Lauren terbangun dari tidurnya setelah tertidur selama lima belas menit. Saat ia menolehkan kepalanya ke samping kanan, ia melihat Kent telah tertidur pulas setelah permainan mereka sekitar dua puluh menit yang lalu.
Walau saat ini ia masih sangat mengantuk, tapi beberapa jam dari sekarang, ia harus kembali bekerja. Jadi ia harus segera pulang dan melanjutkan istirahatnya di penthouse. Ia pun bangun dari tidurnya lalu memakai satu per satu pakaiannya tanpa membersihkan tubuhnya lebih dulu.
Setelah memakai pakaiannya, Lauren mengeluarkan selembar cek dengan nominal yang cukup tinggi dari dalam tasnya kemudian meletakkan cek tersebut di atas meja nakas tepat di samping Kent. Ia lantas tersenyum saat melihat wajah pria itu.
‘Sepertinya aku melatihnya dengan baik’ Batin Lauren seraya tersenyum miring.
Setelahnya, ia pun berbalik dan keluar dari sana seusai mengenakan kacamata, topi, dan maskernya kembali. Kamera dan mata berada di mana-mana jadi ia harus memakai tiga barang tersebut saat walau sekarang suasana hotel masih sangat sepi di jam tiga seperti ini.
Lauren pun segera masuk ke dalam mobilnya begitu ia sampai di basement kemudian melajukan mobil tersebut menuju penthouse-nya. Setelah sampai, Lauren segera merebahkan tubuhnya di atas sofa karena kelelahan.
Namun ingatannya akan sebuah pesan yang masuk ke ponselnya tadi membuatnya segera mengambil ponsel tersebut dari dalam tasnya. Dengan mata yang hanya terbuka sebelah, ia pun menyalakan ponselnya kemudian melihat pesan tersebut yang ternyata berasal dari Lavina. Kedua matanya lantas terbuka dan senyumnya pun terukir ketika membaca isi pesan tersebut.
***
From : Lavina
Apa aku mengganggumu?
Aku hanya ingin memberitahumu kalau Byll sudah kembali ke Paris
***
***
To : Lavina
Terima kasih informasinya
***
Setelahnya, Lauren melempar ponsel tersebut ke sampingnya begitu saja seraya menutup matanya. Meski begitu, bibirnya tetap mengukir senyum. Senyum miring yang menandakan bahwa ia akan memulai aksinya kembali.
-------
“Semuanya telah siap, Sir” Lapor Leah pada Byll.
Hari ini mereka akan melakukan rapat bulanan yang berisi laporan pencapaian perusahaan selama satu bulan terakhir. Byll dan Leah pun memasuki ruang rapat yang disambut oleh orang-orang yang telah berada di dalam.
“Silakan dimulai” Pintah Byll membuat layar LCD yang tadinya hanya menampilkan layar putih pun berubah menjadi grafik dan angka.
“Berikut adalah laporan keuangan perusahaan selama satu bulan terakhir. Dapat dilihat bahwa grafiknya menunjukkan bahwa saat ini omset penjualan bulan ini meningkat lebih pesat dari bulan lalu. Walau kita sempat memiliki masalah dengan pihak brand ambassador yang mengharuskan kita membayar ganti rugi, untungnya hal itu tak sampai membuat keuangan perusahaan menjadi terpengaruh” Ucap Gabriel, manajer keuangan yang baru.
“Untuk pengeluaran bulanan perusahaan bulan ini menurun dari bulan lalu hingga keuntungan yang didapat dari bulan ini semakin bertambah dari bulan lalu. Sekian dari saya” Lanjut Gabriel kemudian kembali ke tempat duduknya.
“Bagus. Selanjutnya” Pintah Byll.
“Sejak proyek hiburan untuk karyawan diberlakukan, kinerja para karyawan meningkat dan tingkat cuti bulan ini menurun, bahkan hampir tidak ada karyawan yang cuti bulan ini” Lapor Susan, selaku manajer operasional.
“Bagus. Tambahkan gaji semua karyawan bulan ini sebanyak lima persen” Pintah Byll.
“Tapi perusahaan pusat telah memberi kenaikan gaji untuk semua karyawan baik di perusahaan pusat dan cabang sebesar tiga persen, Sir” Ucap Susan.
“Lakukan saja” Pintah Byll.
“Baik, Sir” Ucap Susan.
“Selanjutnya” Pintah Byll.
“Untuk selanjutnya tak ada masalah lagi, Sir” Sahut Jean, sang manajer umum.
“Baiklah. Sekian rapat hari ini. Jangan lupakan laporan untuk minggu depan” Tutup Byll yang diangguki oleh semuanya. Setelahnya, pria itu pun keluar dari ruang rapat menuju ruangannya kembali.
Hari ini rapat kembali berakhir dengan cepat seperti bulan-bulan lalu karena tak terdapat masalah yang berarti. Mungkin karena ini adalah perusahaan cabang jadi pekerjaan di sini lebih ringan dari perusahaan utama.
Setelah sampai di ruangannya, Byll kembali melepas jasnya kemudian duduk di kursi kebesarannya. Setelahnya, ia pun mulai berkutat dengan dokumen-dokumen yang telah menumpuk di atas mejanya selama satu minggu terakhir.
Membaca lalu membubuhkan tanda tangannya pada dokumen yang menurutnya pantas untuk disetujui. Namun jika tidak, ia akan menyilang dokumen tersebut lalu menyimpannya di sisi yang berbeda. Selain kedua hal tersebut, Byll juga sibuk membalas e-mail-e-mail yang masuk ke komputernya. Mulai dari klien hingga rekan kerjanya.
Tak lama kemudian, Byll lantas terkejut saat mendengar ponselnya berbunyi dengan suara yang cukup keras. Ia pun mendengus karena ini pasti kerjaan Lavina yang mengubah mode ponselnya. Ia pun segera mengambil ponselnya yang ia simpan di sisi kanan meja lalu segera menjawab panggilan yang masuk agar bunyi ponselnya berhenti.
“Halo” Sapa Byll.
“Halo. Kau akan makan siang di sini, ‘kan?” Tanya Bianca di seberang sana.
“Ya” Jawab Byll.
“Baiklah” Ucap Bianca.
“Bi” Seru Byll cepat sebelum Bianca memutuskan sambungan teleponnya.
“Ada apa?” Tanya Bianca.
“Apa Lavina berada di sana?” Tanya Byll.
“Tidak. Dia bilang hari ini dia akan sangat sibuk jadi tidak sempat datang ke restoran untuk makan siang” Jawab Bianca.
“Baiklah” Ucap Byll kemudian memutuskan sambungan teleponnya.
Setelahnya, ia langsung mengubah pengaturan ponselnya kembali ke mode diam agar tak mengganggunya. Seusai melakukan itu, ia pun berdiri dari duduknya kemudian memakai jasnya kembali lalu beranjak dari sana.
“Pergilah makan siang, Leah” Pintahnya begitu ia sampai di meja Leah yang berada tak jauh di depan ruangannya.
“Baik, Sir” Ucap Leah.
Byll pun kembali melanjutkan langkahnya setelah mendengar jawaban wanita itu bersama Zaki yang telah menunggunya di depan pintu lift. Mereka berdua lalu masuk ke dalam dan turun ke lobi di mana sebuah mobil telah menunggunya.
“Apa Anda akan makan siang di restoran Nyonya, Pak?” Tanya Zaki saat mereka telah berada di dalam mobil.
“Ya” Jawab Byll. Setelahnya, Zaki pun mulai melajukan mobil tersebut menuju restoran tujuan mereka. Dan setelah mereka sampai di sana, Byll kembali disambut oleh Bianca seperti biasa.
“Aku merindukanmu. Sudah lama kita tak bertemu” Seru Bianca dengan senyum lebarnya seraya memeluk Byll kemudian melepasnya kembali.
“Kita selalu bertemu setiap minggu, Bi” Ucap Byll yang membuat Bianca terkekeh.
“Ayo” Ajak Bianca kemudian mengajak Byll naik ke ruangannya. “Oh ya, di mana Zaki?” Tanyanya.
“Kenapa kau menanyakannya?” Tanya Byll.
“Tidak apa-apa” Jawab Bianca.
“Mungkin sekarang dia juga sedang mencari makan” Ucap Byll.
“Kasihan sekali. Kenapa kau tidak mengajaknya sekalian?” Tanya Bianca.
“Ada apa denganmu? Hari ini kau bersikap sedikit aneh. Baru kali ini kau mencari Zaki” Tanya Byll.
“Bersikap aneh seperti apa? Aku baik-baik saja” Ucap Bianca. “Ya sudah, kalau begitu kau ke ruanganku saja duluan. Aku mau mengajak Zaki makan siang” Lanjutnya begitu pintu lift terbuka.
“Tidak perlu. Aku akan meneleponnya” Ujar Byll.
“Eh, tidak perlu. Aku saja yang kembali untuk mengajaknya. Lagi pula ada yang ingin kulakukan di bawah” Tahan Bianca. “Sekarang cepatlah keluar, aku harus mengejar Zaki sebelum dia pergi jauh” Pintahnya seraya mendorong Byll keluar dari lift.
“Tunggu. Sebenarnya ada apa denganmu?” Tanya Byll saat Bianca berhasil mendorongnya keluar dari lift.
“Bye~” Seru Bianca dengan senyum penuh artinya seraya melambaikan tangannya tepat sebelum pintu lift tertutup rapat membuat Byll bingung dengan tingkah wanita itu.
Meski begitu, ia tetap melanjutkan langkahnya menuju ruangan Bianca yang berada di ujung lorong seraya memeriksa ponselnya hanya untuk melihat jika ada e-mail penting yang masuk. Ia pun segera masuk ke dalam ruangan Bianca setelah sampai di sana seraya menyimpan ponselnya kembali ke dalam saku jasnya.
Namun langkahnya langsung berhenti saat melihat siapa yang berada di dalam ruangan tersebut. Lebih tepatnya seorang wanita yang tengah duduk di kursi makan seraya tersenyum menatapnya. Yap, wanita itu adalah Lauren.
“Hai” Sapa Lauren yang masih memasang senyum manisnya.
Sementara Byll masih berdiri di tempatnya tanpa melakukan apapun. Ia bingung, bagaimana bisa wanita itu berada di sini? Namun sedetik kemudian, ia langsung memikirkan Bianca. Pasti sepupunya itu yang telah merencanakan ini makanya tadi wanita itu bersikap aneh padanya. Tapi kenapa? Untuk apa dia melakukan ini?
“Apa yang kau lakukan di sini?” Tanya Byll seraya menutup pintu. Ya, akhirnya ia pun memutuskan untuk masuk ke dalam walau di sana juga terdapat Lauren.
“Bianca mengundangku untuk makan siang bersama” Jawab Lauren. “Bagaimana pekerjaanmu?” Tanyanya bertepatan dengan Byll yang duduk di kursinya.
“Untuk apa kau tahu?” Tanya Byll seraya menaikkan sebelah alisnya.
“Untuk latihan” Jawab Lauren.
“Latihan?” Tanya Byll tak mengerti. Namun Lauren tak menjawabnya dan hanya memberikan pria itu senyuman penuh artinya.
Tak lama kemudian, seseorang mengetuk pintu. Setelahnya dua orang pelayan masuk ke dalam seraya membawa makanan untuk Byll dan Lauren lalu meletakkan makanan tersebut di atas meja.
“Di mana Bianca?” Tanya Byll pada pelayan tersebut.
“Miss Agustin berada di bawah, Sir” Jawab salah satu pelayan tersebut.
“Apa yang dia lakukan?” Tanya Byll lagi.
“Miss Agustin tengah makan bersama temannya-temannya” Jawab pelayan tersebut yang membuat Byll seketika mengutuk sepupunya itu dalam hati. Sementara di seberang sana Lauren terkekeh melihat wajah Byll yang menurutnya sangat lucu. Pria itu terlihat seperti pria yang baru saja terkhianati.
“Kalau begitu kami permisi” Pamit pelayan tersebut kemudian keluar dari sana.
“Kenapa kau tertawa?” Tanya Byll.
“Kau lucu” Jawab Lauren jujur. Byll lantas menaikkan sebelah alisnya mendengar jawaban tersebut.
“Ayo makan” Ucap Lauren kemudian mulai memakan makanannya dan mengabaikan Byll yang masih menatapnya. Yang tak lama kemudian, Byll pun ikut memakan makanannya.
“Apa ini pertama kalinya kau makan berdua dengan wanita selain keluargamu?” Tanya Lauren.
“Kau tidak perlu tahu” Ucap Byll tanpa mengalihkan tatapannya dari daging yang saat ini tengah ia potong.
“Ternyata benar, ya” Gumam Lauren yang membuat Byll mendengus dalam hati karena ucapan wanita itu benar.
“Lalu apa kau masih perjaka?” Tanya Lauren.
-------
Love you guys~