Allura mendongak kaget. Dari mana Alno tau mengenai Azura? Apa maksud laki-laki itu dengan ingin membeberkan tentang kehamilan Azura?! Apa Alno sedang bemain-main saat ini?!
Berbeda dengan Allura yang masih shock mendengar apa yang barusan ia katakan. Alno justru malah semakin membuat Allura terpojok dengan memagari ruang bebas perempuan yang kini terhalang oleh kedua lengan kokohnya. Menikmati raut wajah panik dalam polesan make up sederhana itu.
Jantung Allura berdetak hebat. Bahkan nyaris melompat dari tempatnya. Ia panik, gugup, dan atau entahlah apa saja yang bisa tergambar dalam benaknya saat ini. Entah karena posisi mereka yang sangat dekat atau karna Allura memikirkan Azura. Yang jelas hal ini tidak benar! Allura harus melakukan sesuatu.
Dengan pasti gadis itu mendorong d**a Bidang Raefalno. Berusaha memperpanjang jarak yang membatasi mereka. Namun sayang ia hanya seorang perempuan yang jelas memiliki tenaga jauh dibawah Raefalno. Bukannya menyingkir, Raefalno malah semakin merapatkan jarak antara mereka. Bahkan hingga ia bisa merasakan wangi Vanilla yang menguar dari rambut Allura.
"Dengarkan aku Alno! Aku tidak akan pernah sudi menjadi calonmu. Meskipun itu hanyalah sebuah kepura-puraan. Jangan berani-beraninya kau menyentuh keluargaku dan perusahaan papaku! Ini diluar batasanmu Al! Kau tidak boleh mengancamku seperti ini!" Desis Allura berusaha terlihat berani di depan Alno. Ia tidak mau merasa terintimidasi dan membuat Raefalno tersenyum puas. Ia belum menyerah.
Wanita itu sekuat tenaga menatap tepat dimanik Raefalno. Seakan-akan dengan begitu ia dapat menjelaskan nada kesungguhan dalam ucapannya kepada Alno.
Raefalno tersenyum dalam cengkangannya. Menunduk manatap mata penuh ekspresi di depanya
"Which one, Allura. Berpura-pura menjadi calonku atau mengorbankan nasib EL INC dan Kakakmu."
****
"Kau terlihat cantik," Allura mendengus. Ia tak mau mengalihkan pandangnya pada Alno walau sedetik. Perempuan itu lebih memilih menyibukkan dirinya dengan memperhatikan gedung-gedung pencakar langit.
Kini ia sedang berada di dalam mobil Raefalno dan hanya ada mereka berdua disana. 2 jam yang lalu ia harus meralat ucapannya karna Alno benar-benar ingin membongkar aib keluarganya. Terkutuklah anak Maxwell ini! Jika saja Alno tidak membawa-bawa nama Azura dalam pemaksaan ini. Ia tidak akan pernah sudi melakukan hal mengerikan ini.
"Kau bersikap santailah. Mama dan Papa sudah mengetahui rencana ini. Hanya saja mungkin kau akan mendapat pandangan sinis dan berbagai pertanyaan dari Adikku, Aruna." Gumaman Alno kali ini berhasil menyita perhatian Allura. Perempuan itu menoleh sembari mengerutkan keningnya kesal. Lalu untuk apa kepura-puraan ini jika orang tua Raefalno saja sudah tau?! Tanpa sadar kekesalan Allura naik hingga ke ubun-ubun.
Raefalno melirik Allura sekilas. Ia dapat melihat raut kesal yang terpancar dalam wajah anggun yang terkena pantulan sinar lampu jalanan.
Raefalno tersenyum yang semakin membuat Allura memburu kesal.
"Lalu jika orang tuamu sudah tau, untuk apa aku berpura-pura menjadi calonmu?! Kau sengaja menjebakku ya?!" Tudung Allura langsung. Berbeda dengan Raefalno yang hanya terkekeh kecil.
"Kau ini su'udzon sekali denganku," kekeh Alno. Laki-laki itu menoleh lagi kearah Allura dan masih menemukan aura yang sama.
"Aruna, adikku. Dia mengidap Brother kompleks. Dan mama keceplosan mengatakan kalau aku sudah punya Calon. Tentu saja Aruna menolak itu mentah-mentah dan ngotot meminta aku membawa calon untuk membuktikan kebenarannya. Kau santai saja. Jika dia bertanya yang tidak-tidak aku, mama, dan papa pasti membantumu." Penjelasan Alno itu berusaha Allura cerna dengan baik. Tapi setelah 2 kali mencerna ia belum juga paham. Ada satu kata yang masih belum ia mengerti. Tadinya ia ingin bertanya, tapi gengsi juga. Lebih baik ia serching saja.
Segera saja Allura mengeluarkan ponselnya lalu membuka Aplikasi Google. Dimana ia bisa menemukan apapun disana.
Allura dengan cekatan mengetik 'Brother Kompleks' di tempat yang telah disediakan. Tentu saja dengan berhati-hati. Ia tak mau Raefalno tau. Bisa hancur harga dirinya nanti.
Allura mengerutkan keningnya. Ia baru tau istilah itu. Ternyata ada kasus seperti ini. Berarti secara tidak langsung adik Raefalno menyukai kakaknya sendiri.
Perempuan itu bergidik membayangkan. Mengerikan sekali jika harus menyukai saudara sendiri. Tapi lebih mengerikan lagi membayangkan ia akan menjadi santapan permusuhan adik Raefalno malam ini.
"Kenapa kau mengajakku melakukan kebohongan ini?! Kenapa tidak dengan perempuan lain? Bukannya wanitamu banyak?! Aku tidak mau terlibat permusuhan dengan adikmu!" Cerocosan Allura itu membuat Raefalno menoleh. Laki-laki itu terlihat berfikir meski matanya masih fokus kejalanan. Allura masih memperhatikan Raefalno dari bangku sebelah kemudi. Menunggu dengan sabar jawaban yang akan diutarakan laki-laki disebelahnya.
Beberapa detik berlalu dan Raefalno masih saja berfikir. Allura baru akan kembali menyela saat dilihatnya Alno menghendikan bahunya acuh.
"Entahlah. Aku hanya ingin kau yang menjadi calonnya," jawab Raefalno santai.
Allura mengerutkan dahi kesal. Perempuan itu membenarkan posisi duduknya seperti semula. Percuma saja ia bertanya pada Raefalno. Itu sama saja ia bermain TTS cak lontong. Lebih baik ia diam dan berdoa, semoga makan malam ini tak seburuk yang ia pikirkan.
***
Lagi-lagi malam ini ia harus meralat pikirannya. Entah sudah yang ke berapa kali ia meralat perkataan maupun pikirannya hari ini. Berhubungan dengan Raefalno membuat jiwa ke-"labil"an-nya kembali merasuki tubuh Allura.
Saat ini ia sudah duduk di meja makan panjang milik keluarga Maxwell. Bergerak gelisah karena tatapan Aruna yang begitu menusuk hingga rasanya ia ingin kabur saja dari sana. Jika ia tak ingat akan Azura. Sudah dipastikan ia benar-benar sudah meninggalkan semua makanan lezat didepannya.
Sebenarnya Mr. Dan Mrs. Maxwell sangat ramah padanya. Bahkan beberapa kali ibu Alno mengajaknya ngobrol seputar fashion. Nerella juga, perempuan yang beberapa saat lalu ia ketahui adik bungsu dari Raefalno itu memang terlihat sangat judes awalnya. Tapi ternyata Nerella tak seburuk yang Allura fikirkan. Yang membuatnya benar-benar ingin segera menyudahi acara makan malam ini ya hanya wanita yang sekarang duduk tepat berhadapan dengannya.
Meskipun memiliki wajah cantik yang anggun. Allura tidak bisa memungkiri aura tak suka yang dikeluarkan Aruna benar-benar mengerikan. Ia merasa sangat terintimidasi bahkan sejak saat pertama kali Aruna menyambutnya di ruang tengah.
"Allura, kenapa tidak dimakan? Apa kau tidak suka makanan ini? Kau mau makan apa? Biar tante suruh koki membuatnya," Sybil berujar pelan membuat semua yang ada dimeja makan itu akhirnya menoleh kearahnya.
Allura menunduk. Memperhatikan piringnya yang masih utuh dengan makanan yang ia sendok pertama kali. Ah benar juga, gara-gara terlalu memikirkan sikap Aruna terhadapnya, membuat ia sendiri lupa untuk mencicipi hidangan yang terlihat lezat didepannya.
"Tidak perlu tante. Ini saja sudah cukup,"
"Tidak usah terlalu dimanja mah. Belum jadi istri kak Alno saja sudah manja begini. Gimana nanti kalau sudah jadi. Pasti minta yang tidak-tidak," Aruna menyela membuat Allura akhirnya menoleh lagi kearah perempuan itu.
"Aruna! Jaga sikap kamu. Kita sedang ada tamu disini. Tolong hargai calon istri kakak kamu," cerca Sybil. Ibu tiga anak itu kembali menoleh kearahnya sembari tersenyum tak enak.
"Maafkan Runa ya Al," lanjut Sybil.
"Tidak apa-apa tante." jawab Allura sekenanya. Padahal dalam hati rasanya ia sudah ingin mencakar-cakar wajah cantik Aruna.
Okay Al, tenangkan dirimu. Kau sedang bersandiwara dan tidak boleh gegabah. Batinnya mengingatkan.
"Jadi sekarang kau itu CEO di EL INC ya? Ku dengar kau masih berkuliah. Pantas saja EL INC tidak pernah sebanding dengan MAX GROUP. Mana ada client yang mau menggaet jika pemimpinnya saja begini tampilannya. Tidak menarik sama sekali, hamil diluar nikah pula." Ucapan Aruna itu sukses membuat Allura terbatuk. Perempuan itu mendongak, memperhatikan Aruna dengan alis tertaut bingung dan tidak terima. Allura kemudian menoleh kearah Alno seakan meminta penjelasan. Namun Raefalno hanya diam. Membuatnya harus berfikir sendiri apa maksud dari perkataan Aruna.
"Kak cukup! Ucapanmu sudah keterlaluan." Nerella bergumam. Allura dapat mendengar nada tak suka yang dikeluarkan Nerella. Tampaknya anak bungsu Sybil dan Nelson itu juga mulai tidak nyaman dengan ucapan kakaknya. Dalam sekejap suasana di meja makan itu menjadi tegang. Allura bahkan merasakan akan ada cekcok mulut dalam meja panjang ini.
"Kenapa kau membelanya, Re! Aku yakin sekali yang dikandungnya pasti bukan anak kak Alno. Walau kak Alno memang suka berganti wanita. Tapi aku yakin kak Alno tidak mungkin seceroboh itu untuk tidak menggunakan pengaman! Pasti wanita ini mengarang cerita demi mendapat hati kak Alno! Dia pasti sudah merencanakan ini agar dia bisa masuk kedalam keluarga kita!"
"Cukup Runa! Kamu sudah benar-benar keterlaluan." Suara Bass Nelson yang tiba-tiba terdengar, membuat anak kandungnya itu akhirnya menoleh kearahnya. Selama ini Nelson hampir tidak pernah menegurnya. Alih-alih menegur, papanya itu malah selalu memanjakannya karna memang diantara Alno dan Nere hanya ia lah anak kandung sah dari Nelson dan Sybil. Tapi kali ini bahkan papanya menegurnya. Terkutuklah Allura yang sudah membuat papanya menjadi seperti ini!
"Aku tidak akan begini kalau dia jauh lebih baik diatas ku Pah! Semua orang pun pasti tau. Aku lebih baik berkali-kali lipat dari pada dia. Harusnya kalian tidak boleh gegabah memilih Allura sebagai calon kak Alno! Lagi pula dia tak memiliki bukti kongkrit mengenai kehamilannya. Bisa saja anak itu anak orang lain! Kalian jangan mau tertipu dengan mulut-"
"Aruna, Cukup!" Raefalno akhirnya angkat bicara. Setelah sekian lama hanya diam mendengar perdebatan keluarganya. Sepertinya ini waktu yang pas untuk ia menyela dan menghentikan perdebatan ini. Ia tak mau pertengkaran keluarganya ini berlanjut.
"Apa kak?! Memang benar kan?! Dia memang tidak pantas bersanding dengamu!"
"Aku bilang cukup Cleonia! Suka atau tidak suka. Mau atau tidak mau. Aku akan tetap menikahi Allura. Tidak perduli kau setuju atau tidak!"