“Bagaimana? Kau dapat?” Tanya seorang wanita yang berada di seberang telepon. Seorang wanita bernama Evelyn.
“Hari ini tidak ada yang bagus” Jawab Byll.
“Kau selalu begitu. Padahal pasti banyak yang bagus-bagus di sana. Kau saja yang punya selera kampungan” Ucap Evelyn.
“Kalau begitu kau saja yang datang langsung” Kesal Byll.
“Kalau aku bisa, aku juga ingin begitu” Balas Evelyn membuat Byll menghela nafas.
“Masih ada dua hari lagi, kau tenang saja. Lagi pula dunia tidak akan kiamat kalau kau tidak mendapatkan satu pun pakaian di sana” Ucap Byll.
“Dunia memang tidak akan kiamat, tapi dompetmu yang akan kiamat setelahnya” Dengus Evelyn.
“Kiamat tidak akan mampu menembus pertahanan dompetku. Kau tahu itu” Ucap Byll. “Sudahlah, aku lelah. Mau tidur” Lanjutnya kemudian segera memutuskan sambungan teleponnya tanpa mendengar balasan Evelyn yang saat ini pasti tengah menggerutu.
Byll lalu melempar ponselnya begitu saja ke atas sofa kemudian mulai membuka pakaiannya satu per satu dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Begitu ia menyalakan shower dan air mulai membasahi tubuhnya, tiba-tiba ia teringat pada wanita yang mengedipkan mata padanya saat berada di Paris Fashion Week.
Ia lantas menggelengkan kepalanya untuk mengusir wanita itu pada kepalanya seraya berharap kalau ia akan dijauhkan dari wanita seperti itu. Wanita yang dari tatapannya saja membuat pria itu tak suka. Sangat murahan dan... Gila.
-------
“Hai, Lar. Kau sangat cantik hari ini” Puji salah satu staf pria pada Lauren.
“Aku memang selalu cantik” Balas Lauren sedikit bercanda yang membuat staf pria itu tertawa.
“Hai, Lar” Sapa seorang model kemudian memeluk Laura.
“Hai, Joe” Balas Lauren.
“Lauren~” Seru seseorang yang suaranya sangat Lauren hafal.
“John” Balas Lauren. Yap, orang itu adalah John McGalla. “Apa yang kau lakukan di sini?” Tanyanya.
“Aku datang untuk menyemangatimu sebelum aku berangkat ke Jepang hari ini selama dua bulan” Jawab John.
“Astaga, aku sangat terharu” Ucap Lauren seraya memasang wajah terharunya.
“Aktingmu sangat jelek. Pantas saja kau ditolak saat audisi jadi artis” Sindir John.
“Tolong jangan ungkit itu lagi. Akan sangat memalukan kalau semua fans-ku tahu” Ucap Lauren membuat John terkekeh.
“Oh, astaga. Pesawatku sudah mau berangkat” Seru John. “I will gonna miss you, Lar~” Lanjutnya seraya memeluk hangat Lauren.
“I will gonna miss you too, bald” Ucap Lauren yang langsung mendapat cubitan di punggungnya dari John.
“Sudah kubilang berhenti memanggilku begitu” Ujar John. “Aku tidak botak, hanya saja rambutku sudah berhenti tumbuh saat aku berusia dua puluh tahun” Lanjutnya.
“Ya, ya, aku percaya” Ucap Lauren.
“Sudahlah, percuma saja bicara denganmu. Yang ada tekananku semakin meningkat” Ujar John membuat Lauren terkekeh. “Sudah ya, aku pergi dulu. Bye, Lar~” Pamitnya kemudian mengecup pipi Lauren lalu pergi dari sana meninggalkan Lauren yang menatap kepergiannya.
“Kau sudah datang? Tumben kau datang lebih cepat hari ini, Lar” Ucap seorang desainer yang baru keluar dari sebuah ruangan dan hari ini juga akan memamerkan karyanya di atas panggung Paris Fashion Week.
“Kau juga” Balas Lauren seraya tersenyum penuh arti karena satu-satunya alasannya untuk datang cepat hari ini adalah ia tak sabar ingin bertemu dengan pria itu lagi. Tapi apa mungkin pria itu akan datang lagi? Tidak. Pria itu pasti datang. Ia yakin itu.
Namun, harapan itu pupus saat ia masuk ke panggung dan tak menemukan pria itu di mana pun. Ada rasa kesal juga karena rencananya hari ini untuk mendekati pria itu gagal. Tapi ia tak boleh menyerah, masih ada sehari. Dan akan ia pastikan kalau besok pria itu akan jatuh ke tangannya.
Tapi kalau pun ia tak berhasil, ya sudah. Lagi pula masih banyak pria lain yang bisa ia mainkan.
-------
“Tuan, tadi Nona Evelyn menelepon dan dia berpesan agar Anda tidak menghubunginya sebelum Paris Fashion Week bulan September” Lapor Zaki saat mereka berdua berada dalam perjalanan kembali ke kantor. Byll lantas mendengus mendengar hal itu. Evelyn pasti sudah tahu kalau ia tak jadi pergi ke acara itu hari ini.
“Kau sudah memberitahunya alasan aku tidak bisa pergi ke sana?” Tanya Byll.
“Sudah, Tuan. Tapi Nona Evelyn tetap bersikeras agar Anda tidak menghubunginya sebelum dia yang menghubungi Anda” Jawab Zaki membuat Byll menghela nafas. Mungkin Evelyn sedang datang bulan jadi wanita itu lebih galak dari biasanya. Begitulah pikirnya.
Tak lama kemudian, seseorang menelepon Byll tepat saat ia sedang memeriksa berita terkini di ponselnya. Ia lantas mendengus saat membaca nama orang yang meneleponnya.
“Sudah kubilang ‘kan aku tidak mau berurusan dengannya” Gerutu Byll begitu menjawab panggilan tersebut.
“Kau tenang saja, aku sudah berbicara dengannya dan kau hanya perlu menemuinya untuk persetujuan kontrak” Ucap Aldrich.
“Baguslah kalau begitu” Ujar Byll kemudian memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak.
Ia masih kesal karena Aldrich menyuruhnya untuk berurusan dengan Curtis Damitri sekaligus membuatnya harus batal menghadiri Paris Fashion Week hari ini. Pasalnya hari ini Curtis datang lagi ke kantornya dan meminta untuk bertemu tanpa janji sebelumnya. Awalnya ia telah menolak, namun Aldrich memaksanya untuk pergi. Jadi mau tak mau ia harus pergi.
Kalau pun masalah dengan Curtis telah selesai seperti yang Aldrich katakan, tapi tentu saja sudah terlambat baginya jika ingin kembali ke acara Paris Fashion Week. Karena acara itu pasti telah berakhir ketika ia sampai di sana.
-------
Lauren menyandarkan tubuhnya pada sofa begitu ia sampai di penthouse-nya. Hari ini Lauren tak begitu sibuk saat berada di belakang panggung Paris Fashion Week jadi ia tak terlalu lelah saat pulang ke penthouse-nya.
Dan besok adalah hari terakhir Lauren memamerkan karya terbaik musim panasnya tahun ini. Jadi hari ini ia memutuskan untuk beristirahat lebih cepat agar besok ia bisa tampil lebih fresh.
Namun baru saja ia hendak naik ke kamarnya, ia telah melihat seorang pria keluar dari kamarnya dalam keadaan shirtless dan hanya mengenakan celana boxer serta wajah yang sepertinya baru bangun tidur.
“Bagaimana kau tahu aku akan datang ke sini?” Tanya Lauren. Karena ia memiliki sebelas penthouse, jadi lumayan sulit menemukannya jika harus memeriksa satu per satu penthouse-nya untuk tahu ia akan pulang ke mana
“Kau mengikuti Paris Fashion Week jadi sudah pasti kau akan pulang ke sini karena penthouse ini adalah penthouse terdekat dari gedung itu” Jawab Mark yang membuat Lauren seketika menjadi bodoh. Benar, pria itu tahu kalau ia akan pulang ke penthouse terdekat dari lokasinya jadi sudah pasti ia akan pulang ke sini.
“Lalu sejak kapan kau berada di dalam kamarku?” Tanya Lauren kemudian melanjutkan langkahnya menuju kamarnya dimana pria tadi masih setia berdiri di tempatnya.
“Sejak tadi sore. Aku datang ke sini tapi kau tidak ada jadi aku ketiduran di dalam” Jawab pria itu membuat Lauren mendengus.
“Pulanglah. Kita sudah tidak punya hubungan apapun jadi...” Ucapan Lauren terpotong saat pria itu memeluknya dari belakang saat ia hendak membuka pintu kamarnya.
“Aku merindukanmu” Bisik pria itu.
“Aku tidak. Jadi sekarang pergilah” Pintah Lauren seraya melepaskan pelukan pria itu kemudian masuk ke dalam kamarnya yang lantas diikuti oleh pria itu.
“Ayolah, aku tahu kalau kau juga merindukanku” Ucap pria itu kemudian duduk di tempat tidur sementara Lauren masuk ke walk in closet untuk mengganti pakaiannya.
“Pergilah, Mark. Kau tahu ‘kan, aku sudah cukup bermain-main denganmu” Ujar Lauren.
“Kalau begitu kita bisa memulainya lagi” Ucap pria bernama Mark itu. “ Aku dengan senang hati membelikan semua yang kau inginkan” Lanjutnya.
Mark Cassel merupakan putra dari seorang pengusaha besar di Perancis. Mereka berdua bertemu saat keduanya berada di club. Mark yang saat itu mabuk tiba-tiba mendatangi Lauren yang saat itu memang membutuhkan mainan baru pun menerima Mark dengan senang hati.
Sejak hari itu, mereka berdua menjalin hubungan dekat selama tiga bulan sebelum Lauren memutuskan untuk menjauhi Mark. Namun pria itu sudah terlanjur menyukai Lauren jadi ia tak menerima keputusan Lauren begitu saja dan tetap mengejar wanita itu. Dan ya, Mark lebih muda dari Lauren. Perbedaan usia mereka pun cukup jauh, yaitu sembilan tahun.
“Bukan itu yang kupermasalahkan, Mark. Tapi aku sudah bosan denganmu” Ujar Lauren kemudian keluar dari walk in closet setelah mengganti pakaiannya.
“Aku bisa membuatmu kembali tertarik padaku” Ucap Mark.
“Jangan memaksakan keinginanmu, Mark. Karena itu tak akan berhasil padaku” Ujar Lauren seraya berjalan menuju tempat tidur lalu berbaring di sana bersiap untuk tidur.
“Sekarang pulanglah karena aku ingin istirahat jadi aku tidak punya waktu untuk berdebat denganmu” Usirnya kemudian berbaring memunggungi pria itu.
Tak lama kemudian, Lauren merasakan tempat tidurnya bergoyang lalu sebuah lengan melingkari perutnya. Siapa lagi jika itu bukan perbuatan Mark?
“Aku ingin tetap di sini” Ucap Mark kemudian membenamkan wajahnya di leher Lauren dan menghirup aroma wanita itu dalam-dalam seraya mengeratkan pelukannya.
“Malam ini saja” Ujar Lauren menyerah karena ia benar-benar tak kuat untuk berdebat saat ini. Namun hal itu malah Mark anggap sebagai kesempatan untuk kembali bersama Lauren.
“Wangimu sangat harum seperti biasa” Gumam Mark.
-------
Pukul sebelas malam dan Byll masih setia berada di cafe milik sang Ayah yang berada di Perancis hanya untuk membaca buku. Salah satu hobinya sejak kecil yang tak pernah ia tinggalkan hingga sekarang. Dan ia telah membaca di selama tiga jam.
Waktu yang cukup lama bukan? Cukup lama hingga bisa membuat orang bosan melihatnya. Namun hal itu malah berbanding terbalik dengan keadaan sekarang. Pasalnya tak ada satu pun dari pegawai di cafe tersebut yang mengeluh karena Byll duduk di sana tanpa memesan apapun selama berjam-jam.
Bukan karena pria itu adalah putra dari sang pemilik cafe. Melainkan karena wajah pria itu yang sangat tampan hingga membuat siapapun yang melihatnya tak akan bosan. Bahkan ada beberapa dari para pengunjung di cafe tersebut yang sengaja berlama-lama di sana hanya untuk melihat Byll.
Sebenarnya Byll bisa saja masuk ke dalam ruangan sang Ayah dan mendapatkan ketenangan di sana. Tapi jika begitu, lalu apa bedanya dengan ia membaca di penthouse? Walau Byll menyukai ketenangan, tapi tentu ia juga ingin merasakan suasana seperti ini sekali-kali.
Dan setelah ia merasa cukup lama berada di sana, ia pun menutup bukunya kemudian berdiri dari sana lalu berjalan keluar membuat beberapa pengunjung wanita yang masih bertahan di sana berbisik untuk memuji ketampanan dan karisma yang pria itu miliki. Bahkan ada pula yang memekik tertahan.
Namun tentu saja Byll tak menghiraukannya dan terus berjalan hingga ia masuk ke dalam mobil kemudian beranjak dari sana menuju penthouse-nya untuk beristirahat setelah drama yang ia lalui hari ini.
-------
Love you guys~