Chapter 13

1700 Kata
Lauren seraya berjalan menuju sebuah ruangan yang berada di ujung lorong sebuah club. Bukannya langsung pulang ke penthouse untuk beristirahat, Lauren malah datang ke club setelah Anastasia meneleponnya untuk datang ke sana.    Untung saja ia selalu membawa beberapa pakaian ganti untuk segala situasi di dalam mobilnya. jadi malam ini ia bisa langsung pergi ke club tanpa harus pulang untuk mengganti pakaian lebih dulu.    “Sebenarnya ada apa dengan pria itu? Kenapa dia terus memblokir nomorku?” Gerutu Lauren seraya menatap ponselnya. Ia bahkan dengan sengaja memakai nomor baru beberapa kali untuk menelepon Byll dan pria itu selalu memblokir nomor-nomor itu bahkan sebelum menjawabnya. Sudah beberapa hari dan pria itu terus melakukan itu.    “Lar~” Seru semuanya begitu ia masuk ke dalam ruangan tersebut dan ia mendapati mereka telah menghabiskan beberapa botol alkohol. “Suami kalian tidak marah kalian terus datang ke sini?” Tanya Lauren pada Masha, Avani, dan Anastasia. “Kenapa harus marah? Aku di sini hanya untuk bersenang-senang dengan kalian, bukan mencari suami baru” Ucap Avani yang diangguki oleh Anastasia dan Masha.    “Mereka tidak khawatir kalian berselingkuh?” Tanya Lauren kemudian meminum segelas alkohol yang berada di atas meja. Ia tak tahu itu punya siapa, tapi saat ini ia sedang haus.    “Jika dia mengkhawatirkan hal itu, maka dia tidak akan memberiku kepercayaan penuh untuk datang ke sini” Ucap Masha. “Kenapa? Karena pada akhirnya aku akan kembali padanya. Dia adalah rumahku dan aku adalah rumahnya. Itulah defisini pernikahan” Lanjutnya yang terdengar seperti ceramah di telinga Lauren.    “Baiklah. Sekarang aku menyesal bertanya seperti itu” Ujar Lauren. “Justru sebaliknya. Kau harus mendengar hal-hal seperti ini mulai dari sekarang agar kau memiliki persiapan sebelum menikah” Ucap Alaia. “Dari pada menasihatiku, lebih baik kau berkaca lebih dulu” Dengus Lauren membuat Alaia terkekeh. “Oh ya, Zee bilang kalau malam ini ada pria baru. Lebih seksi dan masih perjaka” Ucap Alaia. “Benarkah?” Tanya Lauren. “Untuk apa aku berbohong?” Ucap Alaia. “Aku sudah menyuruh Zee untuk membawa pria-pria itu ke sini saat kau datang. Mungkin sebentar lagi mereka datang” Lanjutnya kemudian meminum minumannya.    “Tapi ini masih jam sebelas” Ujar Lauren. “Lebih cepat lebih bagus. Semakin banyak ronde semakin memuaskan” Ucap Alaia seraya tersenyum nakal. Dan benar saja, tak lama kemudian pintu ruangan mereka diketuk lalu Zee yang menjadi manajer di club tersebut pun masuk bersama enam pria muda dengan tubuh kekar yang hanya memakai celana dalam.    “Hai girls~” Sapa Zee heboh. “Ini adalah pria baru malam ini dan aku bisa menjamin kalau mereka semua masih... perjaka” Lanjutnya seraya berbisik di akhir kalimatnya. “Pilihlah dan mereka akan memuaskan kalian di ranjang empuk malam ini. Aku jamin kalian tidak akan menyesal memilih salah satu dari mereka” Ucap Zee dengan senyum lebarnya.    “Aku mau yang memakai celana biru” Sahut Alaia merujuk pada pria yang berada di ujung kanan. “Aku mau yang ditengah” Sambung Lauren. “Kalian bertiga tidak memilih?” Tanya Zee pada Avani, Anastasia, dan Masha yang sedari tadi hanya diam. “Jangan mulai, Zee” Ucap Masha. “Jika malam ini aku ikut, maka kau yang akan menghilang besok” Lanjutnya. “Terima kasih atas peringatannya, Sha” Ujar Zee yang baru mengingat kalau suami wanita itu merupakan seorang Jenderal. “Baiklah, kalau begitu kalian berdua tinggal di sini. Yang lainnya ikut aku” Pintahnya kemudian pamit keluar bersama empat pria lainnya yang tidak dipilih oleh Lauren dan Alaia.    “Jika kalian ingin saranku, lebih baik kalian langsung melanjutkannya di kamar” Ucap Anastasia yang telah melihat kabut gairah di mata Lauren dan Alaia.    “Kau, pakai pakaianmu dan ikut aku” Pintah Lauren pada pria pilihannya kemudian pergi dari sana. -------                          Pukul setengah dua belas malam dan Byll baru tiba di Paris. Ia memijat pelan kepalanya yang terasa pusing karena jet lag. Mobil yang ia kendarai pun berhenti saat traffic light berubah menjadi merah. Ia lantas mengalihkan tatapannya keluar jendela untuk mengetahui posisinya saat ini karena sejak pergi dari bandara, ia terus menutup matanya di mobil.    Namun pandangannya langsung terkunci pada seorang wanita yang berada di sisi kanannya. Wanita yang berada di dalam mobil bersama seorang pria. Dan wanita itu adalah Lauren serta pria yang tak Byll ketahui. ‘Siapa pria itu? Sepertinya dia masih muda’ Batin Byll. ‘Tidak. Untuk apa aku tahu hal itu?” Batinnya lagi. Ia pun menggeleng-gelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran sialan itu lalu kembali memejamkan matanya. Lebih baik ia tidur dari pada memikirkan hal tidak penting itu. Tak lama kemudian, mobilnya pun kembali melaju saat traffic light berubah menjadi hijau.    Di sisi lain, akhirnya Lauren yang telah sampai di hotel bersama pria sewaannya. Sebelum keluar dari mobil, Lauren lebih dulu memakai topi, masker, dan kacamata agar tak ada yang bisa mengenalinya. Walau sebenarnya ia pun tak dapat menghindar jika ada paparazzi yang mengikutinya.    Setelahnya barulah mereka keluar dari mobil lalu memesan kamar. Seusai memesan kamar, Lauren menuntun pria muda itu untuk masuk ke dalam kamar dengan langkah tegas nan anggunnya.    Lauren pun masuk ke dalam kamar presidential suite yang ia pesan kemudian duduk di atas tempat tidur setelah meletakkan tasnya di atas sofa. Sementara pria muda yang sewa di club tadi berdiri kaku di tengah ruangan. Tak tahu harus melakukan apa.    “Kemarilah” Pintah Lauren. Pria itu lantas segera mendekati Lauren setelah mendengar perintahnya. “Buka pakaianmu” Pintahnya lagi yang langsung dituruti oleh pria itu.    “Semuanya” Ucap Lauren saat melihat pria menyisakan celana dalamnya. “Cepat” Pintahnya saat pria itu belum melepas celana dalamnya. Namun tak lama kemudian, pria itu pun melepasnya walau setelahnya ia menutupi asetnya menggunakan kedua tangannya.    “Kau malu?” Tanya Lauren yang tak mendapat jawaban dari pria itu. “Berapa usiamu?” Tanyanya. “D, dua puluh satu tahun” Jawab pria itu. “Nama?” Tanya Lauren. “N, namaku Kent” Jawab pria bernama Kent tersebut. “Dengar Kent, aku tak tahu apa alasanmu berada di club itu tapi aku yakin kalau saat ini kau pasti membutuhkan uang” Ucap Lauren yang membuat Kent menatapnya. “Dan tugasmu sekarang adalah memuaskanku jika kau menginginkan uang itu” Lanjutnya.    Setelahnya, Lauren pun melebarkan kedua kakinya lalu memberi tanda pa Kent untuk melepas g-string yang ia pakai. Dengan ragu, Kent pun berlutut di hadapan Lauren kemudian mulai melepas g-string yang Lauren kenakan yang langsung memperlihatkan inti wanita itu.    “Lakukanlah tugasmu” Pintah Lauren. Kent yang belum pernah melakukan hal seperti ini pun beberapa kali mengatur nafasnya. Setelah merasa siap, dengan ragu ia pun mendekatkan wajahnya ke inti Lauren kemudian bermain di sana membuat Lauren menggigit bibirnya kemudian mendesah nikmat. Lauren pun meremas rambut seraya menekan kepala pria itu semakin dalam ke intinya karena kenikmatan yang ia rasakan.    Malam ini, kamar presindential suit yang tadinya senyap itu pun dipenuhi oleh desahan nikmat dari Lauren dan Kent yang pada akhirnya pun menikmati kegiatan mereka.    -------                            Bell di penthouse Byll berbunyi begitu ia tiba dan hendak mengganti pakaiannya. Dengan malas, ia pun berjalan menuju pintu untuk melihat siapa yang datang ke penthouse-nya tengah malam seperti ini. Dan setelah ia cek, ternyata yang datang adalah Lavina hingga ia membuka pintu untuk sepupunya itu.    “Kenapa kau tidak menjawab teleponku?” Tanya Lavina begitu pintu terbuka kemudian langsung masuk begitu saja meninggalkan Byll di pintu. “Ponselku dalam mode diam” Jawab Byll kemudian mengikuti Lavina masuk kembali setelah menutup pintu. “Kenapa kau selalu mengubah-ubah pengaturan ponselmu seperti itu? Kau tahu? Itu membuat semua orang yang ingin menghubungimu menjadi kesal” Gerutu Lavina.    “Itu hakku. Lagi pula untuk apa kau datang ke sini tengah malam begini? Harusnya sekarang kau sudah tidur pulas di tempat tidurmu” Ucap Byll. “Aku dari pameran temanku dan mereka mengajakku minum-minum sebentar. Tapi karena besok aku harus mengurus sesuatu jadi aku memutuskan untuk pulang lebih cepat. Dan karena penthouse-mu adalah tempat yang paling dekat dari sana, jadi aku datang ke sini” Jelas Lavina.    “Bagaimana kalau ternyata aku tidak berada di sini?” Tanya Byll. “Kau pikir aku sebodoh itu? Tadi siang aku sudah menghubungi Delwyn dan dia bilang hari ini harusnya kau sudah berada di sini” Jawab Lavina. “Kalau begitu tidurlah di kamar, jangan tidur di situ” Pintah Byll saat Lavina malah tidur di sofa. “Aku sudah tak sanggup naik ke kamarmu. Aku lelah” Ucap Lavina membuat Byll menghela nafas. Namun sedetik kemudian ia langsung teringat hal yang ingin ia tanyakan pada wanita itu.    “Lav” Panggil Byll yang hanya dibalas deheman oleh Lavina. “Apa maksudmu memberikan nomor ponselku pada wanita itu?” Tanyanya seraya berkacak pinggang dan wanita yang Byll maksud di sini adalah Lauren. Lavina yang mengerti pun segera membuka matanya kembali kemudian merutuki dirinya yang bisa-bisanya melupakan hal itu. Dan sekarang, pria itu pasti akan terus memberi pertanyaan yang sama sampai ia menjawab yang sesungguhnya.    “Lav” Panggil Byll lagi. “Dia bilang ingin meminta maaf secara langsung” Jawab Lavina. Ia tak berbohong, ‘kan? Lauren memang mengatakan seperti itu, ‘kan?    “Tapi tidak dengan memberikan nomorku. Kau bisa memberi alasan kalau dia bisa bertemu denganku saat aku kembali ke Paris” Ucap Byll. “Jadi kau ingin bertemu dengannya?” Tanya Lavina. “Kau pikir aku mau? Aku bilang hanya alasan supaya dia tidak memiliki nomorku” Ucap Byll. “Dan sekarang, akibat kau memberikan nomorku padanya, dia selalu meneleponku menggunakan nomor baru yang berbeda-beda setiap saat. Dia sudah seperti menerorku” Lanjutnya.    “Memangnya kenapa dia meneleponmu menggunakan nomor baru yang berbeda-beda?” Tanya Lavina saat menemukan kejanggalan. “Aku memblokir semua nomornya” Jawab Byll. “Kau memblokir nomornya?” Tanya Lavina tak percaya seraya bangun dari posisi baringnya. “Ya” Jawab Byll polos. “Disaat semua orang menginginkan nomor Lauren, kau malah memblokirnya?” Tanya Lavina yang begitu terkejut membuat Byll mendengus.    “Aku tak butuh nomornya” Ucap Byll. “Are you crazy, dude?” Tanya Lavina tak habis pikir. “Language, Lav” Tegur Byll sembari duduk di sofa. “Lalu, sekarang dia masih menghubungimu?” Tanya Lavina. “Tentu saja tidak. Aku sudah memblokir nomor terakhirnya dua hari yang lalu” Jawab Byll.    “Sepertinya kau sudah tidak normal” Ucap Lavina sembari mengambil ponsel di dalam tasnya kemudian mengetik sesuatu di sana. “Sudahlah, aku tak habis pikir dengan jalan pikiranmu yang memblokir nomor wanita secantik Lauren” Lanjutnya seraya berdiri dari duduknya.    “Aku mau tidur di kamar jadi jangan ganggu aku” Sambungnya kemudian beranjak dari sana menuju kamar Byll membuat pria itu menggelengkan kepalanya.    Tapi tunggu, bukankah ia yang harusnya marah di sini? Tapi kenapa situasinya terbalik seperti ini?    Di sisi lain, ponsel Lauren berbunyi menandakan ada sebuah pesan yang masuk. Namun karena posisi ponselnya lumayan jauh, jadi ia memutuskan untuk mengabaikan pesan tersebut dan terus menikmati kegiatannya yang sepertinya akan selesai dalam waktu yang cukup lama. Pasalnya pria yang mengaku baru pertama kali melakukan having s*x ini ternyata sangat hebat di atas ranjang.    -------                            Love you guys~           
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN