mempertemukannya dengan wartawan tersebut.    “Itu dia di sana, pria setelan hitam. Aku harus pergi, semoga berhasil” Ujar Dom kemudian pergi dari sana meninggalkan Lauren yang berjarak sepuluh meter dari pria bersetelan hitam yang Dom maksud.    Tanpa pikir panjang, Lauren pun berjalan menghampiri pria itu. Dan saat Lauren tiba di hadapan pria itu, ia dapat melihat dengan jelas raut keterkejutan di wajah pria itu ketika melihatnya.    “Oh, hai. Aku Ryan Hossler” Ucap pria itu tersenyum seraya mengulurkan tangannya. “Lauren Michelle” Balas Lauren. “Senang bertemu denganmu, Lauren” Ucap pria bernama Ryan tersebut. “Baiklah. Kalau begitu langsung saja. Aku yakin Dom telah memberitahumu kalau aku ingin mewawancarimu” Lanjutnya.    “Ya, dia telah memberitahuku” Ujar Lauren. “Jadi apa kau punya waktu malam ini?” Tanya Ryan. “Maaf, aku tidak bisa melakukannya malam ini karena telah memiliki janji. Tapi aku bisa melakukannya besok” Jawab Lauren.    “Baiklah. Tidak apa-apa” Ucap Ryan. “Bagaimana kalau besok pukul tiga sore di studio kami?” Tanyanya.    “Baiklah” Ujar Lauren tanpa pikir panjang. Lagi pula besok dia juga tidak terlalu sibuk. “Ah, ini kartu namaku” Ucap Ryan seraya memberikan sebuah kartu nama pada Lauren. “Kau boleh datang ke alamat yang tertera di sana” Lanjutnya.    “Baiklah” Ujar Lauren. “Tapi sepertinya sekarang aku harus pergi” Lanjutnya. “Oh ya, tentu. Sampai jumpa besok” Ucap Ryan. “Ya, sampai jumpa” Balas Lauren kemudian beranjak dari sana menuju parkiran lalu melajukan mobilnya ke sebuah restoran.    “Selamat datang, Miss Michelle” Sambut sang manajer restoran saat melihat Lauren yang baru datang.    “Sudah kubilang panggil namaku saja Romi” Ucap Lauren yang hanya dibalas senyuman oleh pria tersebut. “Apa mereka semua sudah datang?” Tanyanya.    “Sudah, Miss” Jawab Romi. “Silakan ikut saya” Lanjutnya. “Oh tidak, aku bisa pergi sendiri. Ini bukan pertama kalinya aku ke sini. Kau boleh melanjutkan pekerjaanmu” Tolak Lauren kemudian pergi meninggalkan Romi lalu masuk ke dalam lift dan menekan tombol lima.    Setelah sampai di lantai lima, Lauren pun keluar dan berjalan menuju sebuah ruangan yang berada tepat di ujung lorong. Dan saat ia membuka pintu, telinga Lauren lantas di penuhi oleh sorakan gembira dari para penghuni ruangan tersebut. Dimana penghuni tersebut adalah Alaia, Avani, Masha, dan Anastasia.    “Akhirnya bintang kita datang juga” Seru Alaia. “Kami sudah sangat merindukanmu” Sahut Masha. “Kau sangat keren hari ini” Timbrung Anastasia. “Yoo~ That’s my girl!” Seru Avani dengan bangga. “Ada apa dengan kalian?” Tanya Lauren kemudian duduk di kursi yang tersedia untuknya. “Kami sangat bangga padamu” Ucap Avani. “Kami dengar banyak yang memuji karyamu dan banyak yang ingin membelinya juga” Sahut Alaia.    “Ya, dan itu membuatku sangat pusing. Tim produksiku bahkan sudah hampir gila” Ucap Lauren.    “Baguslah. Itu artinya hari ini kau yang bayar, ‘kan?” Tanya Anastasia. “Dasar. Mencari kesempatan dalam kesempitan” Decih Lauren membuat semuanya tertawa. Tak lama kemudian, makanan mereka pun datang lalu mereka mulai makan.    “Kupikir kau sedang diet?” Tanya Lauren pada Avani yang ternyata memesan daging. “Kau percaya padanya?” Sahut Alaia. “Dia ‘kan tak bisa jauh dari daging” Timbrung Masha kemudian terkekeh. “Kalian benar. Aku sama sekali tak bisa jauh dengan mereka” Ucap Avani sedikit sedih. “Bagaimana kau bisa jauh dari daging. Suamimu seorang chef dan setiap hari dia menyajikan daging untukmu” Ujar Alaia membuat Avani menghela nafas.    “Itulah kenapa aku tidak ingin punya suami seorang chef” Ucap Lauren kemudian menyuapkan salad ke mulutnya.    “Bukan hanya seorang chef, tapi kau memang tidak mau menikah” Ujar Anastasia. “Kami bahkan tidak tahu apa yang ada di dalam otakmu sampai memutuskan hal seperti itu” Ucap Masha. “Menikah itu membosankan. Kalian harus hidup dengan satu pria selamanya dan mereka pasti akan mengontrol kehidupanmu” Ujar Lauren.    “Itu hanya pendapatmu saja. Lihat mereka bertiga, hingga sekarang mereka hidup dengan bahagia” Ujar Alaia yang merujuk pada Avani, Anastasia, dan Masha yang memang telah menikah.    “Lalu kau sendiri kenapa tidak menikah?” Sindir Lauren. “Aku hanya belum menemukan yang sesuai dengan tipeku. Kau tahu ‘kan, tipe idealku sangat high class” Ucap Alaia.    “Tapi apa yang Al katakan benar, Lar. Tak semua kehidupan rumah tangga semembosankan seperti yang kau pikirkan jika kalian benar-benar saling mencintai” Ucap Masha. “Bayangkan kau memiliki pria yang ada untukmu setiap saat dan menemanimu di setiap momen penting dalam hidupmu. Ada pria yang memelukmu saat malam dan orang pertama yang kau lihat pertama kali saat bangun adalah pria yang kau cintai. Ada pria yang akan selalu menghibur dan membuatmu tersenyum saat kau sedih, lelah, atau pun kesal” Lanjutnya.    “Exactly. Jika kau memiliki kesulitan apapun, akan ada orang yang akan dengan sigap membantumu. Dan pernikahan tidak akan mengontrol kehidupanmu. Justru kalian akan saling melengkapi dengan kekurangan masing-masing” Sambung Anastasia.    “Sudahlah. Jangan bahas itu lagi” Ucap Lauren. “Kenapa juga kalian semua tiba-tiba jadi bijak hari ini?” Lanjutnya.    “Atau jangan-jangan kalian bersekongkol untuk menceramahiku hari ini?” Tuduhnya seraya menatap curiga pada yang lainnya.    “Kau dan pikiran konyolmu itu” Ucap Alaia seraya memutar bola matanya. “Sepertinya keputusannya untuk tidak menikah memang tidak akan pernah berubah” Ujar Avani.    “Kau benar” Sambung Anastasia. Setelah menghabiskan makanan masing-masing dan bercanda selama beberapa saat, mereka pun memutuskan untuk pergi. Namun saat mereka hendak masuk ke dalam lift, mata Lauren tiba-tiba membesar saat melihat siapa yang berada di dalam lift tersebut. Beberapa saat kemudian, ia lantas memasang senyum miringnya.    -------                            Love you guys~           
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN