"Ahhh, " Desahan itu semakin dalam terdengar, Denias benar-benar merasa b*******h saat melakukan hubungan itu bersama Gerry yang jelas-jelas hanya sebagai sahabatnya.
"Fak me Ouch yes! " Ucap Denias sesekali, Gerry semakin melayang karena menikmati sempitnya lubang surgawi Denias.
Menikmati setiap erangan, cakaran hingga menikmati seluruh sentuhan Denias.
Ponsel Gerry bergetar hebat, mungkin Billa yang sedang berusaha menghubungi nya. Gerry tahu ponselnya berbunyi terus menerus, bahkan getaran hebat dari atas meja itu terdengar hingga ke dalam kamar Gerry.
Namun, Gerry masih tetap menikmati ritme permainan panas di atas ranjang bersama Denias. Tak hanya sekali Denias mencengkram seprei dan punggung Gerry, kenikmatan yang tak terhingga itu membuat mereka sama-sama mengucurkan keringat.
"Ahhhhhh... Yaaaaa... Yaaaa!, " Gerry pun segera mengeluarkan lava panas nya itu di atas perut Denias, Denias terlihat sangat kelelahan. Gerry mengusap keringat yang mengucur di dahi Denias dan merebahkan dirinya di samping tubuh wanita yang sangat cantik itu.
"Gila Lo!, " Celetuk Denias.
"Lo yang gila oneng!, " Balas Gerry di iringi tawa kecilnya.
"Kok bisa iya? " Tanya Denias.
"Gak tahu!, gw boleh tanya gak?" Tanya Gerry kepada Denias, Denias pun mengangguk pelan.
"Boleh kan? " Tanya Gerry kembali.
"Iya apa?" Jawab Denias sembari sibuk mengelap cairan kenikmatan milik Gerry, "Banyak banget sih Ger, elu udah lama gak Joging di ranjang iya? " Cetus Denias sembari mengerutkan Dahi.
"Tau aja lu Den, si Billa tuh susah Den. Dia takut katanya! " Ujar Gerry yang segera mengelap keringat yang bercucuran nya menggunakan handuk kecil.
"Ya kali takut, Mm... " Ucap Denias, "eh mau tanya apa tadi? " Tanya Denias kembali.
"Elu masih perawan iya? " Tanya Gerry, Denias masih sibuk membersihkan sisa-sisa cairan yang menempel di atas perutnya menggunakan tisu. Sesekali Denias menoleh dan menatap Gerry dengan senyuman, "Iya!, " Jawab Gerry singkat.
"Terus bukannya dulu gw pernah liat lu sama Ebi main di ranjang?" Tanya Gerry.
"Hampir lebih tepatnya, ternyata si Ebi seorang Gay dan deketin gw karena suka sama elu. "
"Hah? " Gerry tak percaya dengan apa yang diucapkan Denias, "Yang bener lu, jangan becanda Den, " Ucap Gerry kembali.
"Beneran sumpah, gw udah beberapa kali godain dia. Tapi Ya gitulah, kagak mau naik dan keras tuh barangnya." Denias pun sudah selesai mengelap sisa-sisa a******i yang berceceran di atas perut miliknya, ia segera memakai handuk dan beringsut pergi ke dalam kamar mandi untuk mandi.
Gerry kembali memikirkan bahwa dia lah yang berhasil merenggut keperawanan Denias, Gerry menggeleng pelan kepalanya. Entah mengapa Gerry begitu sangat bahagia saat mengetahui hal tersebut, "Gw gak nyangka mimpi gw jadi nyata, dulu gw anggap itu cuma harapan aja. Karena yang gw tahu, lu udah pernah ngelakuin hal konyol sama pacar-pacar lu Den. Hmm ternyata cuma esek-esek doang!, " Ia tertawa kecil.
Gerry mengingat jika sedari tadi ponselnya bergetar, ia pun segera melihat orang yang mencoba menghubungi dirinya. Ternyata benar, Billa lah yang mencoba menghubungi dirinya.
"Billa, " Ucapnya sembari menatap layar ponsel miliknya, ia melihat beberapa pesan yang dikirimkan Billa untuknya. Billa terlihat sangat kesal karena Gerry sama sekali tidak mengangkat panggilan pada ponselnya, "Sepertinya dia sangat kesal, "
Ia segera menghubungi balik Billa, nada sambung pun terdengar dan akhirnya billa menerima panggilan yang di sambungkan oleh Gerry.
"Halo? " Sapa Gerry, Billa menerima panggilan tersebut namun seakan tak ingin menjawab panggilan Gerry.
"Billa, " Panggil Gerry.
"Halo? " Gerry kembali menyapa Billa, Billa tetap tak ingin berbicara.
"Ya sudah aku matiin iya? Besok aja bicaranya? " Ucap Gerry.
"Ger!, " Panggil Billa sedikit menyentak.
"Iya, kamu kenapa sih? Dari tadi loh aku sapa-sapa kamu!," Ucap Gerry sedikit lembut, "Aku tadi ketiduran, jadi gak aku angkat telepon kamu nya." Susul Gerry.
"Terus kenapa gak di angkat aja sana Denias? " Tanya Billa.
"Denias juga ketiduran tuh di kamar, " Jawab singkat Gerry, sebenarnya Billa memiliki rasa takut yang amat luar biasa. Apalagi Denias dan Gerry terbilang lelaki dan perempuan normal, Gerry sendiri memiliki ketertarikan tersendiri kepada Denias dan Billa sangat tahu akan hal itu. Billa selalu menyadari sisi perhatian Gerry terhadap Denias, namun jika Billa protes akan hal itu. Gerry pasti akan marah dan memutuskan hubungannya dengan Billa dan bagi Billa, Gerry adalah tambang emas untuk memiliki barang-barang yang bagus dan bermerek.
"Oh gitu, " Jawab Billa.
"Gak usah mikir aneh-aneh Bil, " Ucap Gerry yang berusaha meyakinkan Billa.
"Iya enggak, maaf tadi sempet mikir aneh sama kamu dan Denias." Ujar Billa.
"Gak apa-apa, ya udah aku capek. Kamu juga pasti capek kan seharian nemenin dan bantuin aku belanja buat si Denias, kamu istirahat iya" Tutur Gerry bernada lembut membuat Billa kembali berpikir baik tentang kekasihnya itu.
"Ya udah, jangan lupa besok" Rengekan Billa membuat Gerry mengerutkan dahinya.
"Mm, iya iya. Besok susul aku ke show room iya!,"
"Baiklah, sampai jumpa besok. Muach" Gerry menutup panggilannya tanpa membalas kecupan dari Billa, Gerry menggelengkan kepalanya.
"Lama-lama gw muak sama Tuh cewek! " Keluh Gerry.
"Gak boleh gitu, dia baik loh." Tukas Denias, Denias duduk di sofa tepatnya di samping Gerry. Denias pun terlihat menenteng snack ditangan nya, Gerry melihat wajah cantik Denias. Denias memang sangatlah cantik, apalagi mata Denias terbilang Smiling eyes dan itu membuat siapapun menyukainya.
"Lu kenapa sih senyum-senyum sendiri, gw cantik? Emang! " Dengan percaya dirinya Denias memuji dirinya sendiri, "malu tau gw di liatin kayak gitu!, " Ujarnya, bibir nya mengerucut matanya pun mendelik namun ia tak henti mengunyah.
"Gw gak nyangka aja, kalau kita.. "
"Udah Skip, jangan ketagihan!, " Tandas Denias di iringi delik kan matanya kembali.
"Ya lo sih bikin gw ngarep dan bikin gw ketagihan, lu juga pasti ketagihan kan? " Tanya Gerry, pertanyaan Gerry itu seperti sebuah jebakan bagi Denias. Dan akhirnya Denias tersedak snack yang sedang di makan olehnya, Gerry segera mengambilkan segelas air minum dan merasa sangat khawatir kepada Denias.
"Lu tuh biasa aja kek nanya nya! " Keluhan Denias malah dibalas tawa kecil oleh Gerry, Gerry menyodorkan segelas air itu dan Denias segera meneguknya.
"Mm, syukurlah lu gak jadi mati karena tersedak snack. Makan nya pelan-pelan dong, takut kehabisan aja lu mah! " Sudah biasa bagi Denias jika mendengar Gerry menggerutu seperti itu, Gerry memang baik bahkan sangat baik. Namun terkadang celetuk kan Gerry membuat teman dan orang-orang di sekitarnya selalu merasa sakit hati, tapi tidak untuk Denias. Dia seolah sudah biasa mendapati sosok Gerry seperti itu.
"Udah gak usah banyak protes! " Ucap Denias.
"Iya iya, " Sahut Gerry, "Eh Den, emang si Oge orangnya dingin iya?" Tanya Gerry.
"Dingin sih enggak, tapi dia bilang. Takut kebablasan dan buat gw hamidah! " Jawabnya.
"Ngolot kaya si Billa dong iya!, " Celetuk Gerry.
"Lebih tepatnya sih kampungan, gw kasih kiss tuh si Oge di pipi. Dia bilang sama gw kalau gw gak ada akhlak!, kan bego tuh Cowok"
"Jadi lu berantem tadi gara-gara itu? " Tanya Gerry
"Iya, ya udah gw usir aja sekalian. Palingan besok juga dia kesini!, " Ucap Denias.
Gerry kembali menatap wajah Denias, dan ia kembali mendekatkan wajahnya dengan wajah sahabatnya itu.
Slurrppp.... Gerry mengecup bibir Denias dan Denias memagut kecupan bibir Gerry. Denias meleparkan bungkusan snack dan menarik kaos Gerry, ia sedikit menyenderkan tubuhnya sehingga Gerry berada di atas nya. Gerry memberikan jilatan di leher Denias, mereka seakan ingin melakukan hal yang baru saja mereka lakukan... namun.....
Ting Nung, Ting nung!!
Suara bel berbunyi, Denias terkejut dengan suara bel tersebut, baru saja mereka akan memulai kembali. namun, ternyata gangguan pun datang dan mereka merasa sangat terganggu. di satu sisi mereka kembali merasa khawatir karena takut jika yang datang itu adalah orang tua dari Gerry
"Ah Ger, itu siapa? " Tanya Denias, "gak mungkin si Billa atau si Oge kan?" Tanya nya kembali.
"Gak Tau gw!," Sahut Gerry, "bentar gw liat dulu! " Ujarnya.