3

1796 Kata
Menjadi seorang single parents bukanlah kemauanku, itu semua takdir, takdir yang mengatur semuanya. Jika aku bisa memilih, aku akan memilih takdir yang lain,takdir yang tak akan membuatku terus terpuruk. Dan kali ini takdir apalagi yang harus aku hadapi ? Aku rasa Takdir tengah mempermainkan ku,sesaat yang lalu takdir membuat hidupku bahagia,tapi kali ini takdir akan membuatku jatuh ke lubang paling dalam. _ Aku mengenal Kinanti beberapa bulan yang lalu di sebuah pameran mobil di showroom yang ku kelola, yang kulihat pertama adalah sosoknya yang menggoda, aku langsung jatuh cinta pada pandangan pertama padanya, bak gayung bersambut, cinta ku ternyata di respon balik olehnya,dia pun memberiku harapan penuh atas perasaanku. Selang dua Minggu kemudian,kami resmi membina hubungan,aku serius padanya, dan aku rasa Kinanti juga serius denganku. Kami saling terbuka satu sama lain, tak ada yang ku sembunyikan. Hanya satu yang masih aku rahasiakan,yaitu Ken. Kinanti belum mengetahui jika aku pernah menikah dan memiliki satu orang anak, kenapa ?? Aku belum berani mengatakannya, aku takut jika Kinanti tak menerimaku karena Ken. Lebih baik akan aku ceritakan nanti,pada saat yang tepat. "Papa.." Ken memanggil ku. "Ya sayang?" "Papa Ken mau papa antel Ken sekolah," rengek Ken. "Tapi sayang, papa harus kerja, Ken kan biasa sama nenek," ucapku dengan selembut mungkin. "Ken gak mau,Ken mau sama papa!" Ken semakin merengek padaku. "Lain kali papa yang antarkan ya sayang ? Hari ini papa gak bisa," Aku memang benar-benar tak bisa. "Ken, berangkat sama Anty aja," ucap seseorang dibelakangku. "Anty...." Ken antusias sekali dengan kedatangan Belinda, adik kandungku. Ken memeluk Belinda dengan erat,"Jadi mau berangkat sama Anty ?" Tanya Belinda. Ken mengangguk imut "Mau Anty, Ken mau!" Aku tersenyum, kedatangan Belinda pas sekali,disaat aku tak bisa mengantarkan Ken. "Baiklah, Ken tunggu di meja makan ya, nanti Anty kesana," "Iya Anty," Ken berjalan dengan kaki mungilnya ke arah ruang makan Aku tersenyum ke arah adik perempuan ku ini. "Terimakasih kasih Belinda, kedatanganmu sangat tepat," ucapku. Belinda membalas senyumanku "Kakak itu terlalu sibuk sama urusan kakak, sampai Ken minta antar saja kakak gak bisa" Memang benar ucapan Belinda, aku memang terlalu sibuk. "Maafkan kakak, ini semua juga untuk Ken," "Juga untuk bisa melupakan kematian kak Maria kan ??" Belinda memotong ucapanku. Aku terdiam,aku tak dapat berkata apa-apa. "Sudahlah, aku hanya ingin yang terbaik untuk kakak dan keponakan ku, Ken." Belinda sangat menyayangi Ken, setelah kepergian Maria, Belinda yang selama ini membantu mama merawat Ken,sementara aku bekerja dan juga papa. "Terimakasih kasih Belinda," aku mencium ujung kepala adik tersayang ku. _ "Ken ? Boleh Anty tanya ?" Disela Belinda membawa mobil. "Iya Anty, boleh," Jawab Ken. "Em... Apa Ken ingin punya mama ?" Belinda memberikan pertanyaan,yang mungkin Ken kurang mengerti. Ken terlihat berfikir "emm.. mau Anty, Ken suka sedih, Ken ili sama teman-teman, teman-teman Ken semua punya mama,cuma Ken aja yang gak punya mama," ucapan Ken membuat Belinda sedih. Dirinya merasa ini tak adil untuk Ken, dia juga butuh sosok seorang ibu. Bahkan selama berbulan-bulan ini Belinda bersekolah diluar negeri, jadi sosoknya tak ada disamping Ken. Belinda mengusap-usap kepala Ken "yang sabar ya sayang, nanti kita akan carikan mama yang paling baik untuk Ken." "Benelan Anty ??" Ken sangat antusias sekali, matanya berbinar, sangat lucu. "Bener, Anty janji" Ken benar-benar membutuhkan sosok seorang ibu disampingnya. _ "Clara.. Benarkah itu ??" Aku langsung diberondong pertanyaan oleh Desy. Aku malas sekali untuk menjawabnya, karena aku pun tak tahu jawaban apa yang harus aku berikan. Aku hanya mengangguk, mengiyakan pertanyaan Desy. "Astaga Clara.. lalu ??" Aku masih tak mau bersuara, aku hanya mengangkat kedua bahuku. "Maaf Desy, aku belum tahu jawaban apa yang harus aku berikan," Desy memandangku dengan iba "Maafkan aku Clara, aku tak bisa membantu mu, ini urusan antara kamu dan keluargamu," "Tak apa-apa Desy, aku tahu, maka dari itu aku belum bisa menjawab pertanyaanmu, Joe sudah bercerita ya ??" Tanyaku. "Iya, semalam dia menelfon ku," "Sekarang dimana dokter tampan itu ?" Aku mencoba mengalihkan pembicaraan. "Aku disini," lagi-lagi dia mengagetkan ku. "Kamu sering sekali kaget Clara" "Kamu yang selalu membuatku kaget Jonathan !" Balasku. "Sudah kubilang jangan memanggilku dengan nama itu bangir,," Protesnya sambil menarik hidungku. Sementara Desy tertawa melihat ulah kami. "Btw Joe, kenapa kamu benci sekali dipanggil seperti itu ?? Bukankah itu nama mu ??" Kali ini Desy yang bertanya. "Ya,, mulai besok aku akan membuat bubur merah dan putih, seperti tradisi disini," Aku dan Desy tertawa terbahak karena ocehannya, aku mengerti apa yang dia maksud. "Kamu tak menjawab pertanyaan Desy Joe.." "Ah Joe, memang pelit soal kehidupan pribadi nya." Tambah Desy. "Ya nanti aku ceritakan, aku sibuk,, bye dua srikandi," Joe meledek dan berjalan meninggalkan aku dan Desy. "Baiklah Desy, sampai ketemu makan siang,,," _ Arya melamun di tengah pekerjaan nya, Arya masih memikirkan kejadian kemarin,jawaban apa yang harus ia berikan pada mama dan papanya. Jujur ia tak bisa menerima begitu saja perjodohan ini,dia masih mencintai Kinanti. Satu hal yang terlintas di fikirannya, yaitu Ken. Ken lah yang bisa menolongnya saat ini, semua keputusan ada ditangan Ken,Ken yang bisa menentukan kehidupannya nanti. "Ken.." "Ya, Ken lah yang bisa menolongku, cuma dia yang bisa merubah rencana mama dan papa,aku harus bisa membujuk Ken, baiklah, satu rencana akan kubuat untuk Ken." Gumamnya. "Permisi pak,ada customer yang ingin bertemu langsung dengan bapak," "Baik," Aku seorang manager di sebuah showroom mobil ternama di kota ini, showroom ku paling laku keras diantara showroom lainnya, mungkin cara pemasaran dan team ku yang luar biasa. Disini juga tempat ku bertemu pertama kali dengan Kinanti. Ah lagi-lagi aku memikirkan nya. _ "Sus !! tolong sus!! tolong anak saya suster, dia tiba-tiba muntah dan lemas!" seseorang panik ketika memasuki ruang UGD. Dia membawa seorang anak laki-laki berbaju taman kanak-kanak. Keadaannya sudah lemas, sepertinya dia mengalami keracunan. Segera aku memeriksa detak nadinya, tak lama dokter Bani datang memeriksa anak ini, dan aku memasangkan alat infus dilengannya. "Tahan ya sayang,, ini cuma kayak di gigit semut ko, satu, dua, tiga.." Aku melakukan hal ini agar anak ini tidak kaget saat aku suntikan jarum infus. "Selesai, anak pinter, sebentar lagi sembuh ya.." Beberapa waktu,anak ini mulai segar setelah ku berikan cairan infus. "Bilang apa sama suster Ken ??" "Makacih sustel," "Sama-sama pinter, namanya siapa ??" "Keanu, tapi aku suka dipanggil Ken." "Ken ?? Wah namanya bagus sekali, Ken cepat sembuh ya, nanti suster kasih coklat kalau Ken sudah sembuh," "Benelan ??" "Iya, suster janji," aku menunjukkan jari kelingking ku,dan dia membalas nya plus dengan senyuman yang imut. Perempuan disamping nya pun tersenyum melihat anak kecil ini tertawa lagi. "Terima kasih suster," "Sama-sama, dia keracunan makanan, memang sebelum ini dia makan apa ?? Atau makanan terakhir apa yang dimakan ?" Aku mencoba bertanya. Dia sedikit berfikir, dan tak lama dia merogoh sesuatu di dalam tas anaknya. "Em.. saya rasa ini, yang saya temukan ini,sewaktu dia muntah-muntah," Aku mencoba menelaah benda kecil mirip permen cair ini. Aku utak atik dan aku lihat informasi di balik kemasan. "Ya ampun.." "Kenapa sus ???" "Permen ini kedaluwarsa, dan juga telah ditarik dari pasaran, kenapa masih ada orang yang nekad menjual permen ini ??" Aku benar-benar tak habis fikir. "Astaga... Pantas saja, maafkan Anty ya Ken,," Ucapnya menyesal. Aku kira perempuan disamping nya ini mama nya, ternyata dia Tante nya, pantas masih muda sekali. "Baik, lebih jelasnya nanti dokter akan jelaskan, saya permisi dulu, dan Ken harus semangat buat sembuh ya,," "Terima kasih suster" Ucap Belinda. Aku tersenyum melihat mereka berdua. Ada yang aneh saat aku menatap anak kecil itu, mataku tak bisa berpaling dari anak ini,bahkan saat aku menyentuhnya ada semacam perasaan aneh yang mendera, entah apa itu aku tak mengerti. _ "Belinda, apa yang terjadi !" Arya bukan kepalang paniknya setelah mendengar anaknya masuk rumah sakit. "Aku gak tahu kak, pas aku datang Ken sudah muntah-muntah dan langsung aku bawa ke sini," Ucap Belinda. "Astaga !! lain kali tolong perhatikan dengan baik !" "Harusnya itukan tugasmu juga kak !" Belinda jadi ikutan sebal. Arya berdecih," Ck.. lalu diagnosa nya apa ??" "Ken keracunan, dia keracunan makanan kedaluwarsa,dan juga yang sudah ditarik dari pasaran." Jawab nya. "Astaga..." Arya mengusap wajahnya. "Sudahlah Arya, sudah begini mau bagaimana lagi ?" Ucap Vena, mereka datang tak lama. "Ken,, lain kali Ken tidak boleh jajan sembarangan, Ken bisa sakit lagi seperti ini," Ucap Arya. "Maafin Ken papa" ucap Ken lemas. "Iya sayang, ga apa-apa, papa sayang sama Ken, Ken mau makan apa ?? Papa belikan sekarang juga," Ken menggeleng "Ngga papa,,Ken tadi di kasih makanan sama suster cantik" "Suster cantik ??" Arya heran, siapa yang dimaksud Ken. "Iya, suster disini, dia sangat baik pada Ken." Ucap Belinda. "Ya mereka semua kan memang begitu, kalau tidak, mereka tak akan dibayar," Ucap Arya sarkas. "Kamu itu selalu begitu menilai orang," sindir Vena. _ Clara mencari keberadaan Desy temannya. "Desy kemana sih ??" Gerutunya. Ting !!! "Aku sudah dikantin bersama Joe, kamu kesini saja," "Sial.. aku menunggu dari tadi," Clara mulai berjalan menyusuri koridor ke arah kantin, melewati beberapa kamar pasien, termasuk Ken. Clara mendengar suara tangis anak kecil di dalam salah satu kamar, rasa penasaran yang besar membuatnya menghampiri kamar itu. Anak kecil itu menangis, terdapat beberapa orang juga tengah merayunya agar anak ini mau makan barang sesuap. "Ken gak mau makan !! Ken mau makan sama papa !" "Ken papa kerja, papa lagi sibuk, sama Anty atau oma aja ya ??" Bujuk Belinda. Ken menangis, dia menginginkan papanya disini. Tarikan apa yang membuat Clara melangkahkan kaki menghampiri Ken, rasanya jika anak ini menangis,hatinya merasa ikut sedih. "Ken.." Panggil Clara. "Kenapa ?? Kok Ken menangis ??" Clara mencoba bertanya. "Ken gak mau makan sus, dia mau makan kalau papanya disini." Belinda lah yang menjawab. Clara tersenyum "Ken, Ken mau sembuh gak ??" Ken mengangguk. "Kalau Ken mau cepat sembuh, Ken harus makan, kalau Ken sembuh nanti, Ken bisa ketemu lagi sama papa,"Clara mencoba memberi pengertian pada Ken. "Tapi papa jahat, papa kelja telus,Ken mau sama papa," "Papa kan kerja buat Ken, biar Ken bisa tumbuh besar, papa harus kerja,supaya Ken bisa jadi orang hebat kalau sudah besar," Ken menatap Clara dengan lembut, matanya bersih, bulat dan hitam pekat. "Benel sustel ?" "Bener, suster gak bohong, kalau gitu, kalau makannya sama suster gimana ? Mau gak ??" Clara menawari Ken makan. Ken mengangguk. "Bener ??" Lagi-lagi Ken mengangguk. "Anak pinter, ayo di buka mulutnya, a.. " Satu suapan berhasil mendarat dengan baik. "Tapi Ken bosan disini," Ucapnya dengan pipi menggembung. "Belum juga sehari Keanu.." Protes Belinda. Clara tertawa begitupun Vena. "Suster janji, besok Ken makan sama suster di kantin,mau ??" Ken mengangguk dengan antusias. "Baik, sekarang ken habiskan dulu makannya, setelah ini minum obat dari dokter, biar Ken cepat sembuh," Mood Ken kembali membaik setelah Clara menyuapinya makan. Sementara itu Belinda berbisik pada ibunya "kayaknya ini masuk kriteria mah,," "Nanti kita bicarakan dengan lagi dengan papa." Bisik Vena. _ ° ° ° ° To be a continued.. Tolong tinggalkan jejak reader yang baik.. Terima kasih ????
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN