Part 22

694 Kata
Di depan SMA Moonlight banyak terlihat pedagang makanan yang menjajakan dagangan mereka yang beraneka macam rupanya. Ada bakso bakar, sosis gulung, somay, serabi Bandung, martabak telur, cireng, pop ice, boba, thai tea, dan aneka ragam makanan dan minuman lainnya yang menggugah selera. Fathan bingung ingin membeli apa. Ia menimang-menimang untuk mengambil keputusan makanan yang akan ia beli. Rasanya ia ingin membeli semua makanan itu. Food enthusiast jika melihat banyak makanan pasti akan bingung mau beli yang mana. Sampai akhirnya Fathan menjatuhkan hatinya pada cakwe. Ia pun berjalan mendekati pedagang cakwe tersebut. Tanpa ia sadari, ternyata Jessie juga sedang membeli cakwe. Hingga ketika tatapan mereka bertemu kembali seperti di depan pintu tadi. Jessie sempat terkejut melihatnya. Namun ia segera menyembunyikan keterkejutannya itu dengan tidak jadi membeli cakwe di satu tempat yang sama dengan Fathan.  Untung saja pedagang cakwe itu belum melayaninya jadinya Jessie dapat pergi dari tempat itu. "Je—" perkataan Fathan terpotong saat Jessie langsung berlari masuk ke dalam gerbang sekolah. Jessie tidak jadi membeli jajan di tempat yang sama dengan Fathan. Fathan juga tidak tahu penyebabnya apa. Apa karena ia bau ketiak? Atau wajahnya nampak terlihat menyeramkan di mata Jessie? Ah, sudahlah Fathan pusing sendiri mendeskripsikannya. "Kenapa sih, dia?" batinnya. *** Bel masuk kelas tambahan telah berbunyi. Berakhir sudah istirahat para murid kelas 12. Mereka akan melanjutkan kegiatan mereka dengan belajar kembali untuk memfokuskan diri mereka agar dapat masuk ke PTN yang mereka inginkan. Fathan berjalan masuk dengan membawa dua cakwe. Fathan melihat Jessie yang tengah menyiapkan buku untuk les kali ini. Fathan mendekati meja Jessie, ia berniat untuk memberikan cakwe tersebut. Namun seketika Jessie tahu bahwa Fathan mendekatinya. Jessie langsung pergi keluar kelas entah kemana. Ya, lagi-lagi Jessie menghindarinya. Fathan juga tak tahu apa sebabnya. "Aneh." Batin Fathan. Karena sudah terlanjur membeli dua bungkus cakwe akhirnya Fathan menaruh satu bungkus cakwe itu di dalam laci meja Jessie. Fathan memang membelikannya untuk Jessie. Ia tak tega melihat Jessie yang ingin membeli cakwe namun harus mengurungkan niatnya karena ada Fathan di sana. Jadi, Fathan berinisiatif untuk membelikan Jessie cakwe meskipun tidak bertatap wajah yang terpenting Jessie dapat menikmatinya tanpa harus terganggu dengan kehadirannya. Tak lama dari itu, guru mata pelajaran les tambahan bahasa Inggris memasuki kelas tersebut bersamaan dengan Jessie yang habis pergi dari kamar mandi. Jessie duduk di kursi yang seperti mana biasa ia duduki. Jessie berniat mengambil kotak pensil di dalam lacinya namun tiba-tiba tangannya merasakan sesuatu di sana. Jessie merunduk dan melihat adanya cakwe di dalam lacinya. Kepala Jessie berputar melihat ke arah Fathan yang sedang mengambil buku tulisnya. "Thanks." batin Jessie dalam hati. "Hello everybody!" sapa guru bahasa Inggris di kelas tersebut. "Hello, Ma'm." "How are you today?" "Im not fine, Ma'm." ucap salah satu murid yang lelah dengan hari yang ia rasakan sekarang. "Why not fine?" "Im so tired because this study. My head feels like breaking." "Oh my god. Its not good news. I hope your head always fine." "Thanks, Ma'm." "Note a little, you need to know that learning is a necessity for you to live your life later.  Maybe today you will be tired and want to give up.  But someday, when you are successful and are at the highest peak, remember that in the past you used to struggle and get tired because of this study.  But you know everything needs a process, right?  Success is the will of everyone but few people are willing to try.  So you have to try and don't give up or complain about this study." "Okay Ma'm. Thank you for the advice.  I will study better than before." "Good job!" Guru bahasa Inggris itu pun memulai pelajaran les tambahan tersebut. Ia memberikan ilmu yang baik sebagaimana tugas guru biasanya. Tak hanya ilmu yang ia berikan melainkan petuah-petuah semangat untuk anak-anak kelas 12 agar dapat semangat meraih cita-cita mereka. Ya, hari-hari Fathan mungkin akan terus berjalan seperti ini. Disibukkan dengan beragam tugas yang sangat banyak. Hari-harinya penuh dengan pembelajaran semua. Namun Fathan harus bersyukur, ia juga harus mengingat apa yang dikatakan guru bahas Inggris itu. Meskipun hubungannya dengan Jessie sedang tidak baik-baik saja, Fathan harap ke depannya ia bisa berteman baik lagi dengan Jessie tanpa ada kecanggungan seperti ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN